10

1K 86 32
                                    

Jungkook memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya ia senderkan pada jendela mobil yang terbuka sembari mengusap dagunya, sementara tangan yang lain tetap berada di atas kemudi stir.

Pikirannya kembali pada kejadian ketika tandu itu membawa Jimin ke dalam mobil ambulance. Dia terluka. Gadis itu terluka, dan Jungkook bisa merasakan dadanya seperti ditikam puluhan pisau.

Kimberly Jung. Gadis yang sudah lama ia sukai diam-diam, menangis karena orang lain. Dan hari ini, ketika ia meninggalkan Kim sendirian di kamar rumah sakit bersama Jimin, Jungkook merasa ingin sekali membawa gadis itu pergi bersamanya. Jauh dari pria bermarga Park itu.

Jungkook bertekad.

***

Dia menangis, dan tentu saja kedua pipinya basah. Tak peduli berapa banyak air mata yang telah dikeluarkan, dia hanya berharap Jimin segera sadar. Jadi, ketika tangan dalam genggamannya bergerak-gerak dan mata yang terpejam itu akhirnya sedikit terbuka, Kim hampir memekik senang sebelum akhirnya sadar hari telah malam, dan dirinya berada di rumah sakit.

"Ada apa denganku? Aku ada di mana?" adalah kalimat pertama yang Jimin katakan setelah sadar. Suaranya serak dan pria itu terlihat kebingungan sembari memegang pelipisnya yang berdenyut-denyut.

"Akhirnya kau sadar, Jim."

Jimin menoleh mendapati wajah Kim tersenyum haru. Dahi pria itu berkerut lalu mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu yang membuat darah Kim seolah tersedot habis. "Kau siapa?"

Kim membeku di tempat. Jimin menatapnya penuh selidik. Apa dia bilang? Dia sedang tidak bermimpi, kan?

"Yaa, Park Jimin!!"

Kim hampir berlari keluar memanggil dokter tak peduli dengan tombol darurat di samping tempat tidur Jimin, kalau saja tidak ada tangan yang mencekalnya. Kim tersentak, ia berbalik dan melihat tangan Jimin mencengkeram pergelangan tangannya.

"Kau mau ke mana?"

"Tentu saja memanggil dokter." Kim berseru panik.

Jimin menatap lurus Kim. Sejenak terdiam melihat gadis itu begitu khawatir dan hampir menangis lagi. Jimin tersenyum, menarik lembut Kim agar mendekatinya sambil berkata, "kemari lah!"

Kendati keheranan, gadis itu menurutinya. Jimin bisa merasakan kehangatan mulai merambatinya dari tangannya yang menyentuh gadis itu.

"Maafkan aku." Jimin berkata lembut. Lembut sekali. Membuat kedua alis Kim bertaut heran.

"Kenapa kau minta maaf?"

"Maafkan aku karena membuatmu khawatir." Jimin kembali berkata.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Tunggu!" Kim menjeda sejenak. Matanya memicing menatap Jimin penuh selidik.

"Kau mengingatku? Kau benar-benar mengingatku?"

"Tentu saja aku mengingatmu, Kim. Bagaimana bisa aku melupakan seseorang Kimberly Jung yang sudah membuat hatiku kacau."

"Kau tidak hilang ingatan, kan?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya bercanda, Kim."

Alih-alih marah, Kim mulai terisak, lalu menangis.

"Hey, kenapa menangis? Aku, kan sudah minta maaf."

Tangisan Kim semakin tersedu. Hal itu malah membuat Jimin semakin bersalah. Dia mencoba untuk bangun, lalu seketika itu juga kepalanya langsung berdenyut nyeri. Jimin kembali merebahkan kepalanya. Mencoba menggerakkan tangannya yang bebas akan tetapi jarum infus menancap di sana.

I.D.S (I Deal Scenario) NC+21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang