2

45 0 0
                                    

        “Bumi itu berputar. Kita bisa bertemu dengan siapapun juga jatuh cinta pada siapapun”

Seorang gadis dengan wajah yang seolah dunianya runtuh itu baru saja keluar dari Ruangan pak Danu. Siapa lagi kalau bukan Raina. Mulut gadis itu tidak hentinya berkomat kamit menirukan beberapa ucapan dari pak Danu tadi. Raina benar-benar harus mendapatkan siraman rohani selama hampir satu jam hanya gara-gara pria menyebalkan tadi. Ingin Rasanya ia mencabik wajah songong pria itu dengan kuku panjangnya. Tangannya benar-benar gemas saat ini.

Tiba tiba gadis itu merasakan getaran pada saku bajunya, benar itu berasal dari ponselnya. 9 notif dari Zeravalee muncul di obrolan linenya. Gadis itu selalu saja menebar spam padanya.

“Raina”

“lo dimana?”

“Oii curut”

“jangan bilang lo lupa ini jamnya siapa”

“Rainaaaaaaaaaaa”

“gue tau lo terlena untuk ngadem di ruangannya pak danu tapi nggak gini juga”

“WOYYYY!!!!!!”

“njirrrr bu Aten udah jalan kekelas”

“jangan salahin gue”

Dari sekian banyak pesan yang di kirim Zera, mata Raina hanya tertuju pada nama Bu Aten. Bagaima bisa ia lupa ini sudah masuk jam pelajaran bahasa indonesia. Tanpa babibu lagi gadis itu segera mengeluarkan jurus berlari cepatnya seperti saat di kejar oleh guru bk.

Raina kini sudah berada di Ambang pintu kelasnya. Dengan segala upaya gadis itu berusaha menangkap pandangan Zera dan juga Alwan yang sepertinya sedang memperhatikan ke arah depan. Beberapa saat kemudian Alwan yang kebetulan menoleh ke arah pintu mendapati Raina yang sudah melambaikan tangannya dengan lebar.

“bantuin gue masuk” Ucap Raina dengan bahasa isyarat ke arah Alwan tanpa mengeluarkan sedikit pun suara. Sementara Alwan tampak memberikan kode pada Zera bahwa Raina ada di luar. Setelah mendapat kode, gadis itu segera masuk  mengendap-endap dengan langkah yang sangat pelan. Bahkan suara langkah semutpun sepertinya kalah dengan gadis ini.

“RAINA!! Mau kemana kamu?”

Sayangnya telinga bu Aten lebih peka terhadap hentakan kaki Raina dari pada suara semut. Padahal sedikit lagi gadis itu berhasil duduk manis pada tempat duduknya.

“Mau duduk bu” ucapnya asal tapi benar dengan memasang cengiran tak bersalahnya.

“kamu tidak kenal saya? Kedepan” helaan nafas kasar kembali terdengar dari gadis ini.

“gimana nggak kenal, setiap masuk gue dihukum mulu” gerutunya dengan nada bicara yang hampir tidak terdengar. dengan langkah berat ia berjalan ke depan.

Dan kalian tahu?

Lagi lagi pria itu ada di depannya. Pria bernama senja, yang menjadi sumber kesialannya belakangan ini. Raina sempat memberikan lirikan tajam pada pria itu sebelum akhirnya berdiri berdampingan menghadap ke depan, meskipun hanya di balas oleh senyuman miring.

Setelah menyuruh Raina berdiri dengan tanpa rasa kasihan sama sekali, Bu Aten malah sibuk memperkenalkan pria menyebalkan tadi. Dan benar saja namanya Senja. Dari penjalasan Bu Aten yang panjang lebar tersebut sepertinya dia merupakan salah satu aset di sekolah lamanya. Tak heran jika raut wajahnya terlihat sangat sombong dimata Raina.
 
“ok senja, kamu bisa duduk di sana” Bu Aten terlihat menunjuk bangku sebelah Alwan. Melihat senja yang berjalan ke bangku yang sudah di tunjukkan tadi, dengan cepat Raina mengekor di belakangnya. Namun tangan Bu Aten lagi-lagi lebih cepat menangkap kerah baju gadis itu dengan telunjuk.

Hujan Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang