Semua orang mempunyai masa lalu masing-masing.
Bayang-bayang kejadian masa lalu menghantui Gwen. Namun, ia bertemu dengan seorang pria bernama Kim Jongin. Pria itu memakai topeng, pendiam disekolah, dan berbicara lewat tulisan hape.
Aneh tapi nyata...
Gwen berhenti seketika. "Senyum itu... senyum itu Zahra." Gwen masih belum berbalik kearah Zahra.
Muka Gwen berubah saat itu juga. Kedua tangannya memegang rambutnya dengan gemetaran yang hebat. Ia langsung jatuh lemas seakan tak bertenaga. Zahra langsung menghampiri Gwen. "Sakit.. jangan sentuh tubuh ku , jangan sentuh tubuh ku".
Zahra tahu persis apa yang terjadi masa lalu Gwen. Peristiwa itu masih membekas di ingatan Gwen saat ini. Sosok lelaki itu telah melakukan sesuatu hal yg melewati batas ke Gwen. Zahra langsung memeluk erat sahabat nya ini. "Tenang Gwen, tenang, semua baik-baik saja".
****** "Maaf udah ngerepotin lo terus Zah" Ucap Gwen.
Mereka sudah sampai di rumah Gwen karena tadi tiba-tiba ia mimisan dan Zahra panik maka ia langsung menelpon orangtua Gwen.
Zahra tersenyum kearah Gwen dan bunda nya yang tepat disebelah Gwen. "Ah, santai saja Gwen hehe, kalau gitu kami pamit pulang dulu ya tante, Gwen. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Jawab Gwen dan bunda nya.
Bunda langsung melihat kearah Gwen, anak semata wayang nya ini. "Kok bisa mimisan pula anak bunda satu ini, ada apa?"
"Nggak kok bunda, cuman kecapekan aja hehe"
"Yaudah masuk gih ke kamar, istirahat, nanti bunda bawakan obat nya ke kamar"
Gwen hanya mengganguk dan langsung meninggalkan bunda nya.
Gwen membuka pintu kamar nya. kamar yang lumayan besar dengan bercat biru muda. Tampak juga lukisan wallpaper di dinding tersebut. Biru, biru, dan biru. Gwen emang suka warna biru sejak dari kecil.
brukk...
"Ah , emang paling nikmat kalau udah ketemu kamu kasur"
Tak berapa lama, ada yang mengetuk pintu Gwen. Ia tahu itu pasti bunda nya yang membawa obat. Dengan berbalik berlawanan pintu sambil memegang guling. "Masuk aja bun"
Pintu terbuka. Seseorang berjalan kearah Gwen. Gwen berbalik. Ia melihat seseorang disana. Bukan bunda, bukan ayah, tapi cowok itu.
Kai. Cowok tersebut menaruh obat dan air putih ke meja sebelah tempat tidur Gwen.
Ruangan itu gelap namun masih ada seberkas cahaya disana karena jendela kamar Gwen dibuka.
Kai mengeluarkan hape dalam saku celana nya. Ia menulis sesuatu dilayar hape nya.
"Ini obat nya diminum"
"Bentar, kok kamu bisa masuk kesini? kan ada bun.." Kata-kata Gwen berhenti, kepala nya sangat pusing sekarang. Namun, tak berapa lama, Gwen kembali bisa melihat Kai didepan mata nya.
Tangan kiri Kai memegang topeng perak nya itu. Sedangkan tangan kanan nya mengarah kebelakang. Gwen kaget, Kai saat itu melepas topeng nya. Ia bisa melihat dengan jelas muka Kai. Gwen buru-buru mengambil hape dan memfoto Kai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kai tahu ia difoto namun, dia memilih diam. Terbaca jelas raut muka Kai sangat kacau dan sedih. Kai melihat kearah Gwen yang terbaring lemah. mata mereka bertemu kembali.
Cowok tersebut menurunkan kedua kaki nya seperti sedang berlutut ke arah Gwen. Tangan kanan Kai mengambil dan memegang erat salah satu tangan Gwen. Namun, kepala Kai menghadap kebawah kasur "Maaf, aku tidak tau kalau kamu punya trauma." Ucap Kai dengan nada lemah.
Gwen terkejut Kai berbicara dengan mulutnya. Suara Kai terdengar jelas, suara yang agak berat itu sanggup membuat hati Gwen tak bisa diam.
Kai menegakkan kepala nya."Jangan sakit, Gwen"
Tangan Kai masih memegang erat satu tangan Gwen. Ia langsung mengarahkan tangan Gwen tadi ke muka nya. Kai melihat tangan mungil Gwen. Gwen menelan air ludah sendiri.
"Tangan ini emang kecil, kurus, tak mulus."
Gwen naik darah mendengarnya "He..." Namun, ia berhenti bicara saat Kai mengangkat kepala nya.
"Tapi, mulai saat ini aku bakal jagain tangan ini. Tangan milik Gwen Safitri. Aku takkan biarkan seseorang menyakiti mu." Kai tersenyum. Baru kali ini Gwen melihat cowok semanis ini. Bahkan mereka baru saja bertemu tadi pagi. Tapi cowok ini sudah mampu taklukkan hati Gwen.
"Hey, apakah budaya orang korea itu seperti ini? baru kenal sudah digoda-goda?"
"Tidak kok, kita sudah pernah bertemu beberapa yg lalu" Jawab Kai.
Gwen mengernyitkan dahi. Ia menggaruk kepala nya yang tak gatal itu. "Kapan? kok aku nggak ingat?"
"Yaudah kalau kamu nggak ingat, minum obat nya dulu ya" Nada bicara Kai lembut sekali.
Gwen meminum obat yang dibawa oleh Kai. Tapi aneh, cowok tersebut tidak penasaran terhadap trauma nya. Apa ia juga tahu tentang trauma ini.
"Kamu nggak penasaran tentang trauma aku tadi?" Tanya Gwen kembali.
"Kamu nggak cerita diluan jadi aku nggak bakal nanya, toh itu privasi kamu, aku bakal nunggu kamu cerita ke aku diluan. Tapi kalau berat, jangan diceritakan dulu"
Gwen diam. Kai mengerti keadaan nya , sangat berbeda dengan cowok lain. Gwen melihat lekat-lekat wajah Kai. Ada yang beda dari cowok ini.
"Jadi, aku boleh kan tersenyum ke kamu sekarang Gwen?" kini Kai yang berbalik bertanya.
Gwen mengganguk cepat sembari tersenyum. "Btw , makasih ya udah ngertiin keadaan aku."
Kai hanya menjawab dengan senyum.
Hari ini emang tidak terduga sama sekali. Ntah kenapa, Gwen bersyukur sudah bertemu dengan cowok yang bertopeng perak ini. Ia ingin sekali menanyakan satu pertanyaan lagi.
Lalu, kenapa kamu memakai topeng? padahal lebih baik jika dibuka Batin Gwen.
******
Akhirnya bisa sampe juga disini..... BONUS FOTO nih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.