Yang paling bikin Jisoo syok saat ini bukan Tuan Muda yang tiba-tiba ngajakin dia lari sore. Tapi kemunculan Taeyong dengan mobil barunya.
Jisoo nggak sekali pun ngedipin mata begitu Taeyong sampai di tempat janjian mereka. Taeyong nggak tau lokasi apartemen Jisoo (dan nggak minat nyari tau juga), jadi buat ketemuan, mereka janjian di McD.
"Ini mobil tetangga lo?"
Taeyong menaikkan satu alisnya denger pertanyaan Jisoo. "Emang lo liat gua akrab banget sama tetangga gua sampe berani minjem mobil?"
"Terus mobil siapa?" Jisoo sedikit meringis ngeliat mobil BMW i8 warna putih milik Taeyong.
"Nggak usah sok kaget, lo tau gua anak siapa," tukas Taeyong, lalu masuk ke dalam mobil. "Standar banget mobil ginian di kalangan kayak orangtua gua," sambungnya setelah Jisoo ikut masuk.
Mau ngedumel Jisoo nggak bisa. Gapapa deh Taeyong sombong, soalnya beneran anak orang kaya.
"Gua nggak sombong, belinya pake duit Ayah."
Jisoo nyengir, garuk-garuk tangan karena nggak tau mau jawab apa. Cuma bisa ngelirik Taeyong yang mulai menginjak pedal gas.
Sepanjang perjalanan keheningan melanda. Taeyong yang terlihat tampan dengan rambut ungunya--seperti biasa--memusatkan perhatiannya ke jalanan. Sedangkan asisten cantiknya tengah bergulat dengan pikirannya sendiri.
Bagaimana tidak, Jisoo penasaran bukan main tentang laki-laki yang mereka temui kemarin. Lelaki tinggi dan bermata coklat, Lee Taewin. Lelaki yang berhasil bikin air wajah Taeyong sekeras batu. Jisoo ingin tau dia siapa dan kenapa Taeyong meminta Jisoo buat ngelupain aja si Taewin Taewin ini. Bahkan, Jisoo berani jamin, kalau aja Taeyong punya mesin pencuci ingatan, mungkin hari ini Jisoo ngga akan ingat namanya sendiri.
Akhirnya, untuk melupakan semua rasa penasarannya, Jisoo memutuskan buat nanya, "Tiba-tiba banget beli mobil? Nggak jomplang nanti kalo parkir di rumah lo?"
Bukannya maksud Jisoo kurang ajar, tapi mobil ginian diparkir di rumah Taeyong pasti punya potensi viral.
"Nggak--"
"Eh, kalo sekarang lo kemana-mana pake mobil, Pak Mino nya gimana?"
"Lo bisa satu-satu nggak kalo nanya?" geram Taeyong yang sukses membungkam Jisoo. Cewek itu diam, terserah Taeyong mau jawab pertanyaan dia yang mana duluan.
"Pak Mino balik jadi sopir Mama." Kali ini suara Taeyong lebih tenang dan datar. "Gua beli mobil karena alesan pribadi."
Ya udah, Jisoo diam sepanjang perjalanan. Padahal mau pergi jogging doang deket lapangan tembak, cuma pake sport set dari atas sampe bawah. Tapi nggak tanggung-tanggung, Taeyong bawa mobil sport sekalian.
Ceritanya semalem Taeyong nge-WA Jisoo, katanya minta jadwal kegiatan untuk seminggu ke depan. Jisoo ya kaget, kesambet apa Taeyong peduli tentang jadwalnya yang bakal ngerubah dia jadi orang produktif.
Jisoo tau, selama ini Taeyong no life banget. Menarik diri dari masyarakat, sehari-hari bolak-balik mini market-rumah aja buat beli bahan makanan. Padahal ditransfer uang terus sama nyokapnya tapi dipake buat belanja game. Alhasil, demi menghemat, Taeyong nyolong sembako dari kantor orangtuanya.
Keramaian lapangan tembak sudah Jisoo duga sebelumnya. Dia turun dari mobil lalu mengejar Taeyong yang sudah berjalan di depan. Kalau kalian berekspektasi Tuan Muda bakalan bukain pintu untuk Jisoo, jangan harap ya!
Pasti Tuan Muda langsung nyerocos, “lah yang jadi asisten kan dia, kenapa gua yang bukain pintu.”
"Taeyong hih, bukan balap lari! Jangan cepet-cepet jalannya nanti tenaganya habis," protes Jisoo yang jalannya selambat kura-kura.
Taeyong menoleh ke belakang dan mendapati asistennya begitu bersinar sore ini. Kulit putih Jisoo semakin sempurna di bawah sinar matahari sore.
"Pura-pura nggak kenal."
Jisoo yakin itu sebuah perintah. Dengan kesal, dia membiarkan Taeyong memulai olahraganya. Selalu ada hikmah di balik sesuatu. Walaupun Taeyong bersikap menyebalkan, dengan begitu Jisoo bisa melakukan apapun sambil mengawasi Tuan Mudanya dari jauh.
Dengan hati gembira, Jisoo berjalanan ke arah ke penjual makanan. Maaf aja, kali ini Jisoo lebih tergoda untuk melahap sepiring batagor, satu porsi pentol bakso pedas manis, dan es campur pakai ekstra nangka potong dibandingkan ngekorin Tuan Muda olahraga.
Ini kali pertama Jisoo jajan-jajan di sini. Yang punya ide masukin jadwal olahraga Taeyong di lapangan ini sebenernya Yohan, mempertimbangkan kegemaran kakaknya yang pemakan segalanya. Alhasil, Jisoo meneruskan saran ini ke Nyonya Han dan tanpa disangka-sangka, sarannya diterima. Jisoo puas banget dengan saran Yohan, dibuktikan dengan ludesnya semua makanan yang ia pesan.
Tiba-tiba, pundak Jisoo ditepuk pelan. "Eh!" jerit Jisoo.
"Kagetan banget, kayak acara tv."
"Itu Uang Kaget." Jisoo mendengus. "Udah larinya?"
Taeyong menarik kursi di dekatnya dan duduk di depan Jisoo. "Kalo belom, emang gua bakal di sini?" sahut Taeyong.
Jisoo yang mulai memikirkan saran Yohan untuk menganggap Taeyong sebagai seorang teman mendadak ingin mencabut semua niatnya itu dan mencukur semua rambut Taeyong. Lo nyebelin banget asli.
Tetapi, Jisoo ngga menyahut apa-apa. Semakin dijawab semakin menyebalkan pulalah Taeyong ini. Seenggaknya itu rumus yang Jisoo pahami sekarang.
Sementara itu, yang bikin sebel malah pesen satu porsi ketoprak.
"Dih, selesai olahraga langsung makan ginian sama aja dengan bohong, Taeyong," kata Jisoo.
Taeyong mengangkat bahu tanda tidak peduli sambil terus fokus ke makanannya. Jisoo dengan sabar menunggu Tuan Muda selesai makan dan mereka akan pulang.
Mulai dari scroll Tiktok dan Instagram, sampai membalas beberapa pesan di WhatsApp dan LINE, Jisoo ngga sadar orang di depannya itu memerhatikan Jisoo begitu lekat (sambil tetap mengunyah).
Taeyong hanya melirik mangkuknya dan Jisoo secara bergantian. "Gua mau ngomong."
Secara instan, Jisoo langsung memusatkan perhatiannya ke Taeyong setelah menyimpan handphone-nya ke dalam tas. Jisoo tersenyum memberi isyarat, Iya silakan, tumben banget ihihihihi.
"Kita udah deal, kan. Lo bakal urus semua keperluan dan jadwal gua, sedangkan gua bakal berubah jadi normal," mulai Taeyong dengan suara yang tertahan, "tapi gua mau kasih satu penawaran lagi buat lo."
Ini nih, batin Jisoo. Ini yang dinamakan detik-detik bencana alam ringan. Apa lagi yang bakal keluar dari mulutnya?
Soalnya Taeyong tuh udah galak, moody-an, engga jelas, dan nyebelin. Jadi sama sekali ngga bisa ditebak.
Jisoo hanya melihat Taeyong dengan dahi berkerut, menunggu kelanjutannya.
"Sekalian jadi tukang bersihin rumah gua, lo mau ga?"
Jisoo bersumpah, detik itu juga dia pengen meninju Taeyong ke inti bumi. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Picturesque Disaster | Taeyong & Jisoo
FanfictionDari Asisten Manajer HRD beralih menjadi Manajer bagian ngurusin anak orang, Jisoo masih harus meladeni bayi besar yang mereka panggil 'Tuan Muda Taeyong' ini tanpa mereka tahu--bahkan semua orang--bahwa takdir bukan suatu hal yang bisa ditebak. "UD...