Gibang terbesar di pusat kota Hanyang terlihat sangat sepi meski hari sudah mulai gelap. Meski dari luar nampak seperti itu, sesungguhnya di dalam gibang itu sangatlah ramai. Para wanita nampak sibuk merias diri mereka hingga menimbulkan kebisingan yang luar biasa.
"Hei, semuanya! Cepat selesaikan dandanan kalian! Tidak perlu ribut-ribut seperti ini! Kalian ini membuatku pusing saja!" tegur seorang wanita berhanbok merah cerah. Dari dandanan wanita itu, jelas sekali dia adalah Kepala Gibang.
"Ye, Manim!" ujar para wanita yang menciptakan keributan di gibang dengan serempak. Dari kepatuhan mereka, jelas sekali kalau mereka adalah para gisaeng binaan Kepala Gibang itu.
"Ingat ya, hari ini kita mendapatkan tugas istimewa untuk mengisi perjamuan yang diadakan Jusang Jeonha. Meskipun perjamuan itu diadakan begitu mendadak, tapi itu adalah perjamuan yang sangat penting karena Jusang Jeonha melaksanakan perjamuan itu untuk teman baiknya. Sebuah kehormatan besar bagi kita untuk bisa mengisi perjamuan itu, jadi persiapkanlah semuanya sebaik mungkin!" Kepala Gibang mengingatkan para gisaeng binaannya. Para gisaeng pun langsung menyambut peringatan darinya itu dengan kalimat yang sama dengan kalimat mereka beberapa detik yang lalu.
*****
Para pengawal istana berduyun-duyun mendatangi gibang dengan membawa sepuluh tandu. Tepat saat para pengawal itu memasuki halaman gibang, pintu gibang terbuka, menampakan Kepala Gibang yang sudah memoles lagi dandanannya menjadi jauh lebih cantik daripada satu jam yang lalu.
"Manim, bagaimana? Apa semuanya sudah siap?" ujar salah seorang pengawal istana yang berpangkat lebih tinggi daripada pengawal lainnya.
"Ye. Sembilan gisaeng yang diinginkan Jeonha sudah siap," jawab Kepala Gibang.
Setelah Kepala Gibang menjawab demikian, sembilan orang gisaeng yang dikatakannya muncul di belakangnya. Mereka semua nampak sangat cantik dengan dandanan khas masing-masing.
Kepala Gibang menyuruh mereka semua untuk segera memasuki tandu. Mereka pun satu per satu berjalan ke arah tandu yang berjejer rapi di halaman gibang. Namun, saat gisaeng yang berada di barisan paling belakang hendak memasuki tandu, Kepala Gibang menghentikan gisaeng itu.
"Chamkan, Sohee-ya," ujar Kepala Gibang sambil menahan tangan Sohee—gisaeng itu—membuatnya refleks berhenti melangkah dan menatapnya.
"Dengarkan Aku baik-baik, Sohee-ya. Kau adalah yang paling cantik di antara seluruh gisaeng ini. Pastikan kau memberikan pelayanan yang terbaik. Meski begitu, jangan cepat mengambil keputusan. Jika ada tamu yang meminta dilayani lebih dari yang seharusnya, walau dengan uang sebanyak apa pun, jangan lakukan," nasehat Kepala Gibang seperti seorang kakak menasehati adik perempuannya.
"Ye, Manim."
*****
Tandu para gisaeng telah sampai di istana, tepat di depan paviliun tempat raja akan menyambut tamu istimewanya. Para gisaeng pun turun dari dalam tandu, tak terkecuali dengan Sohee. Mereka semua memasuki paviliun dipandu oleh seorang kepala kasim.
Tak lama setelah semua gisaeng masuk ke dalam paviliun, Raja Seongjong dan seorang pria seusianya memasuki paviliun. Semua orang di dalam paviliun pun langsung memberikan penghormatan kepada Raja Seongjong.
"Selamat datang kembali, temanku Kim Sun! Aku harap kau menyukai pesta sambutan ini," buka Raja Seongjong setelah duduk berhadapan dengan Kim Sun—pria seusianya sekaligus temannya.
"Tentu saja Aku menyukai pesta sambutan ini. Pesta ini sangat besar hanya untuk seorang rakyat biasa sepertiku," ujar Kim Sun sambil tersenyum sesopan mungkin. Meskipun yang ada di hadapannya adalah temannya, yang ada di hadapannya itu juga seorang raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Lover Prince Yi Jun
Ficción históricaJonghyun dan Gaehwa adalah musisi dan penari yang saling mencintai. Namun, penguasa Joseon, Raja Yeonsan yang tiran, juga jatuh hati pada kecantikan Gaehwa yang ibaratkan bunga baru mekar. Segala cara dilakukan Raja Yeonsan untuk mendapatkan Gaehwa...