Parfum dan Stopwatch

22 3 3
                                        

Jam pelajaran Bu Ines pun berlalu dan digantikan dengan jam pelajaran Pak Joko—guru Sejarah yang kini berhalangan hadir karena sakit. Dan seperti biasa, jamkos selalu diisi dengan keributan.
Meja Fi kini dikerubungi oleh para laki-laki yang ingin berkenalan dengannya. Ya, dengan tampang imut dan berbadan mungil rupanya berhasil mencuri perhatian mereka.
"Hai Fi, boleh minta nomor WEA gak?"
"Fi, boleh minta ID LIE gak?"
"Fi, boleh minta password Instakilogram lu gak?"
"Fi, boleh BL Facenoob aku gak?"
"Fi, boleh minta pulsa gak?"
Fi yang saat itu duduk di kursi mengerjap matanya berkali-kali, terkejut ketika mejanya tiba-tiba dikerubungi membuat dia kehilangan nafas akibat bau keringat dan bau badan yang tercampur menjadi satu.

"Sabar-sabar... Daripada kalian minta WEA, Instakilogram. Mending kalian Fi kasih parfum," Fi meraih parfum—sebenarnya cologne bayi merk Sweetzal.

"Nih ya," Fi mulai membalikkan masing-masing telapak tangan mereka dan menuangkan cairan cologne tersebut.

Bagai anak kecil yang diberi mainan gratisan, mereka tampak girang dan menatap tangan mereka sendiri tak percaya.

"Oh gini ya baunya Fi, gak kayak Andi, bau jigong" seru Mail.

"Iya gak kayak gue, bau jigong" ucap Andi tak sadar."Eh lu ngatain gue?!!" Andi menarik kerah baju Mail dan mereka mulai berkelahi.

"Sudah-sudah woi! Memang sih bau badan bisa bikin orang gak pede. Tapi sekarang mah bisa diatasi. Tinggal cek ikg kita aja sist @parfumabdullahnamaayahnya. Lagi pre-order, buruan order sist"

Berbeda dengan reaksi murid lain yang melihat Fahri dengan tertawa atau menganggapnya aneh. Fi justru merasa dadanya hangat seperti diguyur air keras.

Jantungnya berdegup kencang, mulutnya tak mampu berkata, tangannya tak mampu berjabat, kakinya tak mampu bergerak. Ohh... Inikah yang dinamakan stroke?

"Lo gak papa kan, Fi?" tanya Fahri.

"Iya, Fi gak papa kok" ucap Fi salah tingkah.

"BTW, lu mau gak..?" tanya Fahri menggantungkan ucapannya. Jantung Fi berdetak tidak karuan.

Jangan-jangan Fahri mau nembak Fi, lagi. Apa harus secepat ini? Duh, Fi belum siap pacaran. Ntar kalau pacaran, kira-kira yang bayarin makanan siapa ya?

"Apa.."

"Lu mau gak?"

"Iya apa Fahri?"

Aduh Mama, Fi belum siap pacaran. Fi belum siap keluar modal!!!

"Lu mau gak...beli parfum gue"

"Beneran keluar modal, anjir"

***

Rania melihat semua kejadian insiden parfum tersebut dengan malas. Dan kini mereka tengah belajar pelajaran Agama yang diajar oleh guru paling bikin ngantuk—Pak Yahya.

"Kita pulang sekolah tinggal 5 jam 20 menit 10 detik" Bisik lelaki di sebrang bangku Rania, siapa lagi kalau bukan Fahri!

"Kita pulang sekolah tinggal 5 jam 20 menit 9 detik"

"Lu ngitungin banget ya?" Rania agak geli melihat muka polos Fahri yang menatap jam dinding kelas.

Five hour later..

Rania dan Fi menoleh ke arah Fahri yang tak henti-hentinya menjadi stopwatch berjalan berduduk itu.

"Fahri kenapa? Ada bom waktu ya?" tanya Fi.

"Waktunya tinggal 5,4,3,2,1"

Tetew....

Hitungan Fahri rupanya bertepatan dengan bel sekolah yang berbunyi. Dengan ini Rania mengetahui, selain berbakat menjadi penjual parfum, Fahri juga berbakat menjadi stopwatch berjalan.


Wqwq. Maaf ya kalau garing, lagi buntu soale dan nyempetin update :) Genrenya ini memang agak ke slice of life. Tapi masih bingung juga aqutu. Vote, comment ya 💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang