2. Hujan

1.5K 40 2
                                    

Aku tak butuh banyak teman
Yang ada dan ketidakadaanya
seperti musim yang turut berganti

Selamat membaca
Vote dan komentar🙏

Pagi ini beberapa rintik air turun membasahi bumi, tidak banyak namun cukup tuk membuat anak sekolah mengucapkan syukurnya, pasalnya akibat hujan, upacara tidak dilaksanakan.
Siswa mana yang tidak senang?

Namun berbeda dengan seorang wanita yang sedang duduk menatap keluar jendela yang menampakkan dengan jelas langit yang sedang menumpahkan titik titik airnya. Mata kosongnya sorot akan penyesalan, bibirnya pun tak henti bergetar.

Skrekkk

Suara tarikan kursi di sebelahnya memaksa dia melihat, mungkin karena sibuk menatapi langit membuatnya tak sadar, bahwa kelas sudah ramai bahkan gurupun sudah datang.

***

"She" jangan tanya darimana Darren tahu namanya, bet nama Shea sudah menjadi jawaban ditambah lagi sesi perkenalan tadi

Shea admira. SMP Bakti. 15 tahun

Nama gue Darren maldini, bisa dipanggil dadi biar mirip sama Aldi nya coboi junior. Asal sekolah SMP Puspa, emang nama cewe tapi gue cowok tulen. Umur 16 tahun, 1 tahun lebih tua dari adek sebelah gue. Jadi gue minta dipanggil Abang.

"Adek ga kekantin? Sama Abang yok" Shea hanya bisa menatap nanar Daren yang mengedipkan sebelah matanya.

"Yah si adek malu malu, yaudah Abang deluan ya. Nanti Abang bawain permen kaki" kedipnya sekali lagi sebelum dia hilang dari balik pintu.

Shea yang melihat hal itu pun hanya diam tak berekspresi, tak senyum tak juga berdecih.

Masa lalu sudah mengambil alih segala yang Shea miliki.

"Haii nama Lo Shea kan?" Pertanyaan -tak jelas menurut shea- seorang gadis riang terdengar mengisi ruang kelas.

Shea diam saja.

"Gue suka gaya lo. Kita temenan ya" ucap si cewe kembali sembari tersenyum menunggu uluran tangannya disambut oleh Shea.

Ini adalah kesempatan bagi Shea untuk memiliki teman, tinggal menyambut tangan si gadis riang sambil kembali tersenyum dan menjawab iya kita teman, tapi yang dilakukan Shea hanya menatap datar tangan tersebut lalu kembali membaca buku antropologi miliknya.

Cihh sombong hujat gadis itu.

***

Ternyata hujan yang sempat reda tadi kembali lagi. Dan sialnya, hujan turun saat Satya dan Shea sedang dalam perjalanan pulang menyebabkan mereka harus berteduh.

Shea menggigil kedinginan, matanya memerah. Lebay kelihatannya, tapi itulah Shea. Disaat anak anak lain senang bermain hujan dan berdrama berlagak rayna pemeran utamanya film magic hour, ia malah menepi dan tak ingin tersentuh rintik hujan.

Entah sudah berapa lama Shea menatap sendu air hujan, sampai air tersebut tak turun lagi dan dekapan hangat ditubuhnya pun terlepas. Menggantikan dia yang sudah berbalut jaket tebal milik Satya.

"Senyum" jika banyak yang berpikir Satya tak pernah tersenyum tulus, mereka salah, buktinya Satya tersenyum sangat tulus sambil mengelus puncak kepala Shea -seperti kucing peliharaannya saja-

Motor Satya pun sudah sampai di sebuah pekarangan rumah, tidak luas bahkan bisa dikatakan sempit.

"Ganti baju. Keramas" ucap Satya datar

Setelah berganti baju, Satya menghampiri Shea yang sedang duduk didepan meja -sebut saja meja rias- diambilnya hair dryer dari laci lalu dikeringkannya rambut Shea yang masih saja diam menatap wajahnya sendiri di cermin.

SheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang