Jitakan mendarat tepat di kepalaku. Aku memegang kepalaku karena kesakitan. Memang keterlaluan dia itu!
"Apa kau bilang?! Sampai kapan kau tidak mau menyebut namaku?! Aku juga punya nama! Kau mau aku memanggilmu si anak cerewet?!" masih sama cerewetnya.
"Iya, iya cerewet!" balasku kesal.
"Aku sudah bilang! Panggil namaku yang benar! Dan lagi pula siapa yang cerewet hah?! Enak saja kau! Aku tidak secerewet kamu yang seperti ember bocor!"
"Apa kau bilang? Ember bocor?! Heh! Kau yang ember bocor! Mulut tuh dijaga! Bukan cuma keluarga besar!" bentakku.
"Kalian ini lucu sekali, ya. Kana, kau tau? Sejak kamu meninggal dulu dia menjadi orang yang cerewet. Tidak pernah dia secerewet ini sebelumnya. Dan lagi, dia yang paling sedih ketika kamu meninggal saat itu," ujar Chikuma.
"Hey! Jangan dengarkan dia! Dia itu sesat! Itu tidak benar! Siapa yang tidak sedih anak didiknya meninggal untuk semua orang? Kau berlebihan Chikuma." Kazaki mengalihkan pandangan.
"Ow, Kazaki Mizu bisa merasakan malu juga ternyata," ejek Sino. Aku mengacungkan jempol padanya.
"Nah, Kana. Kami disini untuk memberitahumu. Setelah kamu meninggal, sisa kekuatan kami yang masih berada di dirimu kembali kepada kami. Dan yang berada di belakang kami inilah sisa kekuatan yang tidak bisa kembali kepada kami. Ini kekuatan permanenmu. Kami juga tidak tahu. Seharuanya kekuatan kami bersih di dalam dirimu. Tapi inilah yang terjadi. Dan yang dibelakang Kazaki. Itu adalah campuran kekuatanmu dan kekuatan Kazaki, tidak bisa dipisah kembali dan otomatis menjadi milikmu. Itu informasi yang bisa kami sampaikan dulu kepadamu. Bila kami mendapat informasi baru, kami akan langsung memberitahumu," jelas Fuchida.
"Hm, aku mengerti. Tapi aku ingin bertanya. Bila kekuatan kalian bersih di dalam diriku, itu artinya aku tidak akan bertemu kalian lagi? Dan ketika aku meninggal benar-benar untuk selamanya aku tidak bisa bertemu kalian juga?"
"Bila masih ada kekuatan kami di dalam dirimu, itu artinya kamu masih bisa bertemu kami. Dan ketika kamu meninggal, kamu bisa bertemu kami karena kami juga sebenarnya sudah mati," jawab Sino sambil tersenyum. Aku belum pernah melihat dia tersenyum. Jarang sekali.
"Oy manusia biru! Bila kamu benar-benar mati nanti, datanglah menemui roh kami. Karena yang kau lihat sekarang adalah bayangan dari kekuatan kami yang masih hidup," ucap Kazaki.
"Siapa yang kau bilang manusia biru hah?! Kau pikir aku monster begitu?! Awas saja kau cerewet!" seruku marah.
"Ah, sudahlah. Masih banyak yang harus aku lakukan. Aku tinggal dulu," lanjutku.
Aku membuka mataku. Matahari masih jauh untuk berada di atas kepala, ini artinya masih pagi. Masih ada waktu untukku pergi ke kota. Setidaknya aku suda sampai ketika matahari pas diatas kepala. Dan aku tidak boleh diketahui oleh siapapun nanti. Dan aku masih tidak ingin bertemu dengan Dia.
Jubahku sudah kukenakan. Tinggal berangkat ke kota. Dan yah, aku diberi uang oleh Dia. Kadang aku berpikir untuk tidak membencinya. Dia berhasil untuk tidak membuatku membencinya. Walau aku tau alasan utamanya mebangunkanku dari tidurku. Entah kenapa aku merasa berat untuk melakukannya. Dan aku merasa lebih baik bila aku tidak dibangunkan.
Bukan berarti aku ingin mati kembali. Hanya saja, aku merasa kalau tidak patut bagiku bangun dari tidurku untuk melakukan hal itu. Aku takut untuk melakukannya. Ada perasaan yang tidak kusukai muncul ketika Dia menyatakan tujuannya.
Ah, lupakan. Cepat ke kota san membeli barang yang dibutuhkan lalu pulang dan membereskan rumah. Setidaknya aku hanya butuh beberapa barang dan makanan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizo
FantasyAku hidup untuk kedua kalinya. Aku harus menyelesaikan masalah sebelum waktu memberhentikan gerakku untuk kedua kalinya. lanjutan cerita Empat Kekuatan peringatan: ini hanya cerita fiktif!