'Aish, cowok munafik!'
↪↩
Pagi hari, setelah Melodi dan Ririn makan bersama, keduanya memulai aktifitas masing-masing. Ririn pergi berkerja di perusahaan musik, sedangkan Melodi bersiap-siap pergi ke perusahan Vallen. Malam tadi Melodi memohon pada Ririn agar menelpon Reza untuk memasukkan jadwal pertemuan Melodi dengan Vallen di kantor. Meski sempat berdebat, akhirnya Reza membenarkan semua jadwal dan pertemuan Melodi hanya dua jam di ruang kerja Vallen. Setelahnya ada rapat di luar kota.
Meski sebentar, Melodi berharap bisa menggerakkan hati Vallen dan kembali lagi seperti dulu. Kedua matanya menatap pantulan diri di depan cermin, wajahnya sudah terpoles sempurna, tidak begitu berwarna, terlihat natural. Tubuhnya sudah mengenakan dress oren yang dibeli kemarin bersama Ririn. Jika hanya mengenakan kaos akan begitu mencolok ketika masuk ke kantor, makanya ia membeli di sini. Beruntunglah uang tabungan hasil bekerja di Dubai masih tersisa.
Diambil ponselnya, mengirim pesan pada Reza bahwa dirinya sudah berangkat, lalu berjalan turun ke bawah. Pertemuannya dua puluh menit lagi, cukup untuk menempuh perjalanan dengan taxi.
Di dalam mobil, matanya melihat The Dominick Hotel terlewat, banyak kenangan di sana, rasa bahagia, rindu, tangis, takut dan...
Nyaman.
Drttt...
Melodi mengangkat panggilan dari Reza, "Halo?"
"Dimana?"
"Sebentar lagi sampai."
"Nanti ke resepsionis, bilang sudah ada janji."
"Oke." Tak lama kemudian Melodi sampai, langkahnya terhenti di depan perushaaan Vallen, sangat besar dan banyak karyawan yang berjalan tergesa dengan membawa berkas-berkas. Bawahan saja sesibuk ini, apalagi Vallen sebagai CEO utama. Pasti banyak berkas menumpuk di atas mejanya. Perlahan kakinya melangkah masuk, mencoba percaya diri saat ini.
Para karyawan yang melihatnya sempat terhenti dan menatap lama, seperti ada orang aneh dari dunia lain. Hanya senyum tipis yang diberikan Melodi, lalu pergi ke resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [TAMAT]
Romance18 tahun. Dimana dua insan terpaksa berbagi kebahagiaan mereka. Hanya sebuah pilihan yang dapat mereka ambil, membuat mereka terpaksa menerima segalanya. Meski keduanya harus merasakan sakit, mereka tetap menjalaninya. Gadis itu takut, jika suatu sa...