Bab 46 (ANEH)

1.6K 69 2
                                    

"Saya, Papa Melodi, berniat memberikan surat cerai untuk kalian berdua."

"Hah? Cerai?" Melodi masih terkejut tak percaya.

"Papa gak sanggup lihat kamu harus menikah muda, Odi. Papa berniat akan membuat kamu bercerai, agar kamu bisa sekolah dan menggapai cita-cita kamu. Kalau kalian memang saling mencintai, saya akan izinkan kalian menikah lagi. Tapi, di usia kalian yang sudah cukup. Agar rumah tangga kalian lebih matang dan tak ada konflik di keluarga kalian nantinya." Dino mencoba menjelaskan perlahan, agar dimengerti oleh keduanya.

Entah mengapa, mendengarnya membuat Melodi ingin menangis. Matanya mulai memerah. Dirinya sendiri tak mengerti dengan perasaannya.

"Kalau memang Papa sudah membuat keputusan begitu, kami akan menurutinya, Pa. Tapi, tolong beri kami waktu," balas Vallen dengan suara seraknya. Jelas sekali lelaki itu tumbang karna penjelasan Dino.

Berkali-kali Vallen telah menerima berbagai macam opini yang menyakiti hatinya dari dunia bisnis. Namun, entah mengapa penjelasan Dino membuat hatinya tumbang seketika. Tak pernah terjadi padanya selama ini.

Melodi langsung menoleh pada Vallen. Hatinya benar-benar sakit saat ini. Tanpa berkata, ia berjalan keluar ruangan tersebut.

"Papa bilang begini, bukan bermaksud memisahkan kalian. Papa cuma mau Melodi bisa menggapai cita-citanya. Selama ini, keinginan Papa hanya membuat Melodi sarjana. Hanya itu yang Papa inginkan. Papa tidak melarang jika kalian mau berpacaran setelah bercerai. Asal, Melodi bisa fokus dan menjadi sarjana di kemudian hari." Dino menghela napasnya panjang setelah berkata.

"Ini memang berat, Pa. Tapi, kalau memang ini sudah akhirnya, aku cuma bisa menurut saja." Seulas senyum paksaan, Vallen tunjukkan pada Dino.

Lengang cukup lama di dalam ruangan.

"Pa, aku pamit pulang, ya," ucap Vallen sambil bangkit dari kursinya.

"Iya." Dino bangkit, lalu memeluk Vallen sebentar, "Papa tahu, ini menyakitkan. Tapi, ini yang terbaik untuk kalian."

Setelah berpelukan, Vallen keluar dari ruangan Dino. Lelaki itu mengontrol emosinya. Matanya tertuju pada Melodi yang menangis sambil memeluk Rani. Melihatnya, sudah membuat Vallen melemah.

"Ma... Hiks." Melodi memeluk erat Rani.

Rani hanya bisa tersenyum sambil menahan tangisnya, "Maaf, Odi. Lagi-lagi Mama gak bisa melindungi kamu."

"Melodi, ayo pulang," ajak Vallen yang telah sampai di dekat Melodi.

Melodi melepas pelukannya. Ia menghapus air matanya. Sebentar ia memandang Rani, "Ma, aku pulang dulu, ya."

Rani mengangguk, kemudian mencium kening Melodi, "Hati-hati di jalan."

Melodi berjalan keluar rumah besar itu dengan hati yang hancur. Sepanjang perjalanan Melodi tak mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan Vallen pun begitu.

"Lo mau jalan-jalan sebentar?" tanya Vallen memecah keheningan.

"Iya," balas Melodi. Suaranya parau. Masih ada banyak tangis yang ingin ia tumpahkan.

Dengan pelan Vallen membawa mobilnya ke suatu tempat. Bukan hanya Melodi yang butuh ketenangan, namun ia juga.

↪↩

Pantai.

Mereka sampai di pantai Ancol pada sore hari. Keduanya berjalan di pasir-pasir sambil menunggu sunset datang.

Angin pantai sangat menenangkan. Namun, perasaan keduanya masih saja gelisah. Tak tahu saat ini harus bagaimana satu sama lain.

Secret Marriage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang