Prolog

10 3 0
                                    

Jika dulu aku tidak bersikeras mencari yang lain, mungkinkah sekarang aku bisa berdiri santai dan tenang seperti ini?

Kalau sebelumnya aku tak pernah berniat menjauh dari lelaki di masa laluku itu, apa iya aku mampu tersenyum sebegini senangnya?

Seandainya aku tak pernah kelelahan berjuang pergi, akankah aku kembali jatuh pada cinta?

Seorang gadis memandangi pergerakan air yang tenang dengan mata malamnya. Di atas jembatan yang berdenyit saat beberapa langkah kaki sibuk mondar-mandir itu tubuh kurus Nilam berdiri tegak, sweater coklat yang ia kenakan ditarik rapat-rapat karena kedinginan.

Walau begitu, hembusan angin pukul delapan malam tak mampu mengusir gadis yang sedang kasmaran ini. Sebuah senyum tersungging dari bibirnya yang merah ranum, manis sekali bagai biji delima yang rontok. Wajah cantik khas Asianya terpantul pada air di bawah, diterangi sinar rembulan yang bulat penuh dari atas kepala.

Sedangkan di sebelah kirinya, seorang lelaki jangkung yang memiliki kulit pucat ikut-ikutan menonton pertunjukan kosong pada air danau. Lucu memang jika manusia  sedang dikelilingi cinta, bahkan diam pun sanggup mempererat tali hubungan antara kedua anak adam ini.

Masing-masing keduanya beralih tatap, memperhatikan bayangan wajah satu sama lain. Lalu kerlingan mata lelaki itu berhasil masuk ke dalam netra si gadis yang tersenyum grogi. Dua duanya masih malu-malu, masih berusaha menahan perasaan yang menggerogoti dada mereka saking senangnya.

Mereka hanyalah sepasang manusia yang baru saja saling menemukan tujuan, dua orang yang baru mengerti untuk apa hidup harus berjalan seperti yang sudah-sudah.  Lalu cerita di masa depan mereka biarkan menjadi kejutan luar biasa yang pantas diterima bersama. Asalkan dua orang ini tak terpisahkan, tak akan ada istilah kosong melompong dalam dirinya.

Mereka saling jatuh cinta.

Ai Zhi LuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang