"Bercermin sebelum berkata. Seharusnya lo simpan kata-kata itu di otak lo!"
Mata Melodi membelalak menatap Ririn. Tidak biasanya Ririn berkata kasar seperti itu. Ia menyikut Ririn untuk mengentikannya, "Sudah, biarin saja."
"Seharusnya lo yang ngaca! Coba pikir, Reza cuma kasihan sama kondisi lo! Dia gak akan pernah suka sama lo!" balas Vina dengan wajah angkuh. Gadis itu bersedekap di depan meja Melodi.
"Terus kenapa kalau gue cacat, hah?! Lo pikir lo sempurna, jadi lo bisa sombong? Malu sama Tuhan! Dia kaya, dia punya segalanya! Dia bebas nyiptain apapun! Sedangkan lo? Apa yang bisa lo buat? Apa yang bisa lo sombongin? Bahkan uang pun lo masih minta orang tua!" Ririn bangkit. Ia menatap marah pada Vina. Sudah lama sekali hatinya ingin meledak, namun ia terus menahannya. Kali ini ia tak akan menahan gejolak amarahnya lagi, habis sudah kesabarannya.
"Kalau gue sempurna kenapa?! Lo iri?! Gue punya segalanya! Gue punya uang, gue punya apa yang gue mau! Bahkan hidup gue bebas mau ngapain saja!" Vina menyentak marah. Ia menatap bengis Ririn.
Suasana semakin panas saja dengan perdebatan itu. Siswa/siswi di sana berbisik-bisik untuk memanggilkan kepala sekolah ke kantin.
Ririn berdecih, "Cih, lo mungkin punya segalanya tentang uang. Tapi mungkin lo gak punya kebahagiaan, ketenagan, ketulusan!"
Vina membeku. Rasanya apa yang dilontarkan Ririn benar-benar mengenai hatinya. Ia berjalan mendekati Ririn dan mengangkat tangannya akan menampar Ririn.
Tapi tamparan itu tehenti di atas, karna Reza mencekal kencang pergelangan tangan Reza.
"Ada apa ini?" Kepala sekolah datang, matanya melirik Vina, Melodi, dan Ririn. Ia menatap tajam ketiganya, "Melodi, Ririn, Vina, kalian ikut ke ruangan saya."
Tanpa berkat lagi, kepala sekolah itu berjalan meninggalkan kantin.
"Jangan sekali-kali lo nyentuh Ririn lagi," ancam Reza dingin. Lelaki itu melepaskan cekalannya.
"Shhh," ringis Vina karna cekalan Reza.
Vina, Melodi, dan Ririn berjalan meninggalkan kantin menuju ruangan kepala sekolah.
"Lo aneh gak? Perasaan tadi lo yang nyekal tangan Vina, tapi kenapa Melodi yang dipanggil?" tanya Vallen bingung.
"Hah, gue mau tanding. Kepala sekolah gak mungkin nyerahin anak muridnya yang bermasalah buat tanding," balas Reza, kemudian berjalan meninggalkan kantin.
Suasana kantin yang tadi tegang, kini bernagsur-angsur biasa kembali. Vallen berjalan cepat meninggalkan kantin untuk menjemput Melodi.
Intan menatap Revan di hadapannya dengan kesal, rasanya ia menyesal telah menuruti perkataan Revan, "Jangan ajak gue lagi," ucapnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Revan sendiri.
"Hah." helaan napas Revan terdengar. Ia menunduk, merasa malu dengan dirinya sendiri.
'Kenapa gue ada di antara mereka?'
↪↩
"Ini ketiga kalinya kalian membuat onar. Jadi sekarang kalian mau bagaimana? Apa perlu saya panggil orang tua kalian?" tanya kepala sekolah pada ketiga siswinya yang duduk bersebrangan dengannya.
Kepala ketiga gadis itu tertunduk, tak berani menatap kepala sekolah yang tengah murka.
"Jujur, saya sudah terjebak. Saya ingin mengeluarkan kalian, tapi kalian akan segera lulus," ucap kepala sekolah dengan mata melirik tajam pada ketiga gadis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [TAMAT]
Romance18 tahun. Dimana dua insan terpaksa berbagi kebahagiaan mereka. Hanya sebuah pilihan yang dapat mereka ambil, membuat mereka terpaksa menerima segalanya. Meski keduanya harus merasakan sakit, mereka tetap menjalaninya. Gadis itu takut, jika suatu sa...