01.Tragedi

34 5 2
                                    

Malam sunyi dengan suara serigala yang melolong dengan penuh kesedihan dan hembusan angin malam yang menerpa tubuhku. Menambah ketegangan yang terjadi dimalam itu. Aku tak bisa lagi membendung air mataku. Setelah aku melihat mayat kedua orang tuaku yang terbaring dihadapanku. Darah yang keluar dari mayat tersebut tercecer dimana-mana. Dengan cepat aku pun menghampiri mayat orang tuaku. Betapa marahnya diriku setelah aku melihat banyak luka ditubuh kedua orang tuaku. Ingin aku mencabik-cabik orang yg telah melakukan ini kepada kedua orang tuaku. Saat di pemakaman orang tuaku amarahku langsung memuncak. Aku langsung bergegas pergi dari pemakaman orang tuaku dan menuju ke istana kegelapan.

"Tunggu Elena!" Suara seorang pria menghentikan langkahku.

"Kenapa kau menhentikan langkahku? Apakah kau ingin aku membiarkan orang yg telah membunuh orang tuaku?!" Jawabku kepada pria yg memhentikan langkahku. Dia adalah kakakku yang bernama Deon.

"Bukan itu maksudku." Jawab kakakku.

"Lalu apa maksudmu?" Tanyaku padanya.

"Aku ingin kau tetap disini!. Karena saat ini kita masih berduka. Apakah kau ingin belum genap satu hari mereka pergi sudah terjadi peperangan lagi" jelasnya.

"Baiklah, aku akan tetap disini. Tetapi jika aku mengetahui ada alasan lain dibalik ini. Aku tidak akan menganggap kalian keluargaku lagi." Jawabku dengan tegas.

Kemudian aku pun kembali ke tempat pemakaman orang tuaku. Saat aku duduk di samping makam orang tuaku, aku mendengar suara anak panah yg menuju kearah tempat pemakaman orang tuaku.

"Aaaaaaakhhhh" Terdengar suara dua pria yang meringis kesakitan. Dan dua pria itu adalah kakak tertuaku Leon dan kekasihku Agio.

Betapa hancurnya diriku ketika aku melihat kekasihku jatuh tersungkur ke tanah dengan anak panah yang menancap di jantungnya. Aku langsung bergegas menghampirinya dan menopang kepalanya dengan tanganku. Aku menangis dengan derasnya sampai rasanya seluruh tubuhku mati rasa.

"Ma...Maa...Maaf" cakapnya dengan terbata-bata

"Maaf untuk apa?" Tanyaku. "Kau harus bertahan!" Perintahku padanya.

Tapi perintahku sia-sia. Kata "Maaf" adalah kata terakhir yang diucapkan bibir tipis milik kekasihku itu. Aku memeluknya dengan semua air mataku yg mengalir sangat deras. Aku tidak peduli lagi dengan semua darah yg menempel pada bajuku. Setelah itu aku mengurus acara pemakaman dengan menggunakan pakaian yg masih bernoda darah dari kekasihku itu. Tapi setelah pemakaman selesai pandanganku menjadi kabur dan semuanya menjadi gelap. Aku pingsan. Setelah aku tersadar aku sudah berada di atas tempat tidurku dan aku masih menggunakan pakaian yg sama. Aku langsung berlari keluar menuju pemakaman. Aku langsung duduk tersimpuh diantara makam kedua orang tuaku, kakaku, dan kekasihku.

"Kenapa kalian pergi meninggalkanku? Apakah kalian tidak menyayangiku? Aku mohon kembalilah padaku!" Air mataku pun menetes lagi.

"Kau harus bersabar! Ini adalah takdir." Suara seorang pria sambil menodongkan segelas air padaku. Aku sangat mengenal suara itu. Pria itu adalah sahabatku Ervan. Dia juga kehilangan istrinya saat peperangan itu.

"Aku tau ini adalah takdir. Tapi kenapa aku ditakdirkan kehilangan mereka dalam satu hari?" Tanyaku padanya.

"Aku tau ini berat bagimu. Tapi kau harus tetap melanjutkan hidupmu" perintahnya.

Aku menatapnya dan kulihat ia pun meneteskan air mata. Dia memberiku sebuah sapu tangan biru untuk menghapus air mataku. Dan aku pun mengambilnya. Dan kemudian aku dan dia pun pergi meninggalkan pemakaman itu.

《Maaf yaa... jika ceritanya pendek. Maklum masih pemula... tunggu kelanjutan ceritanya yaa...》

~jangan lupa vote & follow yaa~

Update sewaktu waktu...

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang