Red

123 10 0
                                    

Gerimis seolah mewakili Sandra sore ini. Semua orang mencari tempat berlindung dan memandang aneh ke arah Sandra karena menatap kosong ke arah taman rumah sakit yang sudah tidak ada siapa pun. Perasaan Sandra sedang sama buruknya dengan cuaca hari ini, tadi Cia, sahabatnya, menelepon sesaat sebelum dia masuk ruang operasi.

“San, Mallik dapat beasiswa yang kemarin dan berangkat nanti malam. Kamu nanti anter ke bandara kan?” tanya Cia.

Sandra masih tidak mengerti mengapa hal sepenting ini Mallik tidak mengabarkannya dari awal. Bukankah mereka sudah berpacaran? Atau Sandra belum sepenting itu buat Mallik karena mereka baru 3 bulan berpacaran. Atau malah Mallik tak menganggap Sandra pacar?

Mengenal seorang Mallik membuat Sandra yang suka bermain - main berubah 180⁰. Sandra yang selalu pulang diatas jam 11 malam sekarang akan sudah ada di rumah bahkan sebelum jam 10 malam apabila dia tidak dinas malam. Sandra yang anti dapur kini sudah bisa membuat telur dadar yang layak dimakan karena tak tercampur kulit. Bahkan Sandra hapal semua penulis kesukaan Mallik.

Sandra membuka aplikasi chatting di gawainya dan tidak ada satu pun pesan dari Mallik sampai saat ini. Sementara Cia sudah memberondongnya dengan puluhan chat yang bertanya dimana Sandra karena Mallik akan check in 15 menit lagi.

Foto Mallik yang tersenyum manis di wallpapaper gawainya malah makin membuat Sandra semakin sakit. Ternyata memang ini hanya Sandra yang mencintai Mallik bukan sebaliknya. Dan mungkin sudah saatnya Sandra merasakan sakit seperti yang dulu dia lakukan ke semua mantannya. Sekarang Sandra sudah mulai merindukan Mallik yang mungkin telah berada di pesawat menuju salah satu mimpinya yang tanpa ada Sandra.

Losing him was blue like I'd never know
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
Cause loving him was red

EyewinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang