💝

403 7 0
                                    

Cinta Pertama dan Terakhirku

I
Pagi yang begitu indah. Jam baru menunjukkan pukul 07.30 dan sebentar lagi aku akan tiba di tempatku bekerja. Sudah setahun ini aku bekerja di perusahaan garmen sebagai tenaga administrasi. Pekerjaan yang sangat aku sukai. Maklumlah dengan ijasah SMK begini aku harus cukup puas dengan apa yang kudapat saat ini. Walaupun sebenarnya saat ini aku hanya tinggal menyelesaikan 4 semester lagi maka aku akan menjadi sarjana. Kegiatan kuliah sambil bekerja ini memang harus kulakukan mengingat kondisi perekonomian keluargaku yang sudah tak sanggup lagi membiayai kuliahku. Ayahku hanya seorang guru SD sedang ibuku hanya tukang jahit. Jadi sudah pastilah sangat susah bagi mereka untuk tetap membiayai kuliahku dan juga sekolah adikku yang sekarang duduk di bangku SMU kelas 2.
"Assalamualaikum Nik! Apa kabarmu hari ini?". "Waalaikumssalam. Alhamdulillah, aku baik-baik saja! Kamu sendiri Yu? Kapan kamu sampai dari Garut?". "Aku sampai kemarin hampir siang! Oh iya, apa ada berita baru di sini selama aku tinggal cuti ke Garut?". "Kayaknya sih nggak ada. Semua baik-baik saja!. Aku ke ruanganku dulu yah, Yu!", "Ok. Selamat bekerja yah!". Aku hanya tersenyum. Kulangkahkan kakiku menuju ke ruanganku. Ruangan itu masih sepi hanya Wiwit dan Dewi yang terlihat di ruangan itu. Maklum mereka berdua anti lembur sehingga mau tidak mau pagi-pagi sekali mereka harus sudah ada di kantor. Berbeda dengan Sandra, Heri, dan aku sendiri yang hampir setiap hari pulang larut malam. Aku melangkah menuju mejaku setelah terlebih dahulu menyapa mereka. Aku terkejut demi melihat rangkaian bunga di atas mejaku. Kuperhatikan bunga itu tak ada nama pengirimnya hanya ada secarik kertas bertuliskan "TERSENYUMLAH KARENA SENYUMMU ADALAH SENYUM TERINDAH YANG PERNAH KULIHAT". Aku ingin bertanya pada mereka namun kuurungkan niatku itu. Biarlah nanti jam makan siang baru aku tanyakan pada mereka.
"Nik, kok bengong bukannya makan, kenapa?". "Ah enggak Yu, aku hanya bingung aja, siapa sih yang iseng ngirimin aku bunga. Cantik sih dan dari bentuknya, sepertinya harga bunga itu pasti sangat mahal. Aku yakin kalau hanya karyawan biasa seperti kita pasti nggak akan mungkin mau ngerugiin uangnya hanya untuk membeli bunga!". "Kamu sudah tanyakan sama teman satu ruanganmu?". "Sudah, tapi jawabannya sama mereka tidak tahu menahu". "Apa kamu punya suspect?". "Nggak Yu, lagian mana ada sih yang naksir ama cewek miskin kayak aku". "Ah, Nik, miskin itu kan cuma perasaan kamu aja. Kemiskinan itu relatif tergantung dari mana orang memandang. Kamu boleh saja miskin harta tapi soal iman dan ketakwaan aku rasa kamu nggak bisa di bilang miskin". "Kamu bisa aja Yu, aku jadi curiga jangan-jangan kamu lagi yang kirim bunga itu ke aku?". "Hal seperti itu cuma pekerjaan seorang pengecut. Lagian kita kan udah sepakat bahwa tidak ada kata cinta dalam persahabatan kita. Iya kan?".
Aku hanya tersenyum. Bayu benar! Kalau tanpa pertolongan dia mungkin sampai dengan saat ini aku tak kan mendapatkan pekerjaan ini. Kami berdua bersahabat sejak di SMP dulu. Waktu itu aku murid baru pindahan dari Bekasi sementara Bayu adalah kakak kelasku. Aku kelas VII dan Bayu 2 tingkat di atasku. Yah, aku SD di Bekasi. Namun sejak ayahku dipindahkan ke Bogor maka otomatis sekolahkupun pindah padahal saat itu aku sudah 1 bulan lamanya duduk di kelas VII SMP Bekasi. Rumahku dan rumah Bayu memang tidak dekat perlu waktu 15 menit untuk ke rumahnya dengan berjalan kaki. Namun entah mengapa kami selalu bersama di manapun berada. Pun sampai kuliah kami tetap memilih universitas yang sama namun beda fakultas. Bayu mengambil Hukum sedang aku Ekonomi. Bayu sekarang sudah menyelesaikan kuliahnya dan dia sudah resmi menjadi sarjana hukum. Namun dia belum siap untuk jadi pengacara. Jadilah pekerjaan ini tetap dia lakoni.
Kedudukan Bayu di sini juga tidak kalah penting. Dia adalah kepala personalia kami, jadi wajar kalau aku bisa masuk di sini walau hanya berbekal ijasah SMK. Dulu aku pernah menganggap kalau Bayu mencintai aku. Itu karena perhatian Bayu padaku yang aku anggap terlalu berlebih. Jujur sampai dengan saat ini aku tidak pernah tahu seperti apa itu jatuh cinta. Banyak pria yang mencoba mendekati aku namun semua mundur karena takut berhadapan dengan Bayu. Maklum Bayu punya ban hitam Taekwondo. Hal itulah yang akhirnya membuat aku yakin bahwa dia mencintaiku. Aku marah padanya karena aku ingin persahabatan kami tulus tanpa embel-embel apapun. Aku ingin Bayu jadi kakakku bukan kekasihku. Lama kami tak bertegur sapa. Hingga akhirnya Bayu datang dan meyakinkan aku bahwa aku ini hanyalah adik untuknya karena dia yang anak tunggal ingin sekali punya adik dan aku yang anak sulung ingin sekali punya kakak. Akhirnya kami pun berjanji tak ada cinta di antara kami.
"Nik. Kamu dipanggil Pak Erman tuh!". "Apalagi kali ini? Apa nggak bosan dia ngelihat aku?". "Udah, kamu masuk aja mungkin kamu mau dikasih bonus". Dewi pergi sambil menyunggingkan senyum yang bagiku senyum itu aneh. Kuketuk pintu ruangan Pak Erman big boss kami. Dialah presdir di perusahaan ini. Setengah dari saham perusahaan ini adalah miliknya.
"Masuk!". Suara bariton itu sudah tak asing lagi kudengar karena hampir setiap saat aku mendapatkan undangan ke ruangan ini. Kalau pegawai yang lain ingin melihat wajah pimpinan mereka aku malah boleh dibilang sudah bosan. Aku langsung masuk dan mengucapkan salam. "Asalamualaikum. Bapak panggil saya?". "Waalaikumsalam. Iya Nik. Ayo masuk!". Dia tersenyum melihat aku yang hanya berdiri di hadapannya tanpa berusaha untuk duduk. "Ayo, duduk". Aku duduk tepat di hadapannya. Ini bukan kali pertama aku duduk berhadapan dengannya dan anehnya setiap aku berhadapan dengannya ada sesuatu yang indah menyusup ke dalam hatiku dan jantungku berdebar tak menentu. "Begini Nik, mama besok kan ulang tahun. Aku ingin membuat Surprise Party. Menurutmu bagaiman?". Aku kaget. Apa posisiku sehingga dia bisa meminta pendapatku. "Maaf Pak, apa Bapak tidak salah orang. Saya ini Cuma orang bodoh Pak dan saya nggak pernah bikin Surprise-Surprise Party begitu. Jadi saya merasa nggak pantas untuk memberikan komentar".
"Nik, selama ini kamu banyak membantuku. Kamu pernah menolong mama waktu beliau kehilangan papa. Mama hampir gila waktu itu. Maklumlah cinta mama dan papa itu begitu kuat dan suci. Kadang aku iri melihat kebahagiaan mereka. Namun kecelakaan pesawat yang papa tumpangi dari Jepang membuat mama harus kehilangan papa. Kamu tampil dan memberikan siraman-siraman rohani kepadanya. Mama yang dulunya selalu mengabaikan shalat, sekarang menjadi seorang yang takut ketinggalan waktu shalat. Beliau hampir setiap saat menanyakan keadaan kamu. Makanya aku minta kamu yang putuskan kita Surprise Party di mana dan acaranya apa?". "Baiklah kalau Bapak serius, bagaimana kalau kita buat di Panti Jompo. Supaya Ibu bisa sedikit terhibur dengan melihat mereka dan sekaligus beliau mendapatkan pahala". Lama Pak Erman terdiam dia hanya terpaku memandangi wajahku. Walau aku menunduk, namun aku tahu wajahkulah yang dipandanginya. "Baiklah, besok sore selesai jam kantor kita berangkat. Biar mata mama kita tutup saja. Oh iya, kira-kira apa yang harus kita bawa yah?". "Kalau boleh saya sarankan, bagaiman kalau kita belanjakan setelah jam kerja nanti keperluan untuk besok". "Ok, itu juga ide yang bagus".
Selesai sudah, aku melirik ke arah jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Jam kerja sudah habis dan pekerjaanku hari ini sudah rampung. Aku harus menemui Bayu. Aku ingin meminta pertolongannya untuk menyampaikan kepada ayah dan ibuku kalau aku masih ada perlu dengan Pak Erman. "Ayo Nik, kita berangkat sekarang!". "Tapi pak, saya harus menemui Bayu dulu pak. Saya ingin menyampaikan pesan untuk ayah dan ibu saya". "Silahkan, atau biar kita sama-sama ke sana supaya satu kali jalan". Aku hanya menganggukkan kepalaku. Semua mata memandangi kami. Maklumlah ini kali pertama bagiku berjalan bersama dengan seorang pria selain Bayu. "Yu, aku masih ada acara sedikit dengan Pak Erman. Bisa aku minta tolong, sampaikan ini pada ayah dan ibu?". "Kamu mau kencan yah?". "Udah ceritanya besok aja udah mau kemalaman nih!". "Ok deh, tapi kamu utang cerita ke aku yah?".
"Kamu dengan Bayu kelihatannya amat akrab!". "Maklumlah Pak, kami sudah lama bersahabat". "Oh iya, rencananya kita mau belanja di mana?". "Bagaimana kalau di Plaza Jambu Dua aja". Pak Erman tertawa mendengar pilihanku. "Kenapa Bapak ketawa?". "Kenapa kamu nggak milih Bogor Mall aja?". "Di sana harga barang-barangnya terlalu mahal Pak, lagipula saya belum pernah ke sana. Apa di sana ada Mushalla seperti di Jambu Dua Pak?". "Yah jelas ada donk!". "Kalau begitu, sampai di sana saya mau shalat Maghrib dulu ya Pak?". "Boleh, kebetulan saya juga mau shalat". "Alhamdulillah!". "Kamu kenapa bilang Alhamdulillah Nik!". Aku terkejut. Aku yakin suaraku tadi amat pelan tapi kenapa dia bisa mendengarnya yah?. "Kok diam, kenapa Nik?". "Sebaiknya masalah tadi tidak usah diperjelas Pak, saya yakin walau tanpa saya jelaskan pun Bapak pasti sudah mengerti kenapa saya bilang Alhamdulillah!". "Baiklah, tapi ada satu permintaan saya, kalau di luar kantor kamu jangan panggil aku Bapak! Ok?". "Baiklah!". Mobil BMW metalik itu sudah memasuki pelataran parkir Bogor Mall. Selama ini aku melihat Mall hanya dari luarnya saja. Ini untuk pertama kalinya aku masuk ke Bogor Mall.
Setelah selesai menjalankan shalat Maghrib, kami mengitari Mall. Setelah kami selesai membeli barang yang kami perlukan untuk Surprise Party besok, Pak Erman mengajak aku untuk makan di salah satu restoran di dalam Mall. Aku memilih makan Pizza. Kami menikmati Pizza di restoran itu. Aku memilih air jeruk panas untuk minumku sedangkan dia memilih cool drink. "Nik, sudah berapa lama kamu memakai jilbab? Apa kamu tidak pusing dengan pakaian yang serba panjang begitu? Padahal gadis-gadis seusia kamu, cocoknya yah memakai rok jeans ketat atau celana jeans ketat dipadu dengan kaos yang ketat! Tapi sepertinya kamu tidak tertarik dengan pakaian seperti itu?". "Jawabannya sama dengan jawaban Bapak eh sorry, jawaban Mas Erman boleh begitu?". "Boleh, itu malah lebih bagus! Ayo teruskan!". "Ketika saya tanyakan kenapa Mas setiap harinya memakai kemeja lengkap dengan dasi dan jas!". "Aku nggak ngerti maksud kamu Nik, aku memakai baju ini yah karena ini tuntutan jabatanku sebagai seorang pemimpin perusahaan". "Kalau begitu sama Mas, saya juga memakai baju begini karena tuntutan saya sebagai seorang muslim. Mengenai mereka yang tidak memakai pakaian seperti ini, mungkin mereka tidak tahu atau tahu tapi menganggap pakaian seperti ini cuma bikin repot saja. Padahal mereka tidak tahu suatu saat nanti apa yang mereka pakai harus mereka pertanggung jawabkan". "Tapi Nik, para lelaki itu pecinta keindahan dan tubuh wanita itu adalah salah satu keindahan dan sepengetahuanku mencintai keindahan itu kan juga sebagian dari iman". "Persepsi Mas itu salah, memang benar mencintai keindahan itu sebagian dari iman, tapi keindahan yang bagaimana dulu?. Bila kita mencintai keindahan alam semesta ciptaan Allah, kita pasti akan mengucapkan Subhanallah itulah cinta keindahan yang mencerminkan sebagian daripada iman tapi bila kita melihat keindahan lekuk tubuh wanita kita harus mengucapkan Astaghfirullah kenapa, karena keindahan tubuh wanita bisa menjerumuskan kita kepada perbuatan yang maksiat. Contoh sederhana, dengan kita menikmati keindahan dan kemolekan tubuh seorang wanita, maka akan timbul syahwat. Kita jadi menghayal bagaimana caranya supaya tubuh yang indah itu bisa kita "Nikmati". Akhirnya menjerumuskan kita untuk berpikir memperkosa bagi yang belum menikah dan bagi yang sudah menikah akan menjadi berdosa karena pasti dia akan membayangkan wanita itu walaupun dia sedang "Berhubungan" dengan istrinya. Ini yang dibilang dosa".
"Tapi semua itu bagi aku Nik, terlalu ekstrim. Lantas bila aku mencintai istriku yang memakai jilbab dan aku tahu persis bahwa tubuhnya sangat seksi kan rugi kalau hanya aku seorang yang tahu. Aku nggak akan pernah melihat kekaguman dari mata teman-temanku atas keseksian tubuh istriku". "Seperti itu Mas bilang rugi, justru Mas sangat beruntung. Karena apa, orang yang paling Mas cintai hanya mempersembahkan jiwa dan raganya untuk Mas. Coba Mas bayangkan, bila saja istri Mas mempertontonkan keindahan tubuhnya dan semua teman-teman Mas terkagum-kagum, apa Mas yakin mereka hanya "Kagum" tetapi tidak "Nafsu". Kekaguman akan ciptaan Allah yang indah dengan nafsu mempunyai perbedaan yang sangatlah tipis. Belum tentu mereka berdecak-decak itu berasal dari kekaguman, bagaimana kalau decakan itu berasal dari nafsu siapa yang rugi. Ketahuilah Mas, isrtri yang baik adalah istri yang bisa menjaga harta dan kehormatannya untuk suaminya dan dengan menutup aurat dia berarti telah menjaga kehormatannya". "Bukan main, pantas mamaku bisa berubah mendengar penuturan kamu. Sekarang aku ingin menanyakan satu hal kepadamu. Apa arti hubunganmu dengan Bayu?". "Kenapa tiba-tiba Mas menanyakan itu?". "Aku hanya ingin tahu saja karena aku lihat kalian begitu dekat. Pulang dan pergi selalu sama-sama. Laki-laki dan perempuan bila terlalu dekat itu bisa berbahaya. Aku yakin kamu pasti lebih tahu dari aku".
"Mas, Bayu dan saya memang memiliki hubungan. Saya menyayanginya dan dia pun begitu. Mas puas dengan keterangan itu?". Mas Erman terdiam. Wajahnya yang tadinya kulihat begitu ramah dan bersahabat tiba-tiba saja berubah menjadi begitu kelam dan amat sangat tidak sedap dipandang mata. "Sebaiknya kita pulang Nik, dan mengenai surprise party, biarlah aku nggak ingin membuang-buang waktumu". Mas Erman beranjak pergi. Aku bingung dengan perubahan sikapnya itu. Aku berusaha mengejarnya hingga sampai ke pelataran parkir. "Maaf Mas, ada apa? Kenapa Mas tiba-tiba berubah seperti ini?". "Aku nggak mau mengganggu hubunganmu dengan Bayu!". "Hubungan bagaimana maksud Mas, apa Mas tidak lihat saya kan tadi pamitan sama Bayu dan apa Mas bisa melihat kalau hubungan kami terganggu". "Kamu jangan twerlalu naif Nik, kamu itu kekasihnya Bayu. Apa kata Bayu kalau kita terlalu dekat". Tanpa kusadari aku tertawa. Aku merasa lucu dengan kata-kata Mas Erman. "Sebaiknya kita pulang daripada kamu ketawa ketiwi nggak jelas begitu!". "Mas tunggu, saya dan Bayu memang saling menyayangi seperti kakak dan adiknya dan juga saling mencintai karena kami sesama muslim. Kami bukannya sepasang kekasih atau sedang berpacaran. Tidak!". Pak Erman kulihat sempat terkejut dengan pernyataanku. Wajah terkejut itu begitu tampan entah kenapa hatiku berdesir halus.
"Maaf Nik, aku pikir kalian adalah sepasang kekasih. Ayo kita pulang". Begitu kami berada di dalam mobil, dia tidak langsung menyalakan mobilnya namun malah mengatakan sesuatu yang hampir membuatku pingsan. "Nik, apa kamu terima dengan senang hati bunga dariku tadi pagi". "Apa! Jadi itu bunga dari kamu Mas?". "Iya, jujur saja Nik. Sejak pertama aku melihat kamu, aku seperti merasa bahwa kamu adalah tipe wanita yang aku cari. Kamu berperinsip dan kamu selalu yakin bahwa apapun yang kamu lakukan pasti benar dan kamu tidak pernah menyesali keputusan yang kamu buat. Satu lagi yang membuat hatiku terpesona yaitu senyumanmu. Entah mengapa aku ingin sekali menjadi orang yang pertama dan Insyaallah menjadi yang terakhir bagi kamu". Aku hanya menunduk. Aku yakin pipiku saat itu pasti sedang bersemu merah. Dia berusaha meraih jemariku, namun dengan halus kusingkirkan tanganku. "Maaf Mas, saya bukan mahram kamu. Kalau memang kamu mau menyentuh saya, kita harus menikah dulu". "Apa? Jadi kamu mau menikah denganku? Katakan kapan kamu siap jadi istriku?". "Terserah kamu Mas, kapanpun saya siap hanya 1 permintaan saya. Tolong izinkan saya melanjutka S1 saya, walaupun kita sudah menikah kelak. Agar saya pantas mendampingimu Mas!". Mas Erman hanya mengangguk. Syukur Alhamdulillah kupanjatkan kepadamu ya Allah. Engkau telah memberikan pria yang baik untukku. Dan yang terpenting dari semua itu aku mencintainya.

Cerita IslamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang