Daisies for Keyla

Bagian 1

Berbarengan dengan kepergian Sang Guru tercinta dari kelas XI MIPA.3 yang dengan sadisnya memberi beratus-ratus perkejaan rumah, yang dikerjakan di sekolah (Nggak ratusan juga sih). Keyla membereskan bukunya yang terkulai lemah. Berusaha merapikannya didalam ransel merah miliknya. Ia jatuhkan kepalanya diatas meja. Menghela napas kasar.

Hari ini sangatlah panas dibandingkan biasanya, keringat menetes secara perlahan di pelipis Keyla. Ruangan kelas dengan AC 2 buah tak cukup menandingi panas yang telah mendominasi di kelas.

"Key, kantin kuy, panas banget astaga beli minum yuk!" ajak Dara seraya mengkipas-kipas tubuhnya dengan buku tulis miliknya. Keyla segera bangkit dari duduknya.

"Kuy, panas banget Ya Allah," sahut Keyla sambil menyeka keringat di lehernya.

Keyla dan Dara berjalan beriringan menuju tempat terindah bagi para siswa. Selingan obrolan receh terjadi diantara dua sahabat yang telah bersahabat sejak SMP. Keyla dengan rambut panjang yang rada ikal dibawahnya dengan kulit sedikit kecoklatan dan hidung mancung kayak perosotan serta muka yang rada keturunan luar, lebih tepatnya Australia. Karena Sang bapak adalah warga negara Australia yang pindah ke Indo dan menjadi mualaf kemudian menikah dengan wanita keturunan Padang yang tidak lain dan tidak bukan ialah Ibu Keyla dan Nico.

Cerita singkatnya gini, Bapaknya Keyla lagi liburan gitu sama teman-temannya ke Padang, Sumatera Barat. Mereka nginap disalah satu penginapan dan itu adalah milik keluarga Ibu Keyla. Dan kemudian Sang gadis berdarah Padang yang mengetahui bahwa ada seorang bule menginap pun di suruh oleh Ibunya atau nenek Keyla menawarkan makanan Khas Padang, yaitu Rendang kepada tamu. Dari situlah muncul bibit cinta, Ibu Keyla pun juga mengajari beberapa kebudayaan di negeri Padang. Mulai dari tarian, bahasa, lagu bahkan ia dijadikan tour guide oleh Bapak Keyla dan teman-temannya. Mungkin ini yang dinamakan 'Ada Cinta di Rendang Padang'.

Berbeda dengan Keyla, Dara lebih pendek sedikit dibanding Keyla, tapi tidak terlalu kelihatan pendeknya. Dara memiliki kulit putih nan mulus, rambut pendek sebahu menghiasi wajahnya yang manis dengan lesung pipi yang akan kelihatan bila ia tersenyum. Namun, senyumnya sedikit berbeda setelah kepergian sang kekasih. Elang. Elang memang bukan seperti cowok kebanyakan, yang tampan ataupun badboy badboy tai gitu. Elang beda, kebiasaan yang paling diingat oleh Dara ialah, elang sering bernyanyi untuknya sebelum gadis itu terlena akan alam mimpi. Sampai pada akhirnya ia tak pernah mendengar lagi suara itu. Yang bisa lakukan untuk mengingat sang (mantan) kekasih adalah dengan memutar kembali rekaman yang ada.

Kedua orang itu kini telah berada di salah satu meja persegi panjang dengan 4 buah kursi plastik yang bisa diduduki. Tak henti-hentinya mereka menyesap es teh yang telah di pesan.

"Ahhhh..."

"Panas banget gila," seru Dara mengambil tisu untuk mengelap keringat di dahinya. "Gue yakin ni hari mau hujan deh," lanjutnya.

Keyla mengangguk cepat,"sotoy lu,Dar."

"Bukannya sotoy, tapi biasanya kan gitu, siangnya panas eh malamnya ujan lebat, Ampe pagi-pagi gue telat bangun saking enaknya tidur,"jelas Dara tak terima dikatakan sotoy.

"Tapi nggak papa sih ujan, biar ada alasan untuk nggak latihan basket." Keyla tersenyum lebar akan pikirannya itu. Berolahraga memang baik, tapi untuk keadaan seperti ini? Sulit untuk dilakukan. Keyla menekuni bola basket sejak SMP, dirinya telah tertarik dengan olahraga tersebut sedari kecil. Dan dirinya tambah semangat saat tahu orang yang disukainya ikut ekstrakurikuler basket juga. Devan.

"Tumben-tumbenan Lo malas ikut latihan, biasanya semangat 45?" tanya Dara dengan tangan kanan yang menopang dagunya. 

"Lagi males aja, capek." Padahal alasan sebenarnya adalah karena Devan tidak bisa latihan karena ada urusan keluarga.