5

19 9 13
                                    

Hari mulai menjelang malam dan Daniel masih setia duduk di samping Heejin yang sedang tertidur pulas di bahunya. Lalu, Daniel memutuskan untuk memindahkan Heejin ke dalam kamar.

Dengan hati-hati Daniel menggendong Heejin takut ia terbangun, lalu segera memindahkan ke kamarnya karena udara semakin dingin.

Dengan mudah Daniel memindahkan Heejin ke kamarnya yang berada di lantai atas, karena Heejin yang memiliki postur tubuh yang mungil jadi Daniel dengan mudah memindahkannya. Setelah meletakkan Heejin di kasurnya, Daniel menutupi sebagian tubuh Heejin dengan selimut.

Daniel duduk di tepi ranjang lalu mengamati setiap inci wajah Heejin yang damai saat tertidur tanpa ada satu bagian yang terlewat. Tangannya mengelus pelan pipi Heejin.

"Mianhae... Aku telah mengingkari perjanjian itu. Aku siap jika kau membenciku, tapi kumohon biarkan aku tetap mencintaimu. Sebesar apapun usahaku untuk tidak mencintaimu, tapi hatiku akan tetap kembali mencintaimu Heejin-ah," Daniel mengusap pelan puncak kepala Heejin lalu beranjak pergi.

Tiba-tiba sebuah tangan menahan lengannya. Daniel menoleh dan ternyata Heejin yang sedang menahan lengannya.

"Kau bangun?" Tanya Daniel lalu kembali duduk di tepi ranjang.

"Apa maksudmu?" ucap Heejin To The Point.

Daniel hanya mengeryit heran.

"Jelaskan apa maksud dari yang kau katakan tadi?" lanjut Heejin sedikit meninggikan suaranya.

"Aahh..Kau mendengar semuanya. Ne... Hmm.. aku memang mencintaimu sejak pertama kali aku mengenalmu. Dan dulu, saat masih duduk di bangku kelas lima kau mengajakku taruhan bahwa jika salah satu dari kita ada yang memendam perasaan lebih dari sahabat maka kita tidak akan bersahabat lagi dan tidak akan bertemu satu sama lain, tapi ego ku mengalahkan segalanya dan pada akhirnya aku menyetujui taruhan itu. Dan ketika kau pindah ke Amerika, kukira dengan mudah aku akan melupakanmu dan ternyata itu hanya membuatku semakin mencintaimu," jelas Daniel panjang lebar.

Heejin menatap Daniel tak percaya. Dan tanpa Heejin sadari air matanya berhasil meluncur membasahi pipinya.

"Ck, kau bahkan masih mengingat taruhan itu," ucap Heejin.

" Aku adalah lelaki yang akan tanggung jawab atas apa yang aku lakukan,

Daniel dan Heejin terdiam cukup lama, menciptakan suasana canggung yang membuat keduanya sulit untuk membuka pembicaraan.

" Mianhae, Niel-ah..." ucap Heejin lirih.

" Untuk apa?" tanya Daniel.

" A..a..aku hanya menganggapmu sebatas sahabatku saja, dan aku menyayangimu sebagai sahabat. Aku juga sudah memiliki kekasih sejak aku masuk sekolah di sini," ucap Heejin

" Aku tahu... Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja, ya sudah aku pulang dulu. Kau istirahat, sampai jumpa besok di sekolah," ucap Daniel dengan nada kecewa yang membuat Heejin semakin merasa bersalah, lalu beranjak pergi meninggalkan Heejin yang masih terkejut dengan pernyataan Daniel tadi.

Setelah Daniel keluar dari kamar, Heejin kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap ke langit-langit kamarnya. Pernyataan Daniel tadi terus berputar di kepalanya. Heejin tidak menyangka bahwa sahabat kecilnya ini mencintainya sejak dulu.

Heejin merasa bersalah pada Heejin, tapi ia mencintai Hwang Minhyun, kekasihnya sekaligus mentor  taekwondo-nya. Tak lama kemudian, Heejin memutuskan untuk tidur karena besok harus berangkat ke sekolah.

======================================================

Semenjak Daniel mengungkapkan perasaannya kepada Heejin, hubungan Heejin dan Daniel semakin merenggang. Saat di sekolah maupun di rumah, mereka jarang bertemu dan hanya saling menyapa jika tidak sengaja bertemu, lalu kembali dengan aktivitasnya masing-masing.

Will You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang