Eins

420 36 14
                                    

Matahari nampak mulai beranjak untuk bersembunyi ketika dua anak muda fotografer lepas bau bangku kuliah, masih berkutat dalam aktifitas di dalam studio kecil yang kental sekali atmosfer fotografinya

"Kook, ini giliranmu" fotografer lepas gila kerja itu memberi isyarat dengan geplakan di punggung pemuda yang tengah asyik membersihkan lensanya

"Memfoto atau difoto?" Tanya balik si pemuda yang kini berdiri dan nampaklah sudah bongsornya

"Kelinci bodoh. Kau maunya apa huh?"
Si gila kerja bermarga Park itu menaikkan alisnya

"Tentu saja memfoto dengan scene model yang berlagak seperti seorang fotografer andal yang pada kenyataanya memang begitu adanya-
"Oh! Dan sang model harus memfotoku juga sebagai model yang nampak di lensanya. Tentu saja itu kau Jim.. dan harus kau!" Si jeon berniat menggoda tukang kerja yang kurang tinggi itu rupanya

"Diamlah kau Jeon! Benar aku yang akan menjadi modelnya karena ini cuma test-out. Tapi, tidak. Scene nya tidak seperti bercandaanmu. dan lagi, panggil aku Hyung! Berapa kali harus kukatakan padamu tentang itu" sapuan ekspresi tersipu bonus senang yang mampir tentu saja disembunyikan seperti biasa

Tentu saja harus disembunyikan. Bukankah sampai detik ini hanya dia dan notes hapenya saja yang tau betapa sayangnya ia pada manusia tegap berwajah imut macam kelinci itu?

Ah. Kecuali sahabatnya, Kim Taehyung.. si berangasan itu mana bisa tidak mencium setiap gelagat serial nyata berlanjut 'Park Jimin si pecinta Jeon Jungkook'

Jimin dan Jungkook itu bagaikan 2 medan magnet berlawanan, pada dasarnya saling menarik hanya sayangnya cuma bisa bersanding membelakangi dalam satu batang magnet  /apasih.

Memang intinya begitu. Antara Jeon dan Park belum ada satupun deklarasi rasa sayang yang terucap.. hanya lewat perlakuan yang terasa saja sepertinya.

Lagipula, Jimin serasa jauh di pikiran merasa Jungkook masih menaruh rasa pada si berengsek sahabatnya itu. Kim Taehyung memang bukan main bro pesonanya.

Jelas beda kelasnya dengan pesona Park Jimin.

Sakitlah hati Jimin berkat rasa cemburu ketika sang pujaan di usia sekolah menengah tingkat satu kala itu  justru bercerita dengan wajah sendu khas cinta tidak dua arah tentang si brengsek sahabatnya yg berhasil memporak porandakan  perasaan adik kelincinya itu.

Ya, Jimin selalu teringat itu. Walaupun pada nyatanya Jungkook selalu mengikat diri mengitari Jimin, mana bisa Jimin yakin bahwa perasaan dan hati lembut itu kini memilihnya.

'Too risky to bet on' katanya

"Kook, tidakkah kau perlu mengatur angle pengambilan gambarmu lagi agar maksud yang ingin ditampilkan lebih on-point dan dapat ditangkap indra penampil rupa dengan sekilas kedipan mata?"  Pemilihan diksi yang ribet memang menjadi kebiasaan. Sedikit buruk sepertinya

"Justru itulah Jim, kau tidak bisa menangkap suatu maksud hanya dengan sekilas pandang. Jika semua hal seperti itu, tentu saja tak ada makna tersirat yang tercipta. Kau tau sendiri aku dan kau sejatinya benar-benar keterbalikan. Justru menyampaikan maksud dengan teka-teki itulah caraku." 

Entah apa maksud Jeon Jungkook, tapi yang jelas Jimin sadar satu hal.. Jungkook diksinya kenapa ikut ribet dan sok tinggi seperti dirinya. 

Jimin terkekeh gemas dengan ekspresi Jungkook saat menjelaskan sok dewasa seperti itu

"Baiklah Jeon baiklah. Tapi kumohon bisakah kau memanggilku hyung saja. Aku ingin mengumpati mu lagi rasanya."

"Oke. Hyung-?" Jungkook membuat nada bicaranya seolah bertanya sembari memiringkan kepalanya dengan ekspresi imut yang serius sumpah mati membuat Jimin ingin berteriak pada dunia bahwa pemuda itu telah menghilangkan akal sehatnya dan membuatnya jatuh cinta

(A)diksi. | Jikook•KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang