3.

1 0 0
                                    

Raisa berjalan menuruni tangga dengan tergesa, ia bergegas menuju mading lantai satu di sebelah ujung tangga. Saat hampir sampai, ia memelankan langkahnya melihat banyaknya kerumunan di depan mading. Dengan cepat Raisa menerobos masuk ke dalam kerumunan melihat apa yang membuat mereka berkerumun.

"Permisi... Permisi..." dengan mudah Raisa menerobos kerumunan karena tubuhnya yang ramping.

Matanya terbelalak melihat tiga foto yang terekspos di mading sekolah. Foto yang memperlihatkan dirinya yang duduk berhadapan dengan Andrew di sebuah kafe, foto yang memperlihatkan Andrew saat ia memakaikannya topi untuk menutupi wajahnya, juga fotonya dengan Andrew yang bergandengan saat berlari.

' DIKABARKAN DEKAT DENGAN LAWAN MAINNYA DI SEBUAH FILM, KINI ANDREW ZEHAN GANDENG GADIS LAIN'

Membaca itu Raisa rasanya ingin berteriak tak mungkin sambil menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dibelakangnya tampak laki-laki yang berjalan mendekati Raisa dengan mudahnya karena mendapat akses mudah.

Tiba-tiba Raisa merasa ada yang merangkul bahunya dan membalikkan tubuhnya. Matanya bertambah melebar mendengar apa yang dikatakan orang yang merangkulnya.

"Kenapa kalian melihat gadisku seperti itu?" tanya Andrew sambil berjalan membawa Raisa keluar dari kerumunan.

"APA...!!!" teriak semua orang yang ada di kerumunan itu. Mata mereka terbuka lebar dengan mulut menganga.

Raisa yang terlaku shock tak mengerti dengan apa yang terjadi, bahkan ia tak sadar jika Andrew membawanya pergi.

"Sorry..." lirih Andrew setelah mereka sampai di taman belakang, dan kini mereka saling berhadapan.

Raisa tampak gusar, sesekali ia memijit pelipisnya karena pusing "kenapa, sih. Lo bikin masalah lagi disaat gue mulai maafin lo!" jawab Raisa.

"Nggak ada pilihan lain, Ra. Gue aja baru tahu waktu lo keluar tadi dari Bisma. Rumor ini cepet banget menyebar, Ra" lanjut Andrew.

"Tapi paling nggak lo kan bisa bilang kalo gue temen atau sahabat lo, Drew"

"Itu juga nggak bisa, Ra. Gue bisa di interogasi sama nyokap gue, dia tau semua tentang temen-temen gue. Dan juga, dalam foto itu, pose yang diambil itu mencerminkan hal yang lebih dari sekedar sahabat" jelas Andrew.

"So! Sekarang gimana?"

"Sekali lagi gue minta maaf karena kesalahan gue. Dan kemarin gue udah janji bakal bantu lo buat jadi penulis. Dan karna kejadian ini juga gue pengen kita kerja sama, gue bantuin elo, dan lo bantuin gue buat jadi pacar pura-pura gue, cuma di depan publik doang, gimana?" tawar Andrew "selama lo bikin cerita baru, lo jadi pacar pura-pura gue, setelah itu kita impas, gue bakal cari alesan kenapa kita putus, gimana? Deal?" Andrew mengulurkan tangan ke arah Raisa.

Raisa tampak berpikir dengan yang dikatakan Andrew, mencerna baik-baik yang dilontarkannya.

"Ok, deal!" putus Raisa kemudian mejawab uluran tangan Abdrew.

***

Di sebuah ruangan segelap malam itu, tampak berdiri dengan gagahnya seorang pria setengah baya tengah mengamati indahnya kota Toronto saat malam hari dari atas ketinggian. Hanya ditemani sinar rembulan yang masuk dari celah kaca di depannya, ia menatap kosong kaca transparan di depannya. Lengan kemejanya digulung hingga siku dan telapak tangannya disembunyikan di saku celananya.

Tok...tok...tok...

Terdengar ketukan pintu dari ruangan itu. Pria itu segera menyuruhnya masuk. Masuk seorang pria bertubuh kekar tinggi tegap denga seragam hitam-hitam.

My Famous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang