Game 1

157 30 41
                                    

Mencela, menyakiti, bahkan membunuh adalah bagian paling penting dalam permainannya. Dia adalah cewek seksi berparas cantik rupawan yang tak kalah lihai memainkan otak cerdasnya untuk menarik hati para pria agar terpikat denganya. Jika dilihat, dia memang benar-benar sempurna. Sekali malah! Maka tak heran, hidupnya pun penuh dengan kejutan-kejutan seru. Baik itu kejutan menyenangkan atau bahkan kejutan buruk bagi si pemberi kejutan.

Karena permainan cantiknya pun akan segera dimulai.

Hahahaha!!!

Begitulah tawa menggelegarnya, tatkala permainan cantiknya berhasil dimainkan dengan lihai dan cerdas.

Karena dia adalah sang psikopat cantik cerdas yang tak akan ada seorang pun kuat bermain-main dengannya.

CHINTYA MADONNA!

¤¤¤¤¤

Plakkk!!!

Seketika botol kaca itu jatuh dan terpecah belah menjadi kepingan-kepingan kaca yang tak jelas bentuk dan ukurannya, yang jelas sangatlah tidak beraturan.

Ternyata dia...Chintya, si cewek cantik yang gemar sekali bermain dengan benda-benda tajam, yang dengan sengaja memecahkan botol kaca tersebut menjadi kepingan-kepingan kaca yang lebih kecil.

Mulutnya membuka lebar. Matanya kian membulat dan melotot kepada mangsanya. Kemudian dia tertawa menggelegar.

"Hahahahaha!!!" Serunya dengan nada bahagia. Kemudian dia berjalan dan mendekat kepada seseorang yang kini masuk ke dalam perangkap permainannya.

"Mari kita mulai, sayang!" Seloroh Chintya yang sekarang benar-benar gila. Dia memainkan jari-jemarinya yang lentik dan panjang-panjang, kemudian sedikit menyentil-nyentil pecahan kaca tersebut hingga berbunyi sedikit ngeri.

"Kita mulainya dengan ini dulu, bisa, kan?" Chyntia mulai menerawang sedikit rona mata kawan bermainnya itu dengan tatapan manja. Matanya mulai mengkelap-kelipkan. Sungguh mempesona.

Kawan bermainnya yang saat itu tak bisa berbicara, mulai meronta-ronta ingin segera dilepaskan. Namun, Chintya merasa sulit untuk melepaskannya. Karena dia ingin sekali menyelesaikan permainan ini dengannya. Tentunya bersama-sama.

"Kenapa? Kau mau aku melepaskan plester yang menutupi mulutmu itu? Heh?" Dia terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tidak jelas kepada kawan mainnya. "Baiklah, aku akan melepaskannya. Hmm, tapi dengan satu syarat, kau tidak boleh berisik sedikit pun. Karena kalau kau berisik, itu akan membuatku sedikit susah menyelesaikan permainan ini. Kau mengerti, sayang?" Chintya terus berceloteh dengan nada gila.

Sret...

Chintya berhasil membuka plester hitam yang menutupi mulut kawan bermainnya itu.

"Lepaskan aku, Chintya!!!" Manusia bertubuh gembul itu berteriak dengan keras, berharap dia akan dilepaskan oleh tangan Chintya.

Namun itu semua sangatlah mustahil jika kita sudah terperangkap dan masuk ke dalam zona permainannya dia. Sungguh mengerikan.

Chintya membuka mulutnya perlahan-lahan, sambil mengerjap-ngerjapkan mata dan wajahnya. "Kenapa? Hah? Kau takut, ya?" Ujarnya lirih, sambil terkekeh tak jelas. "Jangan takut, dong. Kita akan bermain, Bro!" Lanjutnya, sembari menepuk pundak yang lumayan berisi milik manusia di hadapannya itu.

"Dagingmu sepertinya lumayan empuk juga. Dan, sepertinya sangat cocok dibuat jadi bahan baku buat sop. Huuuu...pasti sangat lezat, bukan?" Selorohnya. Kemudian, dia meletakkan kepingan kaca botol yang lumayan tajam dari perawakannya itu, sembari meletakkannya di kelopak mata kawan bermainnya.

Psycho BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang