9. promise : Memilihmu Walau Itu Berat

920 109 3
                                    

Kau lepaskan genggamanmu begitu saja
Ya, begitu saja

***

Rumah megah yang selama ini Hinata tempati terbentang luas di hadapannya. Netra indah itu menatap pedih pada setiap sisinya. Cepat atau lambat ia akan meninggalkan tempat itu, beserta seluruh kenangan selama ia hidup sebagai istri Gaara.

Perlahan tangan kanannya terangkat, menekan gagang pintu rumah itu sehingga terbuka. Sepi, seperti biasanya. Bahkan terasa lebih suram dari sebelumnya. Ia melintasi ruang tamu besar itu begitu saja, berjalan lurus menuju tangga untuk mencapai lantai dua, letak kamar mereka; kamar dirinya bersama Gaara, suaminya.

Ketika langkah kakinya telah sampai pada ambang pintu kamarnya yang sedikit terbuka, Hinata terdiam. Ia terkejut. Ia melihat sosok sang suami berada di dalam, sedang duduk di tepi ranjang dengan menundukkan kepala.

"Gaara-kun ... kau pulang?" wanita itu bertanya dengan begitu lirih, namun cukup mampu didengar oleh pria yang kini mendongak menatapnya.

"Kemarilah."

Hinata mendekat dengan langkah pelan, kemudian mendudukkan diri tepat di sisi suaminya. Hatinya mencelos ketika melihat wajah tampan itu terlihat begitu terluka.

"Sudah berapa lama?" Gaara bertanya dengan suara kecil, sarat akan kepedihan. Tentu yang dimaksud pria itu adalah hubungan 'terlarang'nya bersama si pria pirang.

"A-aku ..."

Sungguh, Hinata kehilangan kata-kata. Ia bingung harus menjawabnya seperti apa. Ia dan Naruto berhubungan sejak lama, bahkan sebelum janji pernikahannya bersama Gaara ia ucapkan di depan pendeta.

"Jujurlah, Hinata. Katakan yang sebenarnya agar aku mengerti." Tatapan iris jade itu seakan menembus ke hati, menghadirkan rasa sesak dalam dada sang istri.

Dan Hinata hanya bisa diam, kemudian menundukkan kepala. Ia takut kembali melukai perasaan Gaara jika ia mengatakan kebenarannya.

Gaara hanya mampu memejamkan matanya dengan rapat kala melihat respon Hinata. Wanita itu seakan enggan mengungkap masa lalunya.

Berbicara tentang masa lalu, tiba-tiba membuat kepala tampan itu mengingat sesuatu.

"Aku baru ingat jika sebelum kita menikah, kau telah memiliki seorang kekasih. Apakah dia?" Tebak Gaara, tepat sasaran.

Hinata sedikit terkesiap, namun mengangguk pelan setelahnya. Jika memang pria itu sudah tahu, maka Hinata akan mengakuinya, walau itu berat.

"Sekarang aku mengerti." Pria itu tersenyum miris, kemudian menghela napas panjang. "Haahhhhhh, betapa bodohnya aku! Seharusnya aku mencari tahu dahulu latar belakangmu sebelum menikahimu." Sambung Gaara dengan tawa sumbang.

Hinata semakin menunduk dalam mendengarnya. "Ma-maafkan aku, hiks ..."

"Sudahlah. Semua sudah terlanjur. Meskipun jujur saja, hatiku sangat hancur." Pria itu menatap pedih Hinata dengan pandangan sendunya. Ia terlihat mencoba mengukir sebuah senyuman, namun justru terlihat menyedihkan.

Dan tentunya hal itu membuat tangis wanita itu kian deras. Hinata tidak tega, Garaa seperti itu karena dirinya. Ia menutupi wajah berlinang air matanya dengan kedua belah telapak tangan seiring isakan tangisnya yang semakin kencang.

Promise✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang