Aleeya & Pasya : The Ring

12 2 12
                                    

Gak ada yang berubah tentang Pasya Coman Yardan. Si jenius musik dengan segala karismanya. Aku paham betul gak semua orang suka dia. Tapi aku lebih paham lagi dengan begitu banyaknya manusia yang terang terangan mencari perhatian dari dia.

Hari ini aku disini duduk diam dengan pandangan tertuju pada layar bening yang menghubungkan ruang kedap suara disebrang sana. Dengan punggung yang aku tatap sedang serius mendengarkan alunan alunan suara penyanyi wanita yang sedang mencuri curi pandang kepada produsernya.

Setelah berteman dengan Pasya lebih dari 6 tahun, aku paham bahwa lagu dengan hitungan waktu sekitar 3 menit memerlukan rekaman yang bahkan bisa lebih dari 3 jam. Belum lagi hasil pengeditan dan penyesuaian suara yang sampai berhari hari. Kenyataan ini membuatku benci dengan hal yang bernama studio.

Dulu dalam benakku studio musik adalah hal yang paling menarik untuk dimasuki. Terlahir diantar orang yang gak berbakat dibidang musik membuatku semakin penasaran dengan produksi sebuah musik. Karena hal ini juga aku bahagia ketika Queena dan Yusuf mengenalkanku pada Pasya.

Lamunanku tentang musik dan segala hal yang membuatku bertemu dengan Pasya lenyap ketika aku merasakan ada orang dengan tubuh yang lebih besar dan tinggi dariku duduk disofa sebelahku.

Aku memandangnya dengan serius dan sebal. Namun yang dia tampilkan hanya senyuman polos dengan wajah yang dibuat terlihat sebodoh mungkin agar memberikanya ruang untuk kumaafkan.

"lo bosen ya?"

"ya lo pikir? Gue disini lebih dari 5 jam!"

Marahku terpotong ketika sang penyanyi wanita berpamitan dang mengucapkan terimakasih kepada Pasya. Entah sejak kapan paman yang duduk disebelah Pasya selama rekaman tadi telah meninggalkan ruangan ini.

"Maaf. Gak lagi lagi deh gue anggurin lo gini"

Aku injek kakinya yang kebetulan sangat dekat dengan kakiku. Mungkin juga bukan kebetulan tapi dia sengaja meletakan kaki besarnya didekat kakiku yang sekarang terlihat mungil.

"dari berapa tahun lalu rayuannya sama"

"lah siapa yang ngrayu. Ogah merayu. cewek kek kue mochi gini"

Gue paling benci dibilang kayak kue mochi sama Pasya. Bahkan karena sebutanya itu dari tahun lalu aku berhenti makan Mochi yang jelas jelas makanan favoritku ketika stress. Iya seberpengaruh itu Pasya buat kelangsungan hidupku.

Akhirnya tanpa bilang apapun aku meninggalkan Pasya dengan langkah kaki selebar mungkin. Tujuanku sekarang cuman halte depan gedung ini. Karena tadi Pasya yang menjemputku.

Sekitar 30 menit aku menunggu bis yang lewat didepanku tapi gak ada yang searah ketempat tinggalku. Yang menyebalkannya Pasya gak mengejarku sama sekali. Paham kan kalau cewek pergi tanpa bilang tuh artinya minta disusulin!

-The Ring-

Gak ada yang menyedihkan ketika pagi hariku tanpa chat dari seorang Pasya. Dan kali ini aku mengalaminya. Selamat tinggal mood baik, selamat datang mood buruk.

"kenapa kak?"

Sejak tadi hanya itu yang ditanyakan Queena padaku, sedangkan Yusuf menutup mulutnya rapat rapat dengan menatapku iba. Sepertinya Yusuf tahu aku sedang ada masalah dengan kakak kandungnya. Iya Pasya kakaknya Yusuf yang notabennya bestfriendku sekaligus pacar Queena, sebenarnya hari ini Anniv mereka yang ke 5 tahun.

Dan dengan bodohnya aku mau saja mereka ajak makan siang bersama. Dan berakhirlah aku disini dengan memandangi pasangan romantis ini.

Our Crush?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang