Semua orang mempunyai masa lalu masing-masing.
Bayang-bayang kejadian masa lalu menghantui Gwen. Namun, ia bertemu dengan seorang pria bernama Kim Jongin. Pria itu memakai topeng, pendiam disekolah, dan berbicara lewat tulisan hape.
Aneh tapi nyata...
Hiruk pikuk keramaian di bandara terlihat jelas. Seseorang berjalan kearah luar pintu kedatangan.
"Jadi negara ini tempat tinggal mu sekarang , Kai?" Gumam laki-laki tersebut.
Seorang paruh baya mengagetkan laki-laki itu. "Tuan, mobilnya sudah saya siapkan."
"Oke," Jawab laki-laki itu.
******
Kembali lagi ke sekolah, kali ini sudah terlihat Kai dan Gwen berjalan kearah kantin.
"Kamu mau makan apa Kai?" Tanya Gwen.
Seperti biasa, ia mengeluarkan Hape dari kantong.
"Terserah kamu aja, aku nurut aja"
"Hey! tak bisakah kamu bersikap seperti kemarin?ngomong pakai suara bukan nulis lagi"
"Ini sekolah Gwen, aku tak mau ada yang ta..."
Gwen merebut hape Kai dari genggaman tangan Kai. "Kamu kan katanya matuhin perintah ku, jadi hape mu aku tahan!"
Kai diam lalu melanjutkan langkah kaki nya mengikuti Gwen.
Gwen membuka Hp Kai. Hp itu terkunci dan memerlukan password untuk membuka nya.
"Apa kata sandi hape mu?"
"Nama panggilan mu" Jawab Kai.
"Kamu pasti mau godaain aku lagi ya? "
"Nggak kok, serius itu, kalo nggak percaya dicoba aja"
Gwen mengetik nama nya sendiri di keyboard hape Kai. Sukses, hape itu terbuka. Mata Gwen terbelalak , cowok ini tak sedang main-main.
Gwen membuka galery. Ia menemukan beberapa foto disana berfilter hitam putih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Astaga! Ganteng sekali!" Gwen tersenyum sangat lebar dan kegirangan sendiri.
Kai melihat kejadian itu tiba-tiba merasa malu sendiri. "Kembalikan hape ku!" Seru Kai dengan nada pelan.
"Nanti aja!" Gwen kemudian menggeser kearah kanan untuk melihat foto lain nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini teman kamu di Korea sana?" Tanya Gwen.
Kai mengganguk. "Siapa nama mereka?"
"Kalo ku kasih tau, emang mau ngapain?"
"Nggak ada cuman mau kenalan aja, yang tengah imut ya"
Telinga Kai mendadak panas. Jantungnya berpacu dengan cepat. Ia cemburu. Tapi, ia mengelak mengatakan itu.
Kai berjalan cepat meninggalkan Gwen yang masih asik melihat hp Kai.
"Eh, eh , jangan tinggalin aku lah!!"
Tringg....
"Hape mu bunyi!"
Kai berhenti lalu berbalik kearah Gwen. Ia mengambil hp tersebut dari tangan Gwen. "Gwen, duluan aja ke kantin, aku ada urusan sebentar."
Gwen mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Kai.
Kai mengangkat telepon tersebut.
"Ada apa?" Tanya Kai.
"Dia sudah sampai dikota mu kai!" Jawab seseorang yang tersambung di hp Kai.
"Di.. dia? maksud mu, dia yang sudah menghancurkan keluarga ku?!"
"Iya! , dia datang kesana untuk mengincar mu!"
"Apa ia tak puas telah menghancurkan keluarga ku? kenapa dendam nya tak juga hilang"
"Terimakasih sudah memberitahu ku , Sehun. Aku akan berhati-hati mulai sekarang"
.......
(Flashback)
Rumah itu besar namun sepi. Orang tua Kai sangat jarang pulang kerumah padahal ia baru berumur 7 tahun. Ia diasuh sama seorang pembantu yang sangat setia kepada keluarganya.
Suatu pagi, ayah sama ibu bertengkar hebat karena sesuatu hal yang terdengar oleh Kai sendiri. "Jadi, kau selama ini punya anak dibelakang ku?!" Seru Ayah Kai.
"Maafkan aku, anak itulah anak kandung mu! yang dirumah ini hanyalah anak yang kuambil dari lembaga sosial"
"Kai sudah berumur 7 tahun dan dia tak tahu apa-apa tentang ini!" Pria tersebut sudah naik darah.
"Kau tak pernahkah berfikir tentang perasaan Kai? jika selama ini Kai adalah anak angkat lalu kau ingin membuang nya sekarang ha?!" lanjut pria tersebut.
"Kalo iya, kenapa?! dia bukan ANAK KU!" jawab Ibu Kai.
(Kembali...)
Kata-kata ibu dan ayah nya itu kembali menyerang tubuh Kai. Hati nya benar-benar hancur mengingat kejadian itu.
Koridor yang sepi dan tak ada orang menambahkan perasaan Kai yang hancur lebur.
Ia ambruk. Tubuh nya lemas. Ia mencoba menahan tubuhnya dengan memegang dinding koridor. Gwen yang rupanya bersembunyi dari tadi untuk menguping pembicaraan langsung berlari cemas kearah Kai.
Gwen melihat wajah Kai. Mata Kai merah, Nafasnya juga tak beraturan.
Gwen memeluk Kai. "Tidak papa Kai, semua tidak papa"
Kai membalas pelukan Gwen tersebut. Ia menurunkan kepalanya sampai ke pundak Gwen. "Aku takut" Kata Kai lemah.
Kini Gwen merasakan pundak kanan nya basah. Itu berarti Kai sudah tak bisa menahan bulir di matanya.
"Aku harus bagaimana?"
Gwen melepaskan pelukannya perlahan. Melihat Kai yang sudah menangis di hadapannya. Gwen lalu melepaskan topeng Kai. "Itu tidak papa melepaskan tangisan Kai. Kamu sudah lama menahan nya bukan?lalu tumpahkan lah kepada ku"
Bulir di mata Kai semakin deras keluar. Gwen kembali memeluk Kai. Sangat erat.
Ia bisa merasakan pelu di hati Kai walaupu ia tak tau apa yang terjadi saat ini. Setidaknya , ia memberikan pundak yang nyaman untuk Kai menumpahkan keluh kesahnya.