Game 3

63 30 20
                                    

Hari sudah mulai siang. Matahari menancapkan kekuasaannya untuk menyinari dan menemani kegiatan para manusia di muka bumi. Kini hari benar-benar panas. Begitu juga dengan yang dirasakan oleh dua sejoli Chintya dan Jessica, yang saban hari menghabiskan waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan di kampus. Dan yang tak kalah hebatnya lagi adalah, melakukan permainan cantik bersama kawan main mereka.

"Tya, gue cabut duluan, ya!" Ujar Jessica yang saat itu tengah memegang beberapa tumpukan buku kuliahnya. "Gue titip nih buku ya?" Sambungnya, sembari memberikan tumpukan buku yang saat itu dipegangnya ke tangan Chintya.

"Hey, berat nih!" Chintya sedikit terkejut, ketika sahabatnya itu memberikan tumpukan buku di tangannya. "Emangnya mau kemana lo? Terus buku-buku ini gimana dong?" Tanyanya dengan gelagat khawatir.

Jessica memutar bola matanya malas, lalu memiringkan sedikit kepalanya. "Gue mau main sama cowok brengsek, Tya. Lo kayak nggak tau gue aja, kalau udah dapet mangsa maunya main sama mereka terus."

"Hmm, ya udah deh terserah lo aja." ujar Chintya malas, kemudian meletakkan buku-buku yang diberikan Jessica tadi ke dalam sebuah kardus. "Gue taruk sini, ya? Nanti gue bawa ke cost lo aja. Soalnya gue juga mau main nanti sore sama mangsa. Tangan gue kaku nih kalau sehari aja nggak ada mangsa yang diperetelin. Okey? Nggak papa kan?" Tanyanya mencoba memastikan sahabatnya itu.

Jessica tampak mengangguk.

"Ya nggak papa. Silahkan." Sahutnya. "Hmm, ya udah gue pergi duluan, ya!" Ujar Jessica, kemudian dia langsung berlalu meninggalkan sahabatnya itu.

"Bye!!!"

Kini hanya bayang-bayang kecil Jessica yang terlihat dari kejauhan. Kemudian, Chintya kembali menggopong kardus yang berisi buku-buku Jessica itu.

"Sialan banget tuh anak. Seenaknya aja dia limpahin buku-buku ini ke gue. Mana berat lagi," celoteh Chintya sambil berjalan melewati koridor perpustakaan kuliahannya.

"Kalau dia bukan cewek, udah gue mainin kali. Terus tinggal bawa aja dia ke neraka atau ke surga. Ya itu sih, tergantung dianya baik atau nggak sama gue. Hahaha, ngaco, ngaco," Chintya terus bermonolog sejak tadi ditinggal Jessica, sambil terus menyusuri koridor kuliahan.

Astaga! Dia makin tampan saja...

Tiba-tiba saja Chintya menghentikan langkahnya, ketika dia melihat sosok cowok kece yang tadi pagi membuat dia terkesima saat di kantin.

Tampaknya Chintya tidak akan meninggalkan begitu saja kesempatan emas yang datang kepadanya. Dia berfikir sejenak dan akan menemui cowok itu untuk sebuah strategi devilnya.

AHA!!! Seketika mendadak muncul ide cemerlang dari benak Chintya agar bisa memikat hati cowok yang saat itu hampir membuatnya frustasi. Lebay banget, kan?

Dia terus mempercepat langkah kakinya dengan memamerkan wajah sumringahnya.

Hingga...

Brukkkk!

Seketika buku-buku yang saat itu tersusun rapi di dalam kardus yang dibawa oleh Chintya terjatuh bertumpukan di lantai. Dan yang lebih parahnya lagi menabrak si cowok kece yang membuat Chintya frustasi sejak di kantin tadi pagi.

Yeay, berhasil!
Sepertinya sandiwaraku nembus ke dia nih. Hahaha! Batin Chintya dalam hati.

Kemudian tersenyum layaknya devil, sembari membereskan buku-bukunya yang tadi terjatuh.

"Maaf, maaf, gue nggak sengaja!" Seloroh Chintya menunduk, sambil terus merapikan buku-buku Jessica yang tadi terjatuh. "Gue nggak bermaksud," dia menyambung ucapannya.

Cowok yang saat itu ditabrak olehnya pun juga ikut membantu membereskan buku-buku yang tadi jatuh menabraknya.

"Lo nggak salah kok. Gue yang salah tadi, karena main HP pas lagi jalan, ya gini jadinya. Malah nabrak lo. Sorry ya?" Jelasnya dengan nada sedikit lirih, kemudian membantu Chintya bangun.

"Hmm, iy," ujar Chintya malu.

"Kenalin, gue Albiant Desta!" Ujar cowok tampan yang berada dihadapan Chintya itu, sembari menyodorkan tangan kanannya. "Lo boleh panggil gue Biant. Hmm?" Sambungnya sambil tersenyum kecil melihat Chintya.

Chintya membalasnya. "Chintya," sahutnya, sambil tersenyum agak seperti devil.

"Nggak usah canggung kali." Biant kembali membalas senyum manis Chintya. "Oh ya, gue panggil lo apa nih? Hmm?" Tanyanya dengan nada memastikan.

"Tya aja boleh," angguk Chintya halus.

"Oke," ujar Biant singkat.

Yes! Berhasil banget nih gue. Ujar Chintya dalam hatinya, sambil terus melihat rona mata Biant.

"Lo kuliah di UI juga? Disini?" Tanya Chintya mencoba memastikan.

Dia mengangguk kecil. "Yap, gue kuliah disini juga." Jawabnya santai.

"Hmm, jurusan apa?" Tanyanya lagi dengan nada lirih.

Biant sedikit mengeryitkan keningnya, kemudian menganggukkan kepala.

"Hmm, gimana kalau gue jawabnya nanti aja." Tawar Biant hangat.

"Hmm?" Chintya masih terlihat bingung.

"Ya nggak besoklah gue jawabnya. Hm, gimana kalau gue traktir lo makan? Yaaa, hitung-hitung sebagai rasa permintamaafan gue karena udah nabrak lo tadi? Gimana, mau nggak?" Tawarnya dengan hangat.

Chintya berfikir sejenak, hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya.

"Ya, oke deh," angguknya.

"Okey, yuk!" Ajaknya.

Chintya pun tersenyum kecil. Hingga akhirnya mereka pun meninggalkan koridor perpustaaan dan berlalu dengan mobil yang dikendarai Biant.

Ternyata mudah banget ya ambil hati cowok kayak dia. Seneng deh lihatnya.
~Chintya Madonna

*****

Ikutin terus ya kisah selanjutnya dari Chintya dan Biant.
☆Only in☆
PSYCHO BEAUTY

Psycho BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang