Prolog

130 16 9
                                    

    A..a..a.. Aisyah.. Bojoku jatuh cinta
    Pa..pa..pada Jamilah..

Sesosok gadis yang berbalut selimut itu kini menggeliat. Dia mengucek mata dan berusaha membukanya. Namun rasanya sulit sekali, seperti ada sesuatu yang sangat merekat bagai lem pada matanya.
    
     A..a..a.. Aisyah..

Masih dengan mata tertutup, dia meraba-raba nakas dan segera mematikan ponselnya yang sedari tadi berbunyi.

Dia baru saja mematikan alarm dari ponselnya. Ya, alarm dengan ringtone lagu Aisyah Bojoku Jatuh Cinta, oke apalah itu.

Baru saja gadis itu ingin tidur kembali seusai mematikan alarm ponselnya. Tiba-tiba...

     Brukk..

Dia terkejut saat saudara kembarnya melemparkan handuk tepat di wajahnya.

"Rania cepetan bangun!"

Saudara kembarnya yang bernama Dania itu kini berkacak pinggang di samping nakas. Hidungnya mendengus. Sudah dipastikan sebentar lagi Dania akan mengeluarkan tanduknya.

"Yaelah Dan, Mami aja ngebangunin gue gak gini-gini amat" jawab Rania.

Rania menatap Dania yang sudah rapi dengan seragam, lengkap dengan dasi dan ikat pinggangnya.

"Bodo amat! Gue tunggu lo sepuluh menit, kalau lo nggak siap juga, gue tinggalin!" ucap Dania keluar dari kamar.

Kini giliran Rania yang mendengus. Selalu saja, saudara kembarnya itu berbuat kejam menurutnya.

Rania mengambil handuk yang tadi dilemparkan Dania dan baru saja dia ingin bangkit dari kasurnya, tiba-tiba..

"Remaining 8 minutes left!!" teriak seseorang dari luar, yang tidak lain tidak bukan adalah Dania.

"Aish....Iyaaa"

***

Rania segera menuruni anak tangga, dan mendapati Dania dan keluarganya yang sedang sarapan.

"Pagi Mami, Papi..!!" ucap Rania ceria dan mulai duduk di kursi ruang makan lalu mulai menyantap makanannya.

"Pagi, Dania" ucapnya malas  sambil memutarkan bola matanya. Dania tak peduli.

Bukannya membalas sapaan Rania, Maminya malah berkata,

"Kamu itu harusnya nyontohin Dania. Dia bangun lebih awal, jadi gak tergesa-gesa gini."

Bibir Rania mengerucut. Sudah hal yang lumrah baginya, setiap sarapan merupakan acara pemberian nutrisi bagi perutnya dan telinganya, uh mungkin.

"Kayak Dania dong, tiap pagi dia bantuin Mami nyiapin sarapan..blablabla"

Rania tetap mengunyah rotinya tanpa mendengarkan apalagi menggubris ucapan Maminya.

"Rania, kalau Mami ngomong kamu ngejawab dong! Kamu..."

Baru saja Maminya ingin mengoceh lagi, tiba-tiba terdengar suara nyanyian nan sumbang dari arah lantai atas. Lambat laun suara itu semakin dekat dan kencang.
Dan mereka tau itu siapa. Cecilia, adik bungsu mereka yang masih duduk di bangku SMP kelas 8.

"Kau tak pernah tanyakan aku, cintakah aku kepadamuu" Lagu dari Bunga Citra Lestari yang berjudul Sunny itu pun mendadak terasa suram.

"Cecil, gue udah bilang berapa kali. Bakat nyanyi lo itu minus 5, nggak usah lo sok-sokan ngasah bakat lo" ucap Dania ketus.

"Gue beneran serius mau ngasah bakat gue kok, Mami udah daftarin gue di les vokal, coba" sahut Cecil bangga.

Rania dan Dania melotot.

"Ebuset, anjir. Mami ini seriusan?!!" tanya Rania frustrasi.

"Iyalah Ran, adekmu punya bakat minat gitu harusnya disalurkan dong" Mami tersenyum.

"Jadi, adekmu nanti bakal les vokal privat. Ada guru khusus yang bakal ngajarin dia nanti. Jadi jangan bingung kalo nanti kalian denger dia sering nyanyi ya"

Demi kerja lembur bagai quda, Rania ingin mati saja.

RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang