5. Silent

144 10 0
                                    

Sanaya mengerjabkan mata sembari memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia juga merasa heran dimana ia sekarang, memorynya sebelum pingsan berputar jelas diingatannya.

''Aku akan memberikan Valetta kepadamu dengan senang hati. Anggap saja mahar awal dariku''

Sanaya menoleh keasal suara, merasa was-was dengan senyum mematikan dari pria di depannya, kegelisahannya semakin memuncak saat pria di hadapan ini mulai mendekatinya.

''Tidak ada info tentangmu disini...kecuali kau suka ini.'', Sanaya membuang muka saat Arlo menggeledah kantungnya dan mengambil permennya. Sanaya kaget saat tangan Arlo dengan kurang ajar membelai wajahnya , saat sanaya menolak dengan kasar Arlo memegang dagu Sanaya untuk menatapnya.

''aku paling tidak suka di acuhkan, apalagi oleh Mate-ku sendiri''

Kekasaran pria di depannya berubah kembali menjadi lembut, tatapan tajamnya pun telah kembali menjadi hangat dan terlihat memuja.

''siapa namamu?", Arlo hanya tersenyum tipis saat matenya tidak menjawab dan hanya menatapnya, Arlo maju mendekati wajah Matenya yang bahkan tidak berkedip ataupun adanya rasa takut, senyum masih menghiasi wajah Arlo. semua orang takut padanya terutama saat ia sudah menunjukkan identitas Demonnya.

Namun gadis di depannya, benar-benar berbeda. Mata indah yang menatapnya seakan membiusnya semakin mendekat, aroma memabukkan yang bisa membuat otaknya berhenti berfungsi semakin tercium.

Arlo menatap bibir indah Matenya yang ingin sekali ia makan, pink alami seperti Cherry. Arlo memiringkan sedikit wajahnya ingin mencicipi bibir sang Mate yang tak berpaling saat ia mendekat, ia mengartikannya sebagai penerimaan.

Namun saat bibir mereka hampir bersentuhan, bibir Cherry dihadapan Arlo mundur dan begitupun tatapan yang berpaling darinya. Hati Arlo sakit saat menerima penolakkan dari matenya.

''kau tidak menginginkanku?.'', tanya Arlo bodoh,karna ia sudah tau jawabannya.

Keyakinannya semakin tepat saat pujaannya menatap tajam lalu menggeleng, amarah yang hampir keluar pun menguap hilang saat menatap tangan Matenya yang mengepal hingga hampir memutih, kekecewaan menyelimuti hati Arlo.

Arlo berdiri dengan menatap sedih Matenya, lalu pergi dari kamarnya.Tak ingin mengeluarkan emosi yang hanya akan menyakiti matenya. Perasaan sedih pun menghantui sanaya saat di tatap oleh pria di depannya seperti itu.

Bukan waktunya memikirkan tatapan aneh itu, sekarang bagaimana aku bisa keluar dari sini.

sanaya menyibakkan selimut, hal pertama yang ia lakukan adalah membuka jendela kamar.

''Oh my God.'', Sanaya menatap tak percaya sekelilingnya yang di kelilingi bukit tinggi dengan danau yang membentang indah di depannya.

'', Sanaya menatap tak percaya sekelilingnya yang di kelilingi bukit tinggi dengan danau yang membentang indah di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana ini?", tanya Sanaya pada dirinya sendiri. Seingatnya bentuk istana Xavador tidak terpencil seperti ini.

"Mia?", Sanaya baru ingat ia bersama Mia tertinggal di Xavador. Jubah dan tongkat sihirnya pun sudah tidak tau ntah kemana. Kantung ajaibnya pun dibawa Arlo tadi.

Dark Heart For The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang