02.Awal Sebuah Kisah

22 3 0
                                    

Tak terasa sudah hari ke-4 setelah kematian orang terdekatku. Rasanya aku masih tidak percaya dengan keadaan. Dalam sehari aku telah kehilangan semuanya. Ingin aku membunuh diriku sendiri, Tetapi selalu aku dicegah oleh orang lain. Aku mengunci diriku di dalam kamar dan sudah 2 hari aku tidak makan dan minum. Saat udara di dalam kamarku mulai pengap, aku pun membuka jendela kamarku dan menatap bulan serta bintang yang menghiasi langit malam.

"Elena!" Teriak seorang pria yang tidak lain adalah Ervan, sahabatku.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Kemarilah! Aku ingin menunjukkan sesuatu." Bujuknya.

"Memangnya ada apa?" Tanyaku lagi.

"Sudahlah, turun saja dulu!" Perintahnya.

Dengan terpaksa aku pun turun dan menghampirinya. Setelah aku sampai di tempatnya. Ervan memberikanku sebuah kotak musik yang sangat cantik.

"apa ini?" Tanyaku dengan heran.

"Itu kotak musik." Jawabnya.

"Maksudku, kenapa kau memberikan kotak musik ini padaku?" Jawabku dengan cuek.

"Ohh, aku dengar kau menyukai kotak musik. Apakah benar?" Tanyanya padaku.

"Itu dulu. Sekarang aku sudah tidak menyukainya. Dan berhentilah menghiburku. Jagalah saja putrimu itu! Satu hal lagi, jangan pernah mengganggu aku lagi!" Jawabku dengan tegas

Aku mengembalikan kotak musik tersebut dan langsung pergi meninggalkan Ervan. Aku mendengar pria itu berkali-kali memanggil namaku. Dengan berjalan sangat cepat aku pun meninggalkannya. Aku sudah tidak percaya lagi dengan hubungan apapun bahkan cinta. Setelah apa yang terjadi padaku, aku berubah menjadi seorang peri yang dingin dan tak pernah tersenyum dan menjadi seorang peri yang sangat kejam saat menghadapi musuhku.

Dua bulan kemudian...

Di pagi yang sangat cerah. Aku pergi untuk mengambil beberapa bunga untuk ditaburkan di makam ibuku. Setelah selesai aku pergi untuk menuju makam ibuku. Ditengah perjalanan aku melihat seorang wanita memakai baju berwarna hitam berlari menuju perbatasan antara alam cahaya dan alam kegelapan. Aku mengejarnya. Namun, saat aku sampai di perbatasan wanita itu menghilang.

"Sial, pergi kemana dia" gumanku. "Lebih baik aku kembali untuk memeriksa keadaan" gumanku lagi.

Setelah sampai di pusat pemerintahan alam cahaya. Aku sangat terkejut kerena melihat tubuh seorang anak perempuan yang terbaring di tanah dan dikerubungi oleh banyak peri dan anak perempuan itu adalah adikku sendiri. Aku sudah tidak bisa menahan air mataku lagi. Aku berlari menghampirinya dan saat aku memeluknya dia sudah tidak bernyawa lagi.

"Jia!!! Siapa yang telah melakukan ini kepadamu?"  Aku terus mangatakan itu dengan air mata yang mengalir dengan deras.

"Kembalilah jia! Kembalilah! Kembalilah!" Aku memanggilnya sampai suaraku terdengar sangat lirih.

"Yang melakukan ini adalah kakakmu Almora." Kata seorang wanita yang ada di belakangku. Dia adalah istri kakak tertuaku, Chera.

"Almora, kau akan membayar semuanya!!" Teriakku dengan sangat marah.

Aku langsung pergi dengan membawa pedangku menuju ke alam kegelapan.

"Elena!, berhenti!" Suara kakakku Deon kembali menghentikan langkahku.

"Kenapa kau menghentikanku lagi?" Tanyaku dengan sangat heran.

"Kau harus tetap disini untuk melaksanakan pemakaman adik kita!" Perintahnya padaku.

Dengan terpaksa aku pun melaksanakan perintah kakakku itu.

Dua jam kemudian...

Acara pemakaman sudah selesai. Orang orang mulai pergi meninggalkan pemakaman. Aku tetap duduk disamping makam adikku.

"Jia, maafkan aku! Aku tidak bisa melindungimu." Aku terus menangis tanpa henti.

"Hapuslah air matamu itu!" Suara Ervan sambil menodorkan sebuah sapu tangan.

"Pergilah! Jangan ganggu aku lagi!" Nada suaraku terdengar sangat tinggi.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau berhenti menangis." Ervan menolak permintaanku.

Aku pun langsung menghapus air mataku dan langsung pergi meninggalkan Ervan.

《Tunggu lanjutannya...》

Jangan lupa Follow & vote yaa...

Mohon Follow aku yaa...
Please

The Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang