Bahagia dan sedih, rasakan seperlunya. Mencintai dan membenci, lakukan sewajarnya.
-Monokrom-
KAMIS
Dara menghela napas panjang setelah selangkah melewati gerbang sekolah. Cewek itu teringat pada perjanjiannya dengan Seli tempo hari. Hari ini, sudah seminggu lebih dua hari yang berarti waktu untuk memenangkan tantangan itu tersisa lima hari saja. Hal itu membuatnya pusing bukan main, bahkan Arka belum menunjukkan adanya reaksi bahwa cowok itu telah jatuh hati padanya, baginya. Siapa yang tahu hati seseorang?
Cewek itu menggelengkan-gelengkan kepala untuk menghilangkan semua pikiran buruknya. Pikirnya, dia hanya perlu berusaha lebih keras lagi. Dara mengembuskan napas kuat sebelum akhirnya melangkah mantap memasuki pekarangan sekolah.
Di koridor, cewek itu bingung perihal siswa-siswi lain yang menatapnya tersenyum-senyum sambil berbisik dengan teman di sebelahnya. Dara memperhatikan tubuhnya ke bawah, memegangi wajahnya, dan mengelus rambutnya mencari sesuatu yang salah dari dirinya. Namun, tidak ada yang salah.
Dara mencoba tidak mengacuhkan tatapan-tatapan itu. Dia kembali berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Satu hal yang menarik perhatiannya, yaitu keadaan ramai di depan papan pengumuman sekolah. Entah berita apa yang dimuat di sana hingga mampu menarik perhatian sebagian besar siswa yang telah hadir pagi ini.
Sebenarnya, Dara bukanlah tipe cewek gila urusan. Namun, kali ini berbeda. Dia penasaran atas apa yang sedang diperhatikan di sana. Firasatnya berkata, ada sangkut-paut dengan dirinya. Akhirnya, Dara memutuskan untuk menyelip di antara kerumunan.
Saat itu juga, matanya membelalak kaget melihat beberapa foto yang menampakkan dirinya dalam satu kejadian memalukan kemarin bersama Arka. Cepat-cepat Dara melepaskan paksa foto-foto memalukan yang tertempel rapi di depannya membuat yang tadi memandang foto itu jadi melenguh kesal.
"Kenapa dilepasin sih, Dar?"
"Malu, ‘kan? Iya, dong."
"Diem-diem ternyata gitu juga ya."
"Adek kelas jaman sekarang."
"Nggak ada tempat lain gitu, ya? Ciuman di sekolah!"
Begitulah kira-kira seruan yang terdengar oleh Dara membuat telinga cewek itu terasa panas. Dia membalikkan badannya dengan tegas menghadap semua yang menatapnya tidak suka seperti menantang mereka. "Kalian nggak tau apa-apa soal foto ini! Jadi, jangan sok tau!" ketusnya.
"Yeee ... kenapa sih lo?"
"Salah ya salah aja kali, nggak usah ngelak!"
"Lo udah salah masih bisa songong gitu ya!"
Dara geram. Cewek itu angkat bicara, "Ladenin orang-orang bodoh seperti kalian, percuma!" balasnya, dia tidak peduli jika di antara mereka ada kakak kelas. Ini benar-benar sebuah kesalahpahaman yang memalukan.
Diremasnya foto itu kuat-kuat. Namun, cewek itu tidak bisa berbohong bahwa di balik itu semua terasa ada yang sedang mengiris hatinya. Perih hingga air mata mendesak untuk jatuh. Semua kata-kata ketusnya hanya sebagai selaput tipis untuk menutupi luka. Akalnya tidak habis pikir perihal siapa yang dengan teganya memublikasikan foto-foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM #WYSCWPD [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[COMPLETED-Wattys Longlist 2018] -cover by chaarfianti- Jika takdir adalah skenarionya, cinta memainkan lakonnya. Lantas peran benci tak ada artinya karena itu sudah bukan jalannya untuk menentukan akhir sebuah cerita. Namun, jika sampai benci yang...