07. Rindu 2

10 3 4
                                    

Hai....

Ketemu lagi ama Author...

Jangan lupa vote

Beri kritik dan saran ya...

Awas typo berserakan...

*****
Jika, kau merindukanku peluklah ayahmu. Kerena, aku adalah separuh dari dirinya. Saat itu kau akan merasakan keberadaanku dalam dekapanmu.

~ Elena Leonagio

*****

Ervan POV

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Elena pergi untuk membantuku. Sekarang aku hanya duduk di bawah pohon tua dan Nhya masih belum sadar. Aku masih meratapi kepergian Elena. Ini salahku. Aku harus apa? Apakah aku harus terjun ke lembah dan kemudian mencarinya atau aku harus merawat putriku? Cinta atau putriku? Aku hanya bisa menangis dan meratapi kepergiannya.

"A-a-ayah!" Nhya mulai membuka matanya. Aku menghapus air mataku.

"Kau sudah sadar nak? Baiklah, sekarang kita harus kembali ke rumah." Aku menggendongnya dan berjalan menuju arah rumahku. Saat perjalanan, Nhya terus menanyakan tentang Elena. Aku bingung harus menjawab apa.

"AYAH, DIMANA BIBI ELENA?" teriak Nhya padaku.

"Nhya tenanglah! Bibi Elena sedang menyelesaikan tugas." Aku terpaksa berbohong padanya.

"Aku ingin bersama bibi Elena ayah." Nhya mulai menangis. Aku terpaksa menurunkannya dari gendonganku.

"Jangan menangis! Jika, Nhya menangis ayah juga menangis." Nhya malah mengeraskan tangisannya. Aku bingung sekarang. Aku harus apa?.

"Nhya kau ingat yang di katakan bibi Elena padamu?" Aku berusaha menenanagkannya.

"Ya ayah, aku ingat." Jawab Nhya.

"Apa yang bibimu katakan? Jika, kau merindukannya, kau harus apa?" Nhya mulai mengurangi isakannya.

"Bibi Elena mengatakan jika, aku merindukannya. Aku harus memeluk ayah tanpa air mata. Bibi juga mengatakan bahwa bibi adalah separuh hidup dari ayah." Nhya langsung memelukku dengan erat. Aku sudah tidak bisa lagi membendung air mataku.

"Kenapa sekarang ayah yang menangis?" Ku hapus air mataku dan melepaskan pelukan Nhya.

"Nhya pernah dengar. Jika, ada seseorang yang berkata kepada seseorang bahwa dia adalah separuh dari hidupnya maka orang itu adalah jodoh kita. Apakah itu benar ayah?" Aku mengangguk.

"Jadi, bibi Elena akan menjadi ibuku?" Aku diam membeku.

"Kenapa ayah diam?"

"Tidak apa-apa. Ayo kita pulang!" Aku segera menggendongnya lagi dan melanjutkan perjalanku.

Elena POV

Di sini. Di tempat yang tak aku kenal. Aku sedang duduk dengan seseorang yang tak aku kenal. Bercanda ria, tertawa, dan bersedih bersama. Disini aku bisa meluapkan semua suka dan dukaku. Tapi, di lubuk hatiku yang paling dalam,aku sangat merinduka Nhya dan Ervan.

"Kenapa kau melamun?" Teguran Alex membuatku terkejut.

"Tidak apa-apa. Hanya merindukan seseorang." Jawabku. "Dan kau. Apakah kau tak merindukan keluargamu yang ada di alam cahaya?" Tanyaku pada Alex.

"Aku sangat merindukan mereka. Terutama adik kesayanganku." Jawabnya.

"Hmm, apakah tidak ada jalan untuk keluar dari tempat ini?" Tanyaku.

"Ada. Tapi, untuk mencapainya itu sangat sulit." Ujarnya.

"Hanya sulit, bukan mustahil." Alex tersenyum mendengar jawabanku.

"Senyuman itu? Aku pernah melihatnya. Tapi, senyuman siapa?" Gumanku dalam hati.

"Kau sangat pemberani." Ujarnya.

"Tidak juga." Jawabku. "Dimana jalan keluar itu?" Tanyaku.

"Aku tidak tau." Jawabnya. "Sudah bertahun-tahun aku mencarinya. Tapi, aku belum menemukannya." Lanjutnya.

"Memangnya selerti apa jalan keluar itu?" Tanyaku penasaran.

"Ada yang bilang jalan keluar itu adalah 5 pilar elemen kehidupan." Jawabnya.

"Elemen kehidupan?"

"Maksudku sebuah pilar yang melambangkan Elemen dan berada di tempat yang berbeda-beda. Juga aku pernah mendengar bahwa pilar tersebut hanya akan membentuk sebuah portal teleportasi saat kelima pilar itu bersatu." Terangnya.

"Lalu bagaimana kita menemukannya?" Tanyaku.

"Ada sebuah buku sejarah yang menyatakan bahwa ada sebuah ikatan yang menjadi sebuah persahabatan sejati berhubungan dengan hati sedarah yang bisa menemukan pilar itu. Jika, kau berhasil memecahkan kalimat itu maka pilar tersebut akan menuntunmu dijalannya." Jawabnya dengan panjang lebar.

"Hati sedarah?" Gumanku pelan.

"Mungkin itu artinya tujuan yang sama dari hati berbeda." Ujar Alex.

"Tidak, jika seperti itu, Kata - kata nya tidak akan seperti itu." Cakapku.

"Hmm, lalu apa?" Tanyanya.

"Ayahku pernah mengatakan hal yang sama padaku." Ujarku. "Tapi aku lupa jawabannya." Lanjutku.

"Sekarang kita harus memecahkan teka-teki itu." Dia tampak berfikir keras untuk memecahkannya.

"Aku ingat!" Sorak ku. "Arti dari kata itu adalah dua orang saudara yang memiliki tujuan yang sama." Kami bersorak bersama.

Lalu ada cahaya berwarna biru yang bergerak di balik sebuah pohon besar.

"Itu cahayanya!" Seru Alex. "Ayo kita ikuti!" Ajaknya. Kemudian kami berdua mengikuti cahaya tersebut.

.
.
.

"Tempat apa ini?" Tanyaku saat sampai di tempat yang sangat indah dan terdapat sebuah pilar di hadapanku.

"Bukankah itu pilar dengan elemen yang melambangkan listrik." Aku menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Alex.

"Kita mememukannya!" Sorakku dengan girang.

"Di pilar itu ada tulisan lagi." Ujarnya.

"Ayo kita cari tau!" Ajakku.

Di pilar tersebut terdapat sebuah tulisan yang menyatakan bahwa "jika aku di atas, maka kau di bawah. Jika aku terbang maka kau melangkah."

"Burung!" Teriak Alex.

"Menurutku juga begitu." Ujarku. Setelah itu cahaya warna biru itu muncul lagi. Kami langsung mengejarnya.


*****

Maaf partnya pendek. Tapi kalau aku publis lagi akan aku usahakan lebih panjang.

Maaf juga kalau GaJe. . .

See you again readers

Bye...

Tinggalkan jejak yaaa...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang