Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda ; "jangan kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karatnya." (HR. Muslim)
.
.
.Pagi ini Dian sudah ribut didalam kamarnya yg dihuni oleh 15 santri.
"Ana sudah menyuruh ukhty Ilfa untuk memanggilkan ukhty Wirda." Seru Riri yg duduk pinggir kasur sebelah kiri milik Rara.
"Tenanglah, ukhty Dian.." gadis berlesung pipi ini mengelus pelan bahu Dian yg naik turun, Intan.
"Gimana ngga tenang. Rara demamnya tinggi banget tauk!" Sowet Dian pada temannya. Ia sangat khawatir pada Rara, saat sehabis ngaji subuh tadi Dian mendapati badan Rara mengigil dengan suhu panasnya semakin tinggi. Rara memang tidak ikut berjamaah subuh dan mengikuti kajian subuh tadi. Ia bilang kepalanya pusing sekali. Dian sempat menyentuh dahi Rara, panas sekali.
Sebagian dari mereka ada yg sudah berangkat kesekolah. Sisanya rela telat demi Rara yg sedang sakit.
"Anti ngga boleh terlalu khawatir, Yan. Bagaimanapun juga demam itu datangnya dari Allah, Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya, dan Allah ngga akan memberikan kita cobaan yang diluar kekuasaan kita. Jadi jangan marah kalo kita sedang demam, inget Yan." Seru Riri yg duduk disamping kiri kasur Rara masih setia mengompres Rara menggunakan sapu tangan miliknya.
"Tidaklah seorang mukmin tertimpa rasa sakit, rasa capek, kekhawatiran, sedih, kesusahan hati dan sesuatu yang menyakiti sampai duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya." (HR. Bukhori no. 5641 dan Muslim no. 2573)
Dian yang sibuk bolak balik didepan pintu kamar sambil menggigit kukunya yg mulai panjang seketika ia menatap Riri lirih, lalu menghela nafasnya pelan.
Della dan Intan mengangguk "Apa yang dikatakan Riri itu bener, Yan." Seru Della
Rara menyunggingkan bibir pucatnya lebar. Rara sangat bersyukur sekali kala masih ada yang peduli padanya disaat seperti ini. Ia menghela nafasnya pelan "Kalian harus berangkat kesekolah. Nanti telat, ana ngga mau kalian kena ta'jiran١."
*Ta'jiran١ adalah denda atau hukuman.
"Don't worry, lagian madrasah٢nya deket ini." Gumam Della dengan senyumnya yg manis. Intan mengangguk setuju.
Madrasah٢ adalah sekolah.
"Shukran katsiran yaa ukhty." Gumam Rara.
--oOo--
Iqbal duduk menunduk saat berhadapan dengan Abi Hamzah. Tadi saat ia tengah mengajar mengaji dikelas 1 diniyyah, Syahik datang kepadanya dan mengatakan bahwa Iqbal dipanggil oleh Abi Hamzah.
Abi masih diam sambil memainkan ponselnya, sedangkan Iqbal duduk dibawah sambil menunduk setelah tadi menyalimi Abi.
Abi berdehem pelan, "Iqbal, katanya Rara sakit?" Tanya Abi tanpa menatap Iqbal sebab Abi masih memainkan ponselnya.
Iqbal menelan salivanya pelan, "Na'am, Abi.." gumam Iqbal pelan, seperti tengah berbisik.
Abi lalu menyimpan ponselnya, lalu menatap Iqbal yang masih menunduk disampingnya. "Kamu tolong buatkan bubur untuknya setiap waktu makan ya, soalnya Rara punya riwayat penyakit asma dan berikan obat. Ini.." seru Abi sambil memberikan Iqbal kresek putih yang berisikan obat-obatan didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Cinta.
Spiritual-oOo-NEW VERSI-oOo- Kami akan membuat kalian seperti merasakan pesantren sungguhan. Merasakan bahwa akhlak dan adab itu penting. Merasakan bahwa hidup itu memang harus mandiri. Merasakan sendalku juga menjadi sendalmu. Merasakan gimana rasanya dita'...