Tuhan senang sekali bercanda
Aku mencintaimu, kau mencintaiku
Tapi tidak dapat bersama***
Pintu kaca transparan itu perlahan terbuka kala tangan mungil Hinata mendorongnya. Wanita langsing nan cantik itu terlihat ceria, seiring senyuman lembut yang menguar dari bibir merahnya tatkala kedua matanya bertemu pandang dengan Sakura, sahabatnya.
"Selamat pagi, Sakura ..."
Sakura yang sedang merapikan gaun pengantin berekor panjang---yang terpasang pada sebuah manekin cantik---sesaat menghentikan gerakannya kala mendengar sapaan halus membelai telinga, kemudian menolehkan kepala.
"Pagi ..." wanita Uchiha itu turut memberikan senyumannya, namun tak lama matanya memicing, menatap pada sosok sang sahabat dengan meneliti. "Kau tidak kelihatan seperti orang baru sembuh dari sakit, Hinata."
Sedangkan Hinata kembali tersenyum menanggapinya. Kedua bahu mungilnya terangkat sebentar, kemudian turut merapikan gaun pengantin putih itu dengan jari-jari lentiknya.
"Ah, ya ... maaf kemarin aku tidak bisa menjengukmu. Kau tahu, butik kita sangat ramai, bahkan aku tidak sempat mengambil jam istirahatku." lanjut Sakura.
Memang benar, kemarin butik kecil mereka sedang kebanjiran orderan. Mendengar informasi tersebut membuat wajah ceria Hinata bertambah cerah saja. Kebahagiaan dirinya semakin berlipat ganda di pagi ini.
"Tidak apa-apa, Sakura. Kau akan naik gaji besok, tenang saja." ucapnya dengan begitu ringan, membuat Sakura memicingkan mata.
"Kau serius?" menatap tidak percaya, punggung tangan kanannya ia tempelkan pada dahi sang sahabat, seakan tengah mengecek suhu badan wanita cantik itu. "Sepertinya kau masih sakit. Kau kan biasanya pelit."
Hinata tampak mengerutkan dahinya mendengar penuturan Sakura. Ya, hanya sebentar, karena selanjutnya senyuman wanita itu kembali menguar.
"Aku hanya sedang bahagia, Sakura." Akunya.
"Hm? Apakah terjadi sesuatu dengan Gaara-san semalam?" Sakura kembali memicingkan matanya, kali ini dengan seringai jenaka. Kedua tangannya terangkat dengan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk huruf 'V' yang ia tekuk berulang.
Ah, wanita itu sedang berusaha menggoda Hinata. Sebuah pikiran mesum tiba-tiba muncul di kepala cantiknya tatkala melihat wajah sahabatnya yang kelewat ceria di pagi ini. Sejujurnya ia senang melihatnya, karena beberapa hari yang lalu wajah itu selalu saja terlihat muram.
"Bukan, ini tentang Naruto-kun. Dia ... kembali." Hinata menjawab dengan senyuman tak luntur, berbanding lurus dengan respons sahabat baiknya.
"Astaga!" Sakura tercekat, tentu saja ia terkejut. Pasalnya sudah bertahun lamanya pria berparas asing itu seakan menghilang, lalu kini tiba-tiba kembali datang?
Lalu, bagaimana dengan nasib pria bersurai kemerahan yang sekarang telah menjadi suami sahabatnya?
"Ia akan segera sampai di Bandara jam dua siang nanti, Sakura. Tapi ..."
"Lalu apa yang akan kau lakukan, Hinata?" sebelum Hinata melanjutkan ucapannya, Sakura memotongnya. "Apakah ... kau akan meninggalkan Gaara-san?"
Hinata terdiam, senyumannya sirna secara perlahan. Kenyataan memukul telak dirinya. Ia bahkan sempat lupa jika ia telah dimiliki oleh Gaara, suaminya. Pandangan wanita itu menyendu, menatap hampa pada lantai keramik yang menjadi pijakannya. Hatinya terasa ngilu saat bayangan wajah Gaara melintas di dalam angan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise✔
RomancePrequel 'Mine' . "Ketika janji tercipta untuk diingkari." . Aku sungguh mencintaimu, Naruto-kun ... Tiada satu pun lain yang mampu memasuki hatiku selain dirimu Meskipun kutahu perlahan kau akan menghilang dan pergi dariku Tapi ... Kau, hanya kaulah...