Black

31 3 0
                                    

Jauh dari lokasi Alas Purwo, tepatnya di Alas Roban terdapat negeri sihir lain yang tidak kalah tangguh dengan Austrolyus. Negeri ini dihuni oleh kaum devva. Seluruh penghuninya adalah iblis campuran. Bahkan kadang para penguasa neraka datang ke sana sekedar untuk berlibur. Nama negeri itu adalah Ornals. Di kelilingi oleh sihir hitam yang pekat membuat manusia biasa yang melintas, akan kehilangan arah, tersesat kemudian bunuh diri. Mayat orang-orang yang tersesat tidak pernah kembali karena mayat itu diurus oleh kaum devva. Kaum devva tergolong makhluk penghisap darah. Mereka bukan vampir yang memerlukan darah setiap beberapa bulan sekali. Kaum ini hanya membutuhkan darah ketika mereka mau menaikkan kekuatan saja.

Kaum devva dipimpin oleh seorang raja yang sangat bijaksana dan sombong. Raja yang memerintah Orals berbeda dengan Raja yang memerintah Austrolyus. Mereka sama-sama memerintah dengan sihir, bedanya Kerajaan Orals tidak pernah menoleransi sesuatu dan mereka kejam terhadap penduduk mereka sendiri. Lain dengan Kerajaan Austrolyus yang sarat akan nilai keadilan dan kepedulian. Karena sistem pemerintahan Kerajaan Orals yang kejam, ada beberapa orang dari kaum devva yang melarikan diri ke Austrolyus dan membuat kehidupan baru di sana. Berbaur dan melanjutkan hidup yang damai di Austrolyus. Percampuran antara kaum devva dan kaum tevta melahirkan kaum baru yang bernama kaum metade.

Kaum metade dianggap kaum yang hina. Mereka tidak diterima oleh mayarakat di Austrolyus maupun Orals. Terjadi kesenjangan di mana-mana. Perjanjianpun terbentuk oleh dua kerajaan. Hingga akhirnya baik Kerajaan Austrolyus maupun Kerajaan Orals sama-sama menerima adanya kaum baru. Tidak dengan masyarakat yang masih menganggap kalau dunia sihir telah tercemar, mereka terus membesar-besarkan masalah dan puncaknya ada pada perang ribuan tahun lalu. Raja dari kedua kerajaan menghilang dan terjadi masa tenang selama ratusan tahun. Hubungan antara dua kerajaan menjadi renggang. Tidak ada yang tahu dalang dari kejadian menyedihkan itu. Semua fakta seakan hilang dan lebur dengan malam yang berganti fajar. Kedua kerajaan dipimpin oleh para perdana mentri tanpa seorang raja.

" Jadi sampai kapan pangeran? Anda terus saja diam memandangi hujan. Saya tahu kesedihan dan kekecewaan anda. Sampai kapan anda terus bersembunyi?"

" Aku akan datang kalau dia sudah ingat padaku. Tapi aku terlalu munafik. Aku menyayanginya tapi di sisi lain orang-orang di sekitarnya telah meruntuhkan keluargaku. Apa yang harus aku lakukan, Hamish?"

" Pangeran Xevier, anda tidak perlu terlalu memikirkan dia. Dia tidak bersalah. Anda tahu sendiri bukan, kalau dia bersama anda pada saat detik-detik terakhir? Sekarang anda hanya harus mulai membangun Orals lagi dari awal. Dan memimpinnya kembali. Kedua kerajaan hancur pangeran. Apakah anda menganggap kalau Austrolyus yang bersalah di sini? "

" Ya, memang bersalah tapi aku tidak menganggap Keluarga Mudhiar ikut bersalah. Revier kehilangan hal yang paling penting dalam hidupnya, pada saat seperti itu dia masih menemuiku dan memohon agar perang disudahi. Aku percaya pada Keluarga Mudhiar."

***

Ciel langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur setelah sampai di asrama utama milik Argma. Luci dan Attes sebenarnya ngotot untuk sekamar dengan Ciel. Namun ia menolak. Jadi apa kamarnya kalau misalkan Luci dan Attes bertarung? Lagipula apa boleh laki-laki dan perempuan berada dalam satu kamar yang sama? Sekasar-kasarnya dan seberandal-berandalnya Ciel, ia masih punya etika. Ciel menatap jendela yang menyuguhkan pemandangan hutan lebat yang dikelilingi kabut tipis yang semakin lama semakin menebal karena sudah menjelang malam. Kalau dipikir-pikir dia mengalami banyak hal-hal aneh dalam beberapa jam hari ini.

Mulai dari penjemputannya oleh Luci yang membuatnya mengenal dimensi kosong, pengakuan ayah, kakak dan mamanya, hingga pertemuannya dengan Attes dan berakhir dia terdampar di dalam rimba yang penuh hal-hal magis. Seharian ini Ciel banyak memasang ekspresi cengo yang minta ditabok. Mungkin itulah alasan mengapa ia sering didamprat teman-temannya lantaran selalu memasang muka cengo ketika ia tidak mengerti sesuatu. Ciel beranjak dari kursi untuk membersihkan diri.

" KUAMPRET!!! SOPO KOWE COK??!!" Tepat di depan pintu kamar mandi, ada penampakan makhluk yang sedang nyengir kuda. Ia terlihat senang dan terus memandangi Ciel dengan senyuman ala pepsodent.

" Ah nonaaaaaa~ haloooo~ apa kauuuu~ tidak mengenalkuuuuu????" mendadak Ciel sebal dengan cara bicara makhluk itu.

" Sorry gue nggak sengaja teriak."

" Tidakkk~ apaaaa~ apaaaa~ nonaaaa~ akuuu sudah biasaaaa dinganukan sepertiiiii ituuuu." apa ada yang punya golok? Ciel membutuhkan golok sekarang. Ciel masih berusaha sabar namun dalam hati sebel setengah mampus. Ini makhluk aneh bener dah. Pengen gue golok deh, tapi kalau di golok percuma entar goloknya nembus lagi.

" Umm nama lo siapa?" Ciel menarik-hembuskan nafasnya, bersiap untuk kedongkolan selanjutnya.

" Namaaaakuuuu adalaaaahhhh..... "

Brakkk

" Nona!!! Lo udah mandi??!! Yuk jalan-jalan." Luci nyelonong masuk tanpa permisi ke kamar Ciel dan langsung menjatuhkan diri ke kasur. Attes tetap mengekor di belakang dan menampilkan tatapan menyelidik kepada makhluk yang telah berhasil membuat Ciel ingin memakan rudal Kim Jong Un saat itu juga.

" Lo siapa?" makhluk itu beralih menatap Attes, masih menggunakan senyum pepsodent.

" Namaaaaaakuuuu adalaaaaaahhh..."

" Please deh lo makhluk aneh! Kalau ngomong jangan dipanjangin napa sih? Lo siapa?" Luci hanya diam memandangi rekan dan tuannya yang sudah bertampang ngomong-gitu-lagi-gue-rudal!

" Namaaaakuuu adalaaaahhh..... "

" Luciole!!! Chouettes!!! TENGGELAMKAN DIA!!!" Ciel tanpa aba-aba langsung menyuruh dua pelayannya untuk membereskan makhluk aneh turunan bolot itu.

" Nona, lo bukan Mentri Susi. Jangan asal tenggelamkan dong! Di sini kan kagak ada air. Tapi, perintah dimengeti siap laksanakan Reine!"

" Perintah pemusnahan makhluk menyebalkan telah diterima!" Luci dan Attes bersiap menyerang namun serangan mereka tidak jadi lantaran si makhluk menanyakan sesuatu.

" Kalian mau membunuhku? Apa kalian sudah lupa padaku? Ah benar juga, ingatan nona dihapus. Kalau itu aku masih mengerti tapi kalian? Kalian melupakan teman seperjuangan kalian sendiri? Ayoooo lahhhh apaaaa kaliaann sudaaahhh pikuuuunnn? Ini aku. " ucap makhluk itu yang mengganti senyum sejuta volt menjadi senyum lembut. Luci dan Attes diam. Seperti berusaha mengingat sesuatu. Mereka spontan melototkan matanya hingga hampir terlepas dari tengkoraknya.

" HENRY!!!!" makhluk itu kembali memasang cengirannya.

" Jangan memanggilku dengan nama itu. Nama itu aku gunakan ketika aku berwujud manusia, tapi sekarang aku berwujud gumpalan asap jadi panggil aku dengan nama Black."

TBC

Halooooo~ gimanaaaaaaa~ kabaaaarrrr~ kaliaaaaannnn???

Karenaaaaaaa~ Black caraaaaa~ ngomongnyaaaaa~bigitcuuuuuu~ gueeeeee~ maooooo~ ikutaaaannnn~ aaaahhhh~

Ok abaikan saja gue ya. See you next chapter

Salam '(*∩_∩*)′

Royal Magic : Héritiers Magiques Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang