Prolog

354 15 0
                                    

Seorang wanita muda dengan hanbok putih polos diseret oleh para prajurit istana. Wanita yang wajahnya babak belur itu dilemparkan ke dalam penjara istana, setelah itu ditinggalkan begitu saja. Sendirian di tempat yang sangat dingin dikala malam seperti ini dengan tubuhnya yang semakin rapuh karena siksaan. Wanita itu pun memeluk tubuhnya sendiri, berusaha mengusir dingin. Luka pukulan yang ia dapatkan saja sudah cukup membuatnya menderita. Jangan lagi ditambah oleh kedinginan.

"Tapi bagaimanapun kau menyiksaku, bagaimanapun kau membuatku menderita, Aku akan tetap sama. Aku tidak akan sudi mencintaimu atau pun sekadar membuka pintu hatiku untukmu!" gumam wanita itu.

Di lain tempat namun di waktu yang sama, seorang pemuda dengan baju perang menengadahkan wajahnya, menatap hamparan langit yang kosong. Kosong dan gelap, seperti hatinya saat ini.

"Sayangku, tunggulah Aku sebentar lagi. Sebelum fajar menyingsing, Aku akan melenyapkan tiran itu dan sekutu-sekutunya yang tersisa. Tepat saat matahari kembali dari peraduannya, kupastikan mereka semua sudah lenyap, demi dirimu dan seluruh rakyat Joseon," ujar pemuda itu sambil terus menatap langit, seolah langit itu bisa menyampaikan kata-katanya.

Tak lama berselang, pemuda itu menyiapkan pasukannya. Ia memimpin pasukannya menunggang kuda secepat angin menuju istana kerajaan, memulai sebuah kudeta berdarah yang tak pernah pudar dari ingatan rakyat Joseon.

*****

Halo! Ini historical fiction pertama saya. Mohon dukungannya ^^

The Greatest Lover Prince Yi JunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang