Setiap rasa itu datang
Kala bersemi dan tumbuh menjalar
Angin membawa udara panas
Menghancurkan tiang-tiang penyangga
Terjadi lagi, lagi dan lagi
Datang dan pergi tanpa permisi
Sakit yang sama, rasa itu pahit
Tak ada dendam dan dengki walau teriris perih
Kubiarkan saja berjalan dengan mentari
Tak ada yang abadi hanya dekapan cahaya pagi
Pasti akan sirna ditelan senja
Buah salah siapa, hanyalah sebuah pengajaran
Biar kutahu hakikat keabadian nan sesungguhnya
Aku disini dan engkau disana
Memang hadirku tak terasa seperti hujan
Terasa basahnya jika berada di wilayah awan hitam
Bintang menyapa dalam kegelapan
Bintang berbisik...
Engkau akan temukan seseorang yang percaya dan setia
Mendampingi ketika yang lain pergi tanpa basa basi
Penguasa hati pasti mengerti dengan apa yang terjadi
Rasa ini hanyalah percikan dari cahaya abadi
Aku yakin... kan kuraih makna hakiki dari semua ini
Pelajaran yang datang silih berganti
Mengoyak-ngoyak seluruh ruang dihati
Tapi dalam bathinku selalu bertanya
Kenapa dia yang melakukannya
Seseorang yang kusayangi dan kupercaya
Kemurniaan, kemurniaan, kemurniaan yang kubutuhkan
Pasti kutemukan, entah dibelahan bumi mana dia berada
Akan kudapatkan seluruh kestuan dari rasa
Dia penguasa jiwaku yang mengajarkan
Hakikat kesatuan rasa dari jutaan rasa dimana-mana
Entahlah...
Selama bintang masih ada, harapanku takkan lenyap sirna
Hanya cintaNya yang konstan dan abadi
Itulah kiblat yang seharusnya kugapai
Arah yang semestinya kuraih
Bukan percikan rasa yang datang dan menghilang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~|Author : fitfaqir
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Pintalan Kata
PoesíaTata kata yang lahir dari rasa yang terpintal membentuk susunan tertata, yang menguap, menyublim, dan memadat dalam tulisan oleh pemegang pena.