06. Rindu

15 3 0
                                    

Awas Typo berserakan...

*****

Jika kau merindukan ku, tutup matamu dan rasakan detak jantungmu. Aku akan ada di setiap detakannya.

~ Ervan Diego

*****

Elena POV

Orang bilang semuanya itu butuh pengorbanan. Dan sekarang lihatlah aku mengorbankan diriku sendiri untuk seseorang yang aku sayangi. Disinilah aku. Di tempat yang tak pernah aku lihat. Gelap, berdebu, kotor, dan semuanya berwarna merah dan hitam serta dengan orang-orang yang tak ku kenal, bahkan sendirian. Mau bagaimana lagi? Ini demi Nhya. Hanya untuknya.

"Ini kamarmu!" Ucap seorang pria padaku.

"Terima kasih!" Ucapku. Sekarang aku berada di sebuah kamar yang cukup besar dan mewah menurut mereka, tapi tidak untukku. Menurutku ini sebuah gudang, karena ruangannya cukup gelap.

"Ini ganti bajumu! Kau sudah di tunggu oleh ketua." Ucap seorang wanita yang masuk ke ruangan yang aku tempati dengan membawa sebuah gaun berwarna merah.

"Siapa ketuanya?" Tanyaku.

"Dia tuan Vitho." Jawabnya.

Ini kesempatanku untuk membunuhnya. Gumanku dalam hati.

"Baiklah, dimana dia menungguku?" Tanyaku.

"Di kamar beliau, di lantai atas." Jawabnya.

Ya Tuhan, tolong jangan sampai terjadi sesuatu padaku nanti! Aku mohon! Gumanku dalam hati.

"Baiklah kau boleh pergi!" Ujarku. Setelah itu wanita tersebut menghilang di balik pintu.

"Ya Tuhan, tolong bantu aku!" Tanpa ku sadari satu air mataku lolos.

"Aku tidak boleh menagis! Aku kesini untuk Nhya. Jadi, aku tidak boleh menangis!" Kataku sambil menghapus air mataku. Aku segera mengganti pakaianku dan menuju ke kamar Vitho. Sebelumnya aku sudah menyiapkan sebuah belati yang ku ikat di kaki ku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekarang aku sudah ada di balik pintu kamar Vitho. Dengan semua keberanian yang ku punya, aku membuka knop pintu. Di dalam banyak sekali lilin yang menyala dan Vitho tengah duduk di sebuah sofa warna merah dengan membawa segelas minuman keras.

"Kemarilah sayangku!" Ujarnya dalam keadaan mabuk.

Cuih, sayang! Aku tidak sudi kau panggil sayang. Aku jijik dengan ucapannya.

Dengan terpaksa aku berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya.

"Malam ini aku akan membawamu ke surga bersamaku." Kemudian dia mengeret tanganku mendekati tempat tidur.

Yah kau akan pergi. Tapi tidak ke surga, melainkan neraka! Aku menahan gerakannya dan dia menatapku.

Kemudian aku mengambil belatiku dan  ku tusukkan belatiku tepat di jantungnya. Dia meringis kesakitan dan akhirnya dia tumbang. Aku segera keluar dari jendela kamar dan banyak sekali penjaga yang mengejarku. Ku percepat lariku hingga sampai kesebuah jembatan. Tiba-tiba ada seseorang yang menaril tanganku.

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang