Bagian 5

15 2 0
                                    

Mata Keyla terbuka, ia terbangun dari tidur nyenyak semalam. Kemudian ia menggerakkan seluruh anggota tubuh untuk menghilangkan kekakuan. Ia berjalan kearah meja rias, kemudian menatap lama tampilan tubuhnya selagi mengumpulkan energi. Setelah menghela nafas panjang ia berjalan memasuki kamar mandi.

Beberapa menit gadis itu menghabiskan waktu untuk membersihkan tubuh, kini ia tengah merias wajahnya. Sedikit polesan bedak dan sedikit pelembab bibir. Rambutnya ia kuncir seperti biasa, kuncir kuda. Sempurna.

Drrrt...

Keyla menatap layar ponselnya. Satu notifikasi masuk, ternyata itu DM dari Devan. Keyla kelihatan bingung namun rasa senangnya melebihi kebingungannya.

devan.dirgantara : entar istirahat temuin gue dilapangan.

Senyum merekah dibibir Keyla. Jantungnya seakan ingin lompat dari tempat. Devan ngajak ketemuan Keyla. Romantis banget nggak tuh?.

"Astaga mimpi apa gue semalem. Devan ngajak ketemuan. Aaa Ya Allah," Keyla tersenyum lebar sangat lebar. Lalu kenyataan menyadarkan ia bahwa jam telah menunjukkan pukul 06.45, ia harus bergegas ke sekolah.

Kini Keyla beserta Nico telah membelah jalanan Ibukota. Lantunan musik kekinian menemani mereka. Keyla tampak tak sabar menginjak lantai sekolah. Senyumnya tak lengkang oleh waktu, sampai Nico yang menyadarinya bergidik ngeri, takut-takut sang adik kesurupan.

Keyla merapikan bajunya yang sedikit terlipat saat perjalanan, menata rambutnya serta menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Ia melangkah optimis menuju kelas.

Nico menyisir rambutnya terlebih dahulu menggunakan jari di kaca mobil, menggunakan sedikit parfum yang telah ia sediakan di mobil takut-takut kelupaan menggunakannya dirumah, terakhir merapikan dasinya. Lalu mengikuti langkah Keyla dari perlahan.

Ketika telah sampai di pintu kelas, Keyla tampak bingung melihat Nico yang mengikutinya hingga ke kelas.

"Napa Lo?" tanya Keyla ketus.

Nico memasukkan kepalanya kedalam kelas, seperti mencari sesuatu, dan setelah melihat beberapa sudur kelas mata Nico berbinar-binar ia pun berjalan melewati Keyla tanpa menjawab pertanyaannya.

Dara kaget melihat kehadiran Nico di depannya. Ekspresi bingung terlihat di wajah polosnya, Keyla yang saat itu berjalan mengikuti sang kakak dari belakang hanya menggeleng pelan seolah tak tau apa yang terjadi. Dara membalas senyum Nico.

"Kenapa, Kak?" tanyanya sambil meletakkan ponsel di saku seragam.

Nico membuka tas hitamnya, kemudian mengeluarkan sebuah bingkisan yang ia bungkus tadi malam. Lalu memberikannya kepada Dara.

Dara menerima kado itu, "buat gue?"
Nico mengangguk kecil, "gue yakin Lo pasti suka, secara yang ngasihnya orang ganteng kayak gue!"

"Prettt, ganteng apaan Lo!?" cibir Keyla menanggapi.

"Anak kecil diemmm," Nico menjitak kepala Keyla.

Dara tertawa kecil sedangkan Keyla mengusap kepalanya yang menjadi korban jitakan Nico.

"Makasih ya, Kak!"

Nico tersenyum lebar, "iya, gue ke kelas ya, mau menuntut ilmu untuk membangun bangsa." Keyla dan Dara pun saling tatap, mendengar ucapan Nico.

Suasana koridor lumayan sepi, para penghuni sekolah sepertinya tengah memanjakan dirinya di kantin. Memesan makanan ataupun minuman untuk menyogok perut yang dari tadi memberontak. Tapi bukan kantin tujuan gadis itu, melainkan lapangan yang terletak di bagian depan sekolah. Menemui sang pujaan hati yang memintanya datang ketika perutnya sedang meminta semangkok mie goreng.

Keyla merapikan tatanan rambutnya serta membenarkan baju yang sedikit kusut. Ia tersenyum menatap Devan yang tengah memainkan ponselnya. Mengatur napas yang sejak tadi berlomba-lomba untuk keluar dan menetralkan detak jantung yang sejak tadi berdetak lebih kencang.

"Hmm," gumam Keyla ketika kakinya telah berhenti didepan Devan. Devan menatap kesumber suara, orang yang ditunggunya telah datang. Dimasukkanlah ponsel itu kedalam saku celana abu-abunya.

"Kenapa?" tanya Keyla. Devan bangkit dari duduknya, lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

"Jadi malam Minggu nanti gue bakal jalan sama Dara!" jawab Devan.

Hati Keyla tertohok, bagaimana tidak? Rencana itu ibarat kabar buruk di siang hari bagi Keyla. Maksud hati ingin tersenyum malah menjadi duka. Semenjak Keyla menyetujui perihal Devan yang ingin bekerjasama dengan dirinya, Keyla harus siap hati dengan ini semua. Siap hati dengan semua bentuk perjuangan Devan terhadap Dara.

Keyla berjalan kearah tempat duduk yang barusan Devan duduki, "terus Lo mau ngapain?"

"Nah itu, gue nggak tau!". Keyla menatap bingung sosok lelaki didepannya, "kok Lo nggak tau sih bambang!?"

"Maka dari itu jamalll... Gue minta tolong elu!"

Setelah mendengar jawaban Devan, Keyla mulai berfikir hal apa yang harus dilakukan devan. Nonton? Ngecafe? Ngopi-ngopi manja? Makan malam? Nyalon? Ngegosip di Monas? Bangun rumah? Ngerjain skripsi, tapi masih SMA? Jualan bubur? Sekitar 5 menit mereka terdiam dan posisi Devan kini telah duduk bersebelahan dengan Keyla. Akhirnya Keyla mengangkat badannya yang tadi sedikit menyender pada bangku.

"NAH, Gue tahu! Gimana kalau Lo berangkat dari jam 3 an, terus Lo ajak dia nonton, nah selesai itu lo magrib-an dulu, terus lo ajak makan, terusss... Lo ajak dia nonton—Wayang!!" Jelas Keyla dengan semangat menyebut Wayang.

Devan langsung menatap Keyla yang tengah berbinar-binar, "wa—yang?" Keyla mengangguk cepat.

Tawa pun keluar dari mulut Keyla, "nggaklah! Yang suka wayang tuh gue! Abisnya ide gue udah mentok!" Devan memijit pelipisnya. "Apa gue ajak keliling kota aja ya?"

"Nah tuh tau!" sahut Keyla. "Tapi, bensin gue entar abis cuyyy."

"Ya Allah, bambanggg... Lo pelit amat sama bensin,"

"Cinta itu perjuangan cuyyy, eakkk" lanjut Keyla seraya menepuk punggung Devan.

"Bisa ae lu Jamal, hahaha."









Tumben dikit part ini hhhh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daisies for KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang