Chapter 2 | About Ririn

14 2 3
                                    


Pagi yang cerah, matahari bersinar terang hari itu. Langit terlihat biru bersih tanpa berkas awan yang bermekaran di taman depan rumah keluarga Heryawan semakin menambah kesegaran di pagi hari.

"Bunda, Ririn berangkat ya.." pamit seorang gadis dari keluarga Heryawan yang mempunyai nama asli Florina itu.

"Hati-hati ya sayang. Bilang ke Lintar jangan ngebut-ngebut bawa motornya." titip sang bunda.

"Iya bunda.."

Setiap berangkat sekolah Ririn memang selalu membonceng di motornya Lintar, sahabatnya. Lintar yang sudah menunggu diluar pagar pun tak lupa berpamitan juga pada bundanya Ririn.

"Tante.. Lintar sama Ririn berangkat ya.." seru Lintar.

Ibu Heryawan mengangguk dan tersenyum melepas kepergian anaknya untuk menuntut ilmu. Sepanjang perjalanan, Ririn terus saja bicara.

Topik pembicaraannya tidak putus-putus, banyak yang ia ceritakan. Mulai dari film yang ditontonnya semalam, tugas sekolah, ataupun jalanan di Jakarta yang setiap hari selalu macet.

Lintar dengan setia terus mendengarkan ocehan sahabat kecilnya tersebut, sambil sesekali tersenyum menyadari kecerewetan seorang Ririn yang menarik dan menyenangkan.

Ririn dan Lintar sudah bersahabat sejak kecil. Dulu sewaktu keduanya sekolah dasar rumah mereka bersebelahan, jadi mereka selalu bersama. Tetapi setelah Lintar naik ke kelas 3  SMP, ia pindah ke blok B. Sedangkan Ririn masih tinggal di blok A.

Di sekolah, keduanya terlihat sangat akrab. Hingga teman-temannya kerap kali memanggil keduanya dengan sebutan dua sejoli, padahal nyatanya hubungan mereka hanya sebatas sahabat.

***

Sepulang sekolah Ririn pergi ke rumah Lintar untuk belajar bersama. Ririn dengan sopan mengucapkan salam sambil mengetuk pintu. Tak lama kemudian mamanya Lintar membukakan pintu lalu menyapa Ririn dengan ramah seperti biasa.

"Eh Ririn. Mau belajar bersama ya?" tanya mamanya Lintar

"Iya tante. Hmm.. Lintarnya ada kan?"

"Ada kok. Tuh sedang sama Alish dan Ashil.." kemudian mamanya Lintar mengajak Ririn untuk masuk, sedangkan ia pamit ke dapur untuk menyiapkan cemilan dan minuman.

"Horee.. ada kak Ririn. Kita bisa main bareng dong!" seru Ashilla riang.

"Kak Ririn, kita main putri-putrian yuk!" ajak Alissya sambil menarik-narik tangan Ririn.

Kedua adik kembar Lintar ini memang sangat dekat dengan Ririn. Setiap kali Ririn main ke rumah mereka, keduanya terlihat sangat senang dan ceria.

Begitu juga dengan Ririn yang memang sangat ingin memiliki seorang adik perempuan. Maklumlah, karena Ririn adalah seorang anak bungsu di keluarganya.

"Alish, Ashil. Kak Ririn kesini bukan untuk bermain dengan kalian, tetapi untuk belajar. Jadi kakak mohon jangan ganggu kami ya!" ucap Lintar agak kesal karena acara belajarnya jadi tak serius.

"Yaahh.. tapi kak?" rajuk si kembar bersamaan.

"Adik-adikku yang pintar.. bisa nggak sih nurut sedikit sama kak Lintar?" ucap Lintar dengan sedikit penekanan disetiap katanya.

First Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang