6. Sebuah lagu untuk Ainin

40 3 0
                                    

Sejauh apapun aku mencoba menghilangkan, bayangan tentang dirimu selalu ada.

***

SELAMAT MEMBACA KISAH LINGGA & AININ

***

Malam terakhir di lomba pentas seni membuat Ainin tersenyum sumringah. Akhirnya, pikirnya. Ia sudah bermain drama. Walaupun ia dan teman-temannya hanya juara 2, tapi hal itu membuat Ainin senang. Ini pertama kalinya semenjak memasuki SMA, ia membawa nama sekolahnya.

Acara memang sudah selesai. Dan besok, mereka berangkat pulang. Tapi, kali ini Pak Bambang sekaligus pembina mereka, ingin memberikan sedikit kenang-kenangan kepada muridnya.

Mereka berkumpul dibelakang rumah tempat mereka menginap. Suara tawa mengkombinasi semuanya.

"Ainin," suara Pak Bambang membuat mereka semua terdiam.

Ainin yang merasa dipanggil menoleh ke Pak Bambang sambil tersenyum.

"Lo punya pacar?" lanjut pak Bambang membuat Ainin tiba-tiba tersedak. Gurunya ini kelewat gaul.

Sahut-sahutan mulai terdengar.

"Wahhh si bapak ngegas woeee."

"Astagfirullah bapak, ingat istrinya pak."

"Paaaak, jangan tikung diriku."

"Istrinya buat aku saja pak. Istri bapak cantik."

"Ainiiin jangan mau jadi istri ke dua. Nggak enak."

"Gas terusss pak. Umur bapak masih 25, punya istri dua tak masalah."

"Ainin jomblo ngenes, pak. Mau dijadiin istri ke-dua, ke-tiga, Ainin nggak masalah."

Sudah tebak siapa yang melontarkan kalimat terakhir? Siapa lagi kalau bukan Tasya.

Pak Bambang memijat pelipisnya dengan lelah, rasanya ia merasa bahwa ia telah salah membawa murid yang ikut lomba.

"Kalian ini ada-ada saja. bapak kan cuman nanya, Ainin punya pacar atau tidak."

Ari, kakak kelasnya yang juga ikut lomba tersenyum licik, "kenapa emang, pak?"

Pak Bambang menatap Ari sambil tersenyum licik juga, "cuman mau ngedeketin Ainin dan Aksa. Mereka cocok tuh."

Semua terdiam, kemudian suara-suara cewek mengkombinasi.

"Tidaaaaak, pak pliss jangan jadi Pak comblang, kak Aksa is mine."

"No wayyy, Aksa sukanya sama aku paaaak."

"Aksa tadirku, pak."

"Aksa jodohkuuuuuu pak."

"Jodohin sekalian pak. Aku kasian lihat Ainin yang ngenes mulu."

Sedangkan respon Aksa dan Ainin? Aksa yang hanya memasang senyum kecil dan Ainin yang tertunduk malu.

"DIAAAAAAM."

Kali ini mereka semua terdiam. Memandang Ari dengan sinis karena bisa-bisanya ia mengganggu.

"Daripada sibuk ngerundingin Aksa milik lo apa kagak, mending kita nyuruh Aksa nyanyi untuk Ainin. Setujuuuuu?"

"SETUJUUUU." Mereka semua bersorak dengan senang tanpa memedulikan ekspresi Ainin yang sudah diujung malu.

"Dipersilahkan untuk sang Aksa bernyanyi." Pak Bambang sudah cengengesan melihat Aksa.

Aksa memetik senar gitarnya kemudian bernyanyi membuat semua orang membuatnya kagum. Kagum dengan lagu yang dibawa Aksa.

You lit me up
You made me feel as though
I was enough
We danced the night away
We drank too much
I held your hair back when
You were throwing up

Then you smiled over your shoulder
For a minute I was stone cold sober
I pulled you closer to my chest
And you asked me to stay over
I said, I already told you
I think that you should get some rest

I knew I loved you then
But you'd never know
'Cause I played it cool when I was scared of letting go
I knew I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go

I wake you up with some breakfast in bed
I'll bring you coffee
With a kiss on your head
And I'll take the kids to school
Wave them goodbye
And I'll thank my lucky stars for that night

When you looked over your shoulder
For a minute, I forget that I'm older
I wanna dance with you right now, oh
And you look as beautiful as ever
And I swear that every day you'll get better
You make me feel this way somehow

I'm so in love with you
And I hope you know
Darling, your love is more than worth its weight in gold
We've come so far my dear
Look how we've grown
And I wanna stay with you
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go

I wanna live with you
Even when we're ghosts
'Cause you were always there for me
When I needed you most

I'm gonna love you 'til
My lungs give out
I promise till death we part
Like in our vows
So I wrote this song for you
Now everybody knows
That it's just you and me
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go

Just say you won't let go
Oh, just say you won't let go

Dipikiran mereka semua apa sosok Aksa mencintai Ainin? Apa itu mungkin? Aksa seperti mencurahkan isi hatinya.

Mereka mulai mengada-ada, semua orang sudah tau. Apa Aksa memang benar-benar mencurahkan isi hatinya atau hanya ingin bernyanyi saja? Tapi suaranya yang penuh penghayatan membuat mereka sudah menambah poin bahwa Aksa memang benar-benar mencintai Ainin.

Sedangkan Ainin? Ainin hanya tertunduk diam. Aksa tak mungkin menyukainya, walaupun ia juga berharap. Tapi, sebuah pemikiran membuat Ainin terdiam.

Jikalau yang sekarang bernyanyi seperti itu adalah Lingga, Ainin pasti merasakan senang. Tapi, tunggu dulu. Kenapa ia malah memikirkan Lingga disaat-saat seperti ini?

Suara riuh tepuk tangan membuat Ainin sadar dari lamunannya. Ainin melihat Aksa dan Aksa juga melihatnya. Tatapan mereka bertemu membuat rona di pipi Ainin menjalar. Jantungnya berdegup dengan kencang.

Suara Ari yang seperti toa mesjid membuat mereka berdua memutuskan pandangan.

"JADIII, MENURUT AININ, BAGAIMANA DENGAN SUARA SANG AKSARAAAAA."

Ainin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sangat malu karena semua pandangan mengarah kepadanya. Ari memang kurang ajar, pikir Ainin yang sempat melintas.

"Ngg, bagus." cicit Ainin membuat Pak Bambang dan Ari terbahak dengan keras. Ini semua rencana Ari dan Pak Bambang dan Ainin tau itu.

Ari tersenyum jail, "Woah woah, menurut pendapat sang Aksara, bagaimana nih? Masa cuman dibilang bagus doang?"

Aksara menatap Ainin yang tersenyum kecil kepadanya. Entah kenapa Aksa mengatakan sesuatu yang membuat heboh para penonton.

"Manis."

Hanya satu kata, membuat mereka semua berteriak, "cieeeee."

"Waaaaaaaw, sosweeeet." tambah Ari lebay.

Ainin menatap Aksa yang mengacak-acak rambutnya sambil tertunduk. Ainin terdiam melihat merah yang menjalar sampai ke telinga Aksa.

Tunggu, tunggu dulu. Jantung Ainin berdegup dengan sangat kencang. Apakah ia akan berpaling, meninggalkan Lingga? Atau, ia hanya merasakan rasa kagum nya kepada Aksa hanya sementara?

Ainin sempat tersenyum menjawab semua pertanyaan yang berkelabang diotaknya.

Walaupun ia menjawabnya dalam hati, sih.

*****

Ini chapture pling ngeselin :") pengen jadi Ainin deh.

LINGGA & AININTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang