Fahri menatap guru di hadapannya dengan santai. Kini dia sedang berada di ruangan yang konon menurut para siswa adalah ruangan paling horor, ruang BK.
Fahri terkena masalah? Oh, tentu saja tidak. Fahri kan anak tampan, baik, dan rajin menabung, kata mamanya.
"Ibu ingin tanya, kenapa kamu pengen pindah ke kelas XI IPS 2? Kamu ada masalah ya di kelas?" Tanya Bu Ani dengan sorot mata tajam.
"Nggak, Bu. Masalahnya cuma satu,"
"Apa?"
"Nggak ada Rania di kelas saya,"
"Hah? Rania siapa?"
"Ada Bu, namanya Rania Andita. Cantik, rambutnya lurus, badannya tinggi.
Ibu mau nomornya? Ah nggak usah, wong saya nggak punya nomornya" cerocos Fahri."Ibu nggak peduli siapa Rania-Rania itu. Alasan kamu nggak masuk akal, Ibu nggak memperbolehkan kamu pindah kelas,"
"Tolong lah, Bu. Nanti saya bakal ngasih Ibu apapun yang ibu mau,"
Fahri memohon."Jadi kamu mau nyogok saya?!!"
"Nanti saya bakal beliin apapun yang Ibu mau tiap hari,"
"Nggak akan!!"
"Ibu mau bakso?"
"Nggak!!!"
"Ibu mau soto Bi Iyem di depan sekolah?"
"Nggak, saya nggak suka. Bi Iyemnya judes, saya males!!"
"Mie aceh?"
"Masih mau nyogok?!!"
"Kalau seblak ditambah telur sama es teh, Bu?"
"Nah, itu mantep. Bolehlah. Silahkan kamu boleh pindah kelas. Pindah sekolah, pindah negara juga nggak apa-apa"
"Kalau saya pindah negara, siapa yang beliin seblaknya, Bu?"
"Oh, iya lupa"
***
Akhirnya dengan sogokan seblak ditambah telur dan es teh, yang nantinya akan Fahri antar setiap hari ke ruang BK berhasil membuat hati Bu Ani luluh.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi kali lebar kali panjang *eh. Fahri pun melangkahkan kakinya menuju kelas XI IPS 2, menyusul Rania yang sebenarnya tidak ingin disusul.
"Assalamu'alaikum, ya ahli kubur. Eh salah, Assalamu'alaikum Ibu Ines dan para teman saya sekalian," sapa Fahri di depan kelas.
Ibu Ines mendongak dan berjalan mendekat ke arah Fahri.
"Oh kamu yang katanya Ibu Ani mau pindah negara, eh pindah kelas kesini itu ya?"Fahri mengangguk sopan.
Masih newbie gw disini eak, batin Fahri."Wah berarti kelas kita punya dua murid pindahan, Fi sama Fahri. Selamat bergabung!"
Fahri melihat ke sekeliling, matanya menyorot ke arah bangku di sebelah Rania yang sudah terisi Fi.
Yah gue keduluan, dah.
"Baik Fahri, kamu bisa duduk di sebelah Helmi," Bu Ines menunjuk ke arah Helmi yang kebetulan bangkunya bersebrangan dengan bangku Rania dan Fi.
Buset, dah. Itu Fahri ngapain pindah kesini, Rania terkejut. Betapa sial nan menyedihkannya hari ini.
"Eh Ri, ngapain lu pindah kesini? Habitat lo kan di ragunan!"
"Jangan marah-marah gitu, dong. Aku kan mau nyusulin kamu. Eh btw, lu anak baru kan?" Fahri menunjuk Fi. Fi mengangguk antusias.
"Kenalin, nama aku Safira Aulia Putri Nadhea Annisa Ayudia Ariska Hanna Ningsih. Dipanggil Fi,"
Fi menjulurkan tangan kanannya, sementara tangan kanannya memegang sebuah kipas berbentuk monyet-yang sebenarnya dari tadi mengganggu pendengaran Rania."Wih mantep dah tuh nama. Panjang kayak cintaku pada Rania," Fahri mengedipkan mata. Namun Rania membuang muka, tangan sampai badan sekalian.
"Kenalin nama gue Fahri Sulaiman. Panggil aja Fahri, tapi jangan panggil Sayang, nanti Rania cemburu,"
Fi hanya tertawa dengan wajah menggemaskan.
Sementara Rania? Entahlah, mungkin sekarang dia benar-benar butuh refreshing ke Planet Pluto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania
HumorRania Andita, gadis yang berambisi untuk mendekati guru les privat adiknya sendiri, yaitu Pak Andrew. Semua cara normal hingga gila akan dia lakukan, termasuk ketika dia dengan terang-terangan menyatakan cintanya pada lelaki yang 6 tahun lebih tua d...