Jika lupa dapat
membuatku bertahan
mengapa aku harus
mengingat?Selamat membaca
Vote dan komentar 🙏
Seusai mengurus cafe tadi, Shea dan Satya kembali ke rumah mereka. Satya yang mengajari Shea belajar dan mengerjakan pr nya, lalu setelah itu Shea yang akan memeluk Satya agar Satya bisa tidur dengan nyenyak.Warning 21++
'ahhh iya mas disitu. Ahhh' sama seperti malam malam sebelumnya, ibunya tak akan pulang saat malam hari, atau justru pulang di tengah malam dengan dibopong seorang pria. Tua muda. Tampan jelek. Selalu bergantian
Satya hanya bisa menangis di balik tembok tersebut. Satya yang masih berumur 8 tahun, sudah dipaksa mengerti hal tersebut.
Pernah sekali dia mengintip apa yang sedang dilakukan ibunya sampai berteriak seperti itu. Namun Satya tambah hancur. Melihat bagaimana ibunya ditindih oleh seorang pria tegap dengan tubuh yang sangat polos. Bahkan tangan ibunya yang menggantung di leher sang pria tersebut semakin memperjelas apa yang terjadi.
Hancur
Malu
Kecewa
Mengapa defenisi keluarga tak pernah terwujud di kehidupannya?
Dengan seluruh keberanian, satya mendorong pintu yang memang sedang tak terkunci itu
"SATYAA -auww" teriak murka langsung keluar dari bibir sang ibu
"Aku sudah hampir mencapai klimaks ku" sentak sang pria tua itu lalu pergi meninggalkan ibunya yang masih terdiam disisi ranjang
"Kau mau kemana? Kau belum membayar ku" panggil Amara -ibu satya-, dan langsung mencium bibir pria tersebut
"Diam kau jalang" tubuh Amara langsung terhempas ke sisi ranjang, dengan wajah yang merah padam ditariknya Satya -anaknya- ke sisi ranjang
"Kau. Karenamu aku tak mendapat apapun. Anak kurang ajar"
PLAKK
satu tamparan melayang ke pipi Satya
"Kau tahu, ayahmu saja tak menginginkanmu. Bersyukur lah karena aku masih menjagamu"
Satya terdiam, perlu berapa banyak lagi luka yang harus ditorehkan sang ibu padanya.
"Ma, apa yang kau " bibirnya dibungkam oleh Amara. Satu tangan Amara melucuti kain yang dikenakan Satya -anaknya- dan satu tangannya lagi meremas payudaranya sendiri, hasratnya belum terpenuhi.
"Aku sedang membutuhkan mu" ucap Amara dengan penuh nafsu, diambil nya tangan Satya lalu diletakkannya di atas payudaranya, Satya yang masih kecil hanya mengikuti nalurinya.
Satya sudah tak menangis lagi, dia merasakan darahnya berdesir kencang. Perasaan yang belum pernah dirasakannya.
Dan malam itu, malam yang paling disesalkan oleh Satya, malam yang paling dibencinya. Malam yang mengubah segala kehidupannya dan tak bermasadepankan.
Melecehkan wanita di toilet sekolahnya
Melecehkan guru di kantor
Bahkan berhubungan intim dengan istri kepala sekolah.Satya benar benar hancur. Hancur karena sang ibu, seseorang yang seharusnya menjadi temeng hidup.
Masih pantaskah Satya menyebutnya ibu?.
***
"Neng, senyum bentar dong. Biar akang tambah semangat ini belajarnya." Ocehan Darren yang sejak tadi menjadi pusat perhatian terus terdengar, tetapi sang pemilik suara tak juga peduli bila sedari tadi sepasang mata elang sudah menatapnya dengan amat sangat tajam.