Bab satu

15 4 5
                                    

Gerimis masih saja setia membasahi bumi dari tadi malam, Fadhlan masih meringkuk malas di sofa ruang tamu, sampai kapan fikirannya bisa lepas dari memikirkan mutiara,gadis itu kembali datang menggoyangkan iman fadhlan. Hal sederhana yang ada pada diri mutiara mengajarkan sesuatu yang lebih istimewa dan mudah di mengerti oleh Fadlan.
Dia harus mengakhiri semua ini, fikir Fadhlan . Belum lagi dia beranjak dari tempat duduknya terdengar ketukan dari luar, ternyata fitfaqir.
" Hay, kebetulan kamu datang" sapa fadhlan ketika melihat sosok sahabat karibnya memasuki ruang tamu.
" Hati kita kan nyambung" jawab fitfaqir.
"Ada-ada saja kamu, balas Fadhlan.
"Ada apa kamu kesini?" Lanjutnya.
"Aku mau kasih tau kalau muti sudah kembali"
"Iya, aku sudah tau dan kemarin aku kerumahnya"
"Masa?,terus?" Fitfaqir kelihatan tidak percaya.
"Iya, tapi dia menfusirku"
"Wajar, hati muti sudah terluka fad."
"Akan kujahit lagi luka yang telah tergores itu" timpal Fadhlan
"Hehehehe,jangan konyol kau, muti terluka bukan karena pisau atau silet, dia terluka karena cinta".
"Walau hati yang terluka dengan ganasnya cinta, biar kurajut kembali dengan sulaman cinta yang kokoh dan megah di hati mutiara.
" Yang lalu tinggal cerita fad"
"Semua pernah terluka fit, biar kami merasa dan memiliki kekuatan lagi untuk menjaga kembali jalinan itu"
"Kamu keras kepala fad, aku lebih memilih beli tamiya,yuk temani aku.
/////////////

Rumah sakit sudah mulai lengang, pembesuk telah pulang sejak tadi, mereka yang dirawat di rumah sakit ini kebanyakan stress karena kalah dalam politik,tapi berbeda dengan seorang pemuda yang berada di ruang Flamboyan 3, pria ini tenang , tak terlihat tanda-tanda stress dari dirinya, pakaiannya bersih, mukanya putih dan bau badannya sangat wangi. Saat ini pemuda itu sedang duduk dan tengah asyik membaca sebuah novel di depan teman-teman sekamarnya, suaranya lantang seolah dia sedang mendongeng, yang lain menyimak dan sesekali mereka menampakkan ekspresi yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata.
Ceritanya :
Malam itu begitu dingin sampai pepohonan pun menggigil.  Ruslan memandang sekitar pondok bambu itu.  Tak ada seorangpun di dalam.  Hanya jangkrik dan burung hantu yang menemani

Lalu datanglah kelam dengan wajahnya yang layu, berbisik tentang siapa yang sanggup jadi matahari di gelap gulita malam.?

Ia sadar,  ia tak bermandi uang  seperti Hasan.  Tapi setidaknya ia berhak bahagia juga.  Ia memandang dengan tatapan sayu dadu kecil itu.
Gara gara benda kecil itu,  ia harus kehilangan Mariyah.  Ia terus merutuki dadu itu.  Sampai rasanya ia ingin masuk ke dalam.

Ruslan membalut keluhnya menyadarkannya bahwa kebahagia hanyalah kiasan.. Dan ketenangan itu tidak bisa diundi oleh sebuah dadu. Kadang manusia terlalu ceroboh dan bodoh,  menyesal saat baru kehilangan.

Ruslan menatap ke arah langit malam bertabur bintang.
Setitik harapan mulai muncul dalam hatinya.
Perlahan membuka ruang untuk menghadirkan cahaya lain dihatinya.

Teringat Mariyah... Sosok cahaya di kegelapan. Ketika merenung tentang nasib yang menimpa hatinya, ombak lautan mempertemukan Mariyah dengan ruslan.

Kali ini suara bambulah yang menemani. Seolah memaksa mengikhlaskan segala pikiran dan perasaan yang berkecamuk dalam diri. Berat, namun harus dilakukan. Demi masa depannya sendiri

Sepenggal ujaran Mariyah terus melekat di otaknya.  "Aku tak peduli kau hanya bekerja sebagai kuli. Tapi,  tolong berhentilah berjudi bang!"

Ujung jari kaki Ruslan telah menyentuh ujung tebing berpasir. Hatinya terus bergelut seputar hidup dan mati. Mencari jawaban diantara 2 pilihan.

Ia hanya terpaku ketika ada di persimpangan jalan yang berliku dan cadas.  Sayup sayup suara parau Datuk memanggil.  "Marilah sholat! "

Sinyal kebenaran memanggilnya ketika sang datuk mengingatkan untuk shalat... Sungguh dia menyadari sebagai sang pendosa yang mencari jalan maghfirah. Tetapi bisikan dalam hatinya mengikat kaki untuk melangkah, pikirannya terus terbayang bayang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prahara MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang