Butiran putih dingin telah berhenti menghujani bumi. Bunga-bunga telah kembali bermekaran dengan indahnya. Warga Joseon sangat ceria menyambut musim yang baru ini, khususnya warga di Pasar Hamgyeong-do bagian utara. Pasar Hamgyeong-do utara menjauh berkali-kali lipat lebih ramai di musim semi. Oleh karena itu, para pedagang di pasar itu sangat riang menyambut musim semi.
Di tengah keramaian pasar Hamgyeong-do, seorang pemuda berjalan menyusuri pasar dengan senyuman di wajahnya. Senyum yang sangat manis. Pemuda itu memiliki wajah yang sangat tampan. Wajah oval, alis yang tebal, mata yang tajam namun sendu, hidung yang mancung, bibir yang mempesona. Dengan spesifikasi wajah yang seperti itu, ia bisa membuat kaum wanita jatuh hati hanya dengan duduk tersenyum.
Pemuda itu memasuki salah satu toko pakaian yang paling besar dibandingkan dengan toko lainnya. Melihat kehadirannya, para pelayan di toko tersebut spontan membungkuk 90 derajat, memberi hormat padanya.
"Dimana eomma-ku?" tanya pemuda itu sambil tersenyum seperlunya."Kim Manim sedang istirahat di belakang, Jonghyun Doryeongnim," jawab salah satu pelayan setelah menegakan kembali tubuhnya.
"Gamsahamnida!" ujar Kim Jonghyun—pemuda itu. Meskipun statusnya adalah anak dari saudagar besar di pasar itu, ia tak lantas tinggi hati. Ia tak pernah merasa gengsi untuk mengatakan terima kasih setelah mendapatkan bantuan atau informasi. Ia juga tetap berbicara dengan bahasa formal kepada orang yang lebih tua walau statusnya lebih tinggi dari orang itu.
Jonghyun menuju sebuah ruangan di belakang toko. Itu adalah ruang istirahat yang disediakan untuk pemilik toko dan para pekerjanya. Di salah satu kursi panjang di ruangan itu, nampak seorang wanita paruh baya sedang duduk sendirian.
"Eomma!" seru Jonghyun dengan ceria. Setelah memberi penghormatan pada ibunya, ia mendekat dan duduk di samping ibunya.
"Puteraku, kamu sudah pulang! Bagaimana persiapan pertunjukannya?" ujar Nyonya Kim dengan senyum hangatnya.
"Semuanya sudah siap, Eomma. Aku pamit, Eomma. Doakan pertunjukanku kali ini berjalan dengan lancar," ujar Jonghyun dengan senyum manisnya yang masih bertengger di wajahnya.
"Doaku selalu menyertaimu, nak!"
"Aigo, puteraku sudah mau pergi lagi saja! Kau seharusnya mewarisiku sebagai saudagar seperti Hyungnim-mu, bukannya malah berkeliaran terus di jalanan seperti itu!" ujar seorang pria paruh baya.
"Yeobo! Kau 'kan sudah setuju untuk membiarkan putera bungsu kita menjadi musisi!" tegur Kim Manim, sementara Jonghyun hanya bisa membulatkan matanya.
"Hahaha. Aku hanya bercanda, kok! Kau ini sama seriusnya dengan Jonghyun!"
"Ah, Abeoji! Abeoji membuatku terkejut!" protes Jonghyun sambil mengerucutkan bibirnya, membuat wajahnya terlihat imut. Melihat itu, Kim Manim jadi gemas dan malah mencubit pipi Jonghyun. Kim Daegam—ayah Jonghyun—juga ikut mencubit pipi Jonghyun, membuat Jonghyun melancarkan protes, namun kemudian tertawa karena mengerti itu adalah cubitan kasih sayang.
"Eomma, Abeoji, Aku berangkat dulu, ya! Kelompok musikku pasti sudah menungguku."
Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya, Jonghyun bergegas menemui kelompok musiknya dan bersama dengan mereka berangkat ke tempat pertunjukan. Jonghyun dan kelompok musiknya menggelar pertunjukan di pusat kota. Sangat banyak orang yang menyaksikan pertunjukan musik Jonghyun dan kelompoknya, karena permainan musik mereka sangat luar biasa. Jonghyun yang jago bela diri dan bermain pedang selalu melakukan atraksi dengan pedangnya di setiap permainan musiknya, memberikan keunikan tersendiri terhadap pertunjukan musik kelompoknya. Parasnya yang rupawan juga memiliki pengaruh besar untuk menarik minat para penonton wanita. Dari muda sampai tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Lover Prince Yi Jun
Fiction HistoriqueJonghyun dan Gaehwa adalah musisi dan penari yang saling mencintai. Namun, penguasa Joseon, Raja Yeonsan yang tiran, juga jatuh hati pada kecantikan Gaehwa yang ibaratkan bunga baru mekar. Segala cara dilakukan Raja Yeonsan untuk mendapatkan Gaehwa...