Part 03

280 56 8
                                    

Myungsoo terlihat tengah bersandar disisi meja kantor miliknya seraya menatap lekat kearah ponsel miliknya yang memaparkan artikel tentang kematian seorang pemilik bar yang baru saja dibunuhnya kemarin malam. Nampaknya hal itu sedang membuat geger sebagian orang.

Myungsoo yang kini tengah mengenakan kemeja berwarna Merah Maron dengan motif kotak silver itu tersenyum miring kearah benda persegi yang kini dicengkramnya itu.

Terkekeh geli melihat judul artikel sipenulis "Aparat kepolisian kini tengah berusaha menangkap tersangka pembunuhan berantai disalah satu bar terkenal kota Seoul ".

"Mereka terlalu percaya diri akan mampu untuk menangkapku, ck tikus-tikus bodoh itu ! Tidak akan ada satupun dari kawanan bodoh itu yang mampu menyentuh kasus ini  !" ujarnya tanpa melepas seringaian khasnya.

Kini pandangannya beralih menatap seorang pria yang tak lain adalah asistennya. Myungsoo bertanya dengan alis yang sedikit ditekuk, "Kosongkan jadwalku nanti malam ! Aku harus menemui si tua bangka itu...".

Pria yang memiliki badan kekar bernama Kim Namjoon itu mengangguk mengerti dan segera menelpon bawahannya untuk mengosongkan jadwal seperti yang diminta oleh atasannya sekaligus pria yang dianggapnya saudara itu.

"Aku selalu merasa kau benar-benar mengesankan, saksi terakhir kasus ini sudah kau lenyapkan bukan ?" lanjutnya dengan nada penasaran.

Myungsoo hanya mendengus mendengar celoteh asistennya. Tangannya bergerak meraih gelas berisi wisky. Meneggaknya hingga tandas lalu meringis menatap kearah pria itu, "Kau tau ? Aku lebih memilih mengurus pabrik wine, gudang senjata, dan beberapa perusahaan ku dipasar gelap daripada harus duduk menjadi CEO perusahaan agensi seperti ini !".

"Kalau begitu menikah saja. Biarkan istrimu yang mengurus perusahaan agensimu, bagaimana ?" saran Namjoon.

Myungsoo berjalan menghampiri jendela besar diruangannya, "Aku tidak menginginkan wanita yang hanya bisa menjadi teman tidurku. Aku membutuhkan yang sama persis sepertiku !!!".

Myungsoo berjalan menghampiri asisten keduanya yang sedari tadi hanya diam. Lengannya terulur menyerahkan ponselnya kearah pria tampan berbadan rendah itu.

"Lacak identitas pemilik nomor plat ini " ucapnya dengan nada rendah.

Myungsoo memang hanya memiliki tiga ekspresi. Datar, menyeringai dan mendesis. Hanya itu yang selalu ditunjukannya. Bahkan saat melakukan sesi foto keluarga, juru kamera harus berulang kali meminta dirinya menata ulang ekspresinya agar tersenyum alami.

Fotografer juga kadang menjelaskan padanya mana raut mendesis,menyeringai, dan tersenyum. Karena ekspresi yang sering ditunjukannya saat diminta tersenyum hanyalah seringaian. Dan tak jarang pula beberapa dari mereka mati dengan mengenaskan setelah berani memberikan komentar pada Myungsoo.
...

Airport Icheon Seoul

Sohyun menatap keluarga-nya dengan ekspresi tak mengerti. Pasalnya keluarga-nya yang baru saja berlibur di Hawai itu kembali dengan pakaian yang biasanya digunakan saat berada dipantai.

Kemeja dengan gambar pohon kelapa, topi bundar, kaca mata lebar, dan celana selutut serta sendal jepit. Itu semua adalah atribut yang biasa digunakan para wisatawan saat berkunjung ke pantai. Bahkan adiknya, Jayhun yang biasanya sama sepertinya sekarang telah mengikuti stlye yang bodoh itu.

Hal semacam ini membuat gadis berambut hitam gelap itu memutar  matanya "Belum puas menikmati liburannya ? Ya sudah kembali saja, aku bahkan akan dengan senang hati memberi kalian tiket ! ".

Ia tak habis pikir, dirinya menatap penuh tanya kearah Ibunya demikian juga sang Ayah. Bukannya menjawab kebingungan sang putri, keduanya malah asik mengumbar sifat possesive pada pasangan masing-masing.

Tatapan gadis berwajah bulat itu mendarat pada saudara laki-lakinya tetapi pria tampan itu malah sibuk tebar pesona sedangkan saudara perempuannya sibuk dengan ponselnya. Hanya Kim Jayhun yang membalas tatapannya dengan gindikan bahu.

"Apa kalian memintaku datang hanya untuk menjadi patung disini ?" tanyanya datar.

Tentu saja tidak ada yang tahu jika dia sangat bersabar untuk tidak menghajar satu persatu dari mereka. Sudah lama dia menuggu keluarga nya selesai dengan urusan mereka masing-masing. Tetapi kali ini dia sangat kesal.

Tak ada yang menyahutinya. Seperti biasa, yang lainnya sibuk dengan dunianya seakan dirinya tak pernah mengajukan pertannyaan. Membuat gadis cantik itu mendengus sebelum meraih tangan adik lelakinya meninggalkan keluargannya yang lain.

"Kau akan meninggalkan mereka ?,"

Sohyun hanya mengagguk malas mendengar ucapan sang adik. Bisa dikatakan keduanya adalah sosok yang sama namun berbeda versi. Namun, Jayhlun bukan seorang workholic melainkan booksmaniak.

Tidak ada perbedaan yang kental diantara keduanya, bahkan wajah mereka memiliki garis yang sama.
Tak heran jika banyak yang mengatakan jika Jayhun adalah dirinya dalam wujud lelaki.

Remaja berusia 18 tahun itu merangkul tubuh pendek kakaknya. Lain hal-nya dengan Sohyun yang berbalik menepuk pelan pipi Jayhun, yang dibalas remaja itu dengan kecupan panas keningnya.

Membuat yang melihatnya iri bukan main sedangkan yang dicium hanya menatap adiknya dengan heran.

"Aku mencintaimu...Sohyun !".

Degg...

Kalimat yang dikeluarkan Jay benar-benar membuat Sohyun tertegun. Tidak biasanya adik lelakinya itu berkata sesuatu berbau manis. Dan ia juga berani memanggilnya dengan namanya.

"Apa maksudmu ? Bersikap sopanlah padaku, Jay".

" Tidak. Untuk kali ini saja, biarkan aku menjadi diriku sendir ! Aku sungguh mencintaimu, katakanlah aku menjijikan...tapi, aku hanya akan mengatakan ini sekali saja. Aku mencintaimu... ".

Tidak ada yang menduga bahwa adiknya mencintainya...

               ToBeContinued

Lulus Revisi

Dont be a siders...

The Savage PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang