Bagian 4

14 3 0
                                    

Dentingan sendok dan garpu yang saling beradu di piring menemani makan malam dua saudara ini. Rendang daging tersuguh nikmat dimeja makan. Rendang adalah makanan favorit Keyla serta Nico. Mereka berlomba-lomba menghabiskan daging di piring kemudian akan mengambil kembali.

“Woy, itu yang terakhir buat gue!” omel Keyla sinis.

“Apaan sih, habisin dulu tuh di piring Lo!” balas Nico tak kalah sinis.

“Eh Lo kan udah lima, itu yang terakhir berarti buat gue!”

Nico malah langsung memasukkan potongan daging rendang terakhir kedalam mulutnya.

“Ambil nih kalau mau,” ucapnya seraya mengunyah daging tersebut.

“iii, ngeselin banget sih.”

Nico meneguk air minumnya, kemudian langsung melesat pergi ke kamar. Sedangkan Keyla menatap miris sepotong daging di piringnya yang hanya tinggal satu. Mulutnya mengunyah perlahan daging itu sambil menikmati tiap sensasi gigitannya. Setelah itu Keyla juga pergi menuju kamarnya.

Pekerjaan Rumah telah menunggu Keyla. Ia mengambil buku tulisnya kemudian duduk di meja belajar. Dirinya tampak berkonsentrasi mengerjakan berbagai macam soal itu. Berpaling dari Keyla. Nico kini malah sibuk membungkus sebuah kado. Dengan sebuah pita berwarna merah di atas kotak persegi panjang tersebut menambah kesan cantik. Ia tersenyum melihat hasil kerjanya.

“Hah, pasti gue yakin Dara bakal suka Novel ini. Iyalah yang ngasihnya orang ganteng kayak gue!” ucapnya yakin pada dirinya.

Dirinya menimang-nimang kado itu. Ditatapnya dengan senyuman merekah lalu ia masukkan kedalam tas sekolah. Nico berkaca pada sebuah cermin, merapikan sedikit rambutnya lalu mengambil handuk untuk mandi. Karena dirinya tak sengaja tertidur tadi sore.

Malam ini terlihat indah, dengan taburan bintang yang menemani bulan. Semilir angin menusuk di sela-sela leher Dara yang kini melakukan hal yang sama dengan Keyla. Ya belajar. Matanya ia alihkan menatap pintu balkon yang terbuka. Rasa dingin menuntunnya untuk menutup pintu itu.

Ia pun beranjak menuju arah balkon kamarnya, bukannya menutup Dara malah terpesona melihat langit malam ini. Dirinya menuju tepi balkon yang dibatasi oleh pagar besi. Senyum merekah dibibir gadis itu, menutup mata seraya menikmati angin yang menerpa rambutnya.

Pikirannya melayang pada kejadian beberapa bulan lalu.

“Indahkan?” puji Elang seraya matanya melihat keatas langit malam.

“Iya, indah,” balas Dara setuju.

“Kayak kamu,” kini mata Elang menatap gadis yang tengah duduk bersamanya diatasi kap mobil.

“Apaan sih Kak,” jawab Dara tersipu malu.

Dara menangkap sepasang mata coklat itu tengah menatapnya, pipinya terasa panas membuatnya harus memalingkan muka dengan menunduk. Senyum lebar muncul di bibirnya.

“Hahaha, Dara dara”

Kini keheningan terjadi diantara dua sejoli itu. Tak ada suara terkecuali deru nafas mereka berdua.

Elang pergi menuju pintu belakang mobilnya, mengambil sebuah gitar coklat dari dalam sana kemudian kembali duduk disebelah Dara. Dara tersenyum, ia tahu apa yang akan dilakukan lelaki ini.

“Mau lagu apa?” tanya Elang menatap dalam mata Dara. Dara bergumam memikirkan lagu apa yang ingin ia dengar dari mulut Elang pada malam ini.

“Hmm, Beautiful In  White deh,”sahut Dara.

Elang tersenyum, namun ia belum juga memulai nyanyinya. Dara mengangkat sebelah alisnya, seolah mengatakan “ada apa?”.

Daisies for KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang