Rania berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang mencegatnya.
"Eh, Rania. Eh atau ini Dania ya? Kamu Dania atau Rania? Tapi sih muka-muka ngenesnya sih kayak Rania,.."
"Berisik!"
"Makanya biar nggak ngenes lagi, jadian sama gue aja, Ran"
"Mending gue jadian ama quda!" Rania pun meninggalkan lelaki yang author pun nggak tahu namanya.
***
Sesampainya di kelas, Rania menaruh tas nya dan lelaki tadi pun datang.
"Raniaa!!" sapanya ceria.
"Apa sih, berisik!"
"Kemarin gue liat di Sintayana, ada diskon loh. Kali aja lo mau beli quda disitu"
"Receh, lo! Minggat sana!"
"Aku mah bukan receh, tapi dollar. Lebih berkelas,"
Rania tidak menanggapi. Lelaki disampingnya ini merupakan orang yang selalu mengikutinya kemana pun. Tidak peduli Rania pergi ke kantin, ke perpustakaan, sampai ke WC pun dia ikuti. Oke, yang terakhir tadi itu sebenarnya pengecualian.
"Ahelah. Ran, kenapa sih lo sama kembaran lo Si Dania itu beda banget.
Dania pinter, rajin, ya walaupun sedikit jutek. Nah lo udah blangsakan gini..."Rania lebih baik menutup telinga. Telinganya sudah panas mendengar seringnya orang-orang membandingkan dirinya dengan Dania.
Ya, menurutnya dia adalah dia. Dania adalah Dania.
Teteww..
Bel berbunyi menandakan waktu masuk sekolah.
"Noh, bel udah bunyi. Masuk gih lo ke kelas lo, kan kita beda kelas!" Rania memutar bola matanya.
"Iya, iya"
***
Tetew...
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid bersorak gembira menandakan bahwa mereka sudah bebas dari pelajaran yang menumpuk.
"Pulang bareng yuk, Ran!" ajak lelaki tadi.
"Mending gue naik quda!"
"Kasian tau qudanya udah lembur, lo naikin lagi. Kan berat, quda gaakan kuat"
Rania hanya mendengus dan bergegas meninggalkan lelaki tadi.
***
Dania dan Rania sudah sampai di rumah. Baru saja mereka menginjakkan kaki di depan pintu, mereka sudah disambut alunan indah nan memabukkan dari lantai atas. Tepatnya dari kamar atas.
"Itu Cecil kesurupan lagi?" tanya Dania.
"Perasaan baru aja di ruqyah, setannya balik lagi, Ya Allah"
Mereka berlari menuju kamar atas. Suaranya semakin kencang, terlihat pintu kamar Cecil terbuka sedikit dan mereka pun mengintip apa yang sedang terjadi di dalam kamar.
"DO RE MI FA SOL LA SI DO!!!" tampak Cecil sedang berlatih. Di hadapannya, terdapat sesosok lelaki dengan kisaran umur 21 tahun yang sedang duduk memainkan keyboard. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu, mengingat pintu yang hanya terbuka sedikit. Dan mereka tidak ingin dulu mengganggu, mereka hanya ingin memperhatikan.
"Ya, bagus Cecilia. Suara kamu sangat lembut" puji lelaki itu.
Dania dan Rania saling memandang. Menatap horror. Jelas-jelas suara adiknya sudah seperti piring pecah, bisa-bisanya lelaki itu memuji suara Cecil. Cecil yang mendengar pujian itu pun, tersenyum lebar.
Bener, kan. Gue emang punya bakat, batin Cecil.
"Kayaknya itu sebelum latihan, Cecil guna-guna dulu tuh orang supaya muji dia" bisik Rania sarkastik. Dania menoleh, menggeleng.
"Atau mungkin sebelumnya, Mami udah nyogok tuh orang supaya nge-iyain semua kelakuan Cecil," Mereka menoleh kembali ke depan saat suara lelaki itu terdengar kembali.
"Ya, cukup sampai disini dulu untuk hari ini. Kita akan lanjutkan minggu depan. Jangan lupa berlatih lagi, Cecil"
Cecil dan lelaki itu pergi ke arah pintu dan mendapati Dania dan Rania yang sedang mengintip.
"Eh kakak-kakakku ngapain disini? Oh, ya! Kenalin, ini guru les vokal aku. Namanya Pak Andrew" ucap Cecil ceria.
"Halo saya Andrew, guru Cecilia" Pak Andrew mengulurkan tangannya. Suara baritone-nya sungguh menggoda.
Dania membalas uluran tangan dan tersenyum sopan.
"Saya Dania, kakaknya Cecil. Ini adik kembar saya, Rania" Dania menunjuk ke arah Rania.Rania terpana. Matanya tak berkedip sama sekali.
Dia terpesona dengan mata biru lelaki tersebut, rahang kerasnya, hidung mancung, alis tebal. Apalagi duh suara lelaki tadi terdengar sangat indah di telinga Rania."Ran, lo sopan sedikit dong! Itu Pak Andrew nyalamin lo!" Dania berbisik dan menyikut lengan Rania, membuat Rania tersadar dari lamunannya.
"O..oh..maaf-maaf..." Rania membalas salaman Pak Andrew dengan kedua tangan dan menaik-turunkan tangan mereka dengan cepat.
"Oh iya nggak apa-apa" Pak Andrew tersenyum ringan. Iya sih, ringan. Tapi itu menjadi sangat berat efeknya pada Rania.
Dan mungkin sekarang Rania akan menyublim, karena meleleh sudah terlalu mainstream
"Baik, saya pulang dulu. Terimakasih, permisi" Pak Andrew pun meninggalkan mereka.
Setelah memastikan Pak Andrew sudah pergi, Rania pun tersenyum lebar dan langsung memeluk Cecil dengan brutal.
"Makasih, Cil. Berkat lo ikut les vokal, gue ketemu cogan!"
"Ya meskipun gue jadi congek denger suara lo, setidaknya mata gue jadi seger"
"YA AMPUN, AKHIRNYA GUE KETEMU JODOH!"
"RANIA MAU MENGKRISTAL"
"RANIA MAU MENYUBLIM!"
"RANIA BENTAR LAGI JADI GAS, MAMI TOLONG!!"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/152344425-288-k423143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania
HumorRania Andita, gadis yang berambisi untuk mendekati guru les privat adiknya sendiri, yaitu Pak Andrew. Semua cara normal hingga gila akan dia lakukan, termasuk ketika dia dengan terang-terangan menyatakan cintanya pada lelaki yang 6 tahun lebih tua d...