4. Rina dan kembali terjatuh

55 6 2
                                    


SELAMAT MEMBACA KISAH LINGGA & AININ

***

Tak ada rasa senang ketika kita sudah berada diatas langit, tapi tiba-tiba dihempaskan begitu saja. Dan, jatuh memang menyakitkan.

***

Ainin memasuki kelasnya sambil tersenyum dengan cerah. Ternyata, usaha menunggu balasan dari Lingga tak berujung dengan sia-sia.

Dian, cowok gendut yang doyang makan itu menatap gila kepada Ainin yang senyum-senyum sendiri, "Kenapa lo?"

Masih tersenyum menuju bangkunya, Ainin menatap Dian sebentar lalu melanjutkan jalannya.

Dian hanya pengganggu moodnya, pikirnya.

Dian yang tidak ingin mati penasaran, segera saja menuju bangku Ainin yang sudah duduk dengan tenang sambil tersenyum dengan cerah.

"KENAPA SIH LOO?"

Ainin mengusap-usap telinganya sambil menatap Dian dengan sinis, "nggak usah teriak juga ditelinga gue."

"Salah lo sendiri."

"Bodo ah bodo amatt."

"Lo emang bodoh."

"PINDAH LO DARI SINIIII. PINDAH SANAAAAA."

Dian terlonjak kaget mendengar teriakan Ainin, "iye iye emak. PMS mah PMS aja."

"Gue nggak PMS."

"Lah, terus apa?"

"Kepo."

Tasya tiba-tiba datang teriak dengan keras, membuat penghuni kelas yang sudah banyak datang menatap Tasya dengan penasaran. Mukanya yang serius itu tidak ingin diabaikan oleh para penghuni kelas yang biasanya Tasya hanya memasang wajah bak Mak Lampir.

"WOYY GUE BAWA KABAR BURUK!!"

"Apa, Sya?"

"Apa sih, Sya?"

"Kalau kabar buruk mah, malas gue denger."

"Kabar buruknya baik nggak?"

Sahutan-sahutan membuat Tasya pusing sendiri. Masalahnya, berita yang dibawanya nggak penting dan penting-penting amat, menurutnya.

"Sebenarnya gu-"

"SEBENARNYA APA WOYYY." Teriak Dian memotong omongan Tasya.

"Berisik lo, ndut. Sebebarnya gue tadi berak 2 kali pagi ini."

Kelas hening. Dan suara bel masuk serempak dengan para penghuni kelas X IPA 4 melemparkan segumpal kertas ke Tasya.

Tasya hanya mendengus kesal lalu menuju bangku dibelakang Ainin.

"Woe, Ainin." Tasya menepuk bahu Ainin.

Ainin berbalik, menatap heran kepada Tasya, "apa?"

Tasya mengintrupiksikan agar Ainin mendekat ke bibirnya agar ia bisa berbisik, Ainin mencondongkan badannya kemudian berdecak malas mendengar omongan Tasya.

"Si Kaleng ganteng juga, yah."

"Diem, ah. Lo ngomong gue kirain penting banget."

"Emang si Kaleng nggak penting lagi?"

Ainin terdiam menatap Tasya, kemudian berbalik menghadap kedepan. Rasanya, apa yang dikatakan Tasya sedikit menggores kupingnya.

Satu jam sudah berlalu. Tak ada tanda-tanda guru. Ainin mengeluarkan ponselnya disaku bajunya.

Kemudian jari-jari tangannya mengetik beberapa kalimat.

Lingga.dpta

Kok malah minta maaf?
08.00
Dibaca

Ainin melotot. Lingga sedang Online? Dan tiba-tiba dengan cepat melihat pesan masuk darinya? Demi apa? Keajaiban dari Tuhan.

Sebuah balasan dari Lingga membuat Ainin lagi lagi dilanda jantungan mendadak.

Lingga.dpta


Emang ada yang salahh dari minta maaf?
          08.01

         Dibaca


Nggak ada yang salah dari minta maaf. Tapi, tumben.
08.02
Dibaca


Tumben?
Lo dmna?
Nggk beljr?
          08.03
         Dibaca

Haha, nggk kok kak. Gue ada dikelas sambil balas chat dari kak Lingga.
08.03
Dibaca


Gue juga tau lo balas chat dari gue. Jamkos, eh?
          08.10
         Dibaca

Kayaknya sih iya. Batang hidung ibu Bunga belum kelihat. Knpa emg kak? Jamkos juga?
08.12
Diterima

Tak ada balasan dari Lingga. Ainin terpaksa menyimpan hp nya dikolong meja. Kemudian mengambil sebuah novel dari tasnya. Itu bukan novel milik dirinya tapi milik Odip. Inipun rasanya butuh perjuangan meminjam novel milik Odip yang hanya satu-satu. Apalagi  genrenya Teen Fiction.

Ainin terkadang pusing melihat tumpukan novel Odip yang hanya bergenre Horror dan Mystery. Ainin yang tidak suka novel berbau-bau seperti itu meminjam novel Odip yang genrenya tersisa satu-satu. Sebuah keberuntungan.

Membaca judul di sampulnya, Ainin menarik senyum tipis.

Remember Me.

Sebuah novel yang kisahnya membuat Odip menangis. Saat itu Ainin tak sengaja melihat Odip menangis gara-gara membaca novel. Dan Ainin tak akan pernah lupa bahwa Odip selalu membaca buku Remember Me ini. Ainin yang sering penasaran tingkat dewa, terpaksa harus mengendap-endap karena ingin membaca novel ini.

Sambil fokus membaca, getaran di ponsel nya membuat ia berhenti. Ainin yang berharap bahwa itu pesan dari Lingga ternyata lagi-lagi,

Anda sekarang berada di masa tenggang. Segera lakukan pengisian ulang agar nomer Anda aktif kembali.

Ia kecewa.

Lalu, Tasya datang dengan raut yang pucat pasi. Mengatakan sesuatu kepada Ainin yang yang membuat perasaan Ainin tiba-tiba terhempas begitu saja.

"Nin,"

"..."

"Kak Lingga lagi dekat sama Rina. Gue nggak sengaja lihat foto mereka di ponsel kak Lingga yang ketinggalan diruang Jurnalistik. Terus saling chat-an kek gitu."

Kali ini Ainin hanya tunduk memandang nanar ponselnya. Ia menunggu kapan Lingga membalas pesannya. Tapi, di penghujung november, Lingga tak kunjung membalasnya.

******

Hallooo hihihi, sengaja update 2 Bab. Soalnya kita ketemu lagi hari Senin. Jangan sedih yah :v cup cup cup.



Salam hangat, Diva mantan Luhan.

LINGGA & AININTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang