6.

0 0 0
                                    

Deg...

Andrew terkaget mendengar pengakuan Raisa.

'It's great, Raisa ngakuin gue jadi pacarnya, maksud gue pacar pura-pura' 

Entah kenapa Andrew merasa senang mendengar pengakuan Raisa.

"Udah, ah. Malah pada ngobrol disini, mau bel, nih!" kata Andrew sambil melingkarkan tangannya di pundak Raisa.

"Cie... Yang udah punya pawang" goda Sivani "mending gue pergi aja, daripada jadi nyamuk?" Sivani langsung ngacir ke kelas.

Andrew menoleh ke Raisa "yuk!" lalu menarik tangan Raisa menuju kelas.

"Akting lo keren!" puji Andrew sambil berjalan bersama Raisa.

"Lo lupa gue penulis? Penulis itu punya khayalan yang luas, akting itu gampang buat gue!" Raisa mendongak pada Andrew yang lebih tinggi darinya.

"Ok gue akuin seorang penulis itu hebat!" puji Andrew lagi. Mereka pun berjalan menuju kelasnya.

✴✴✴

10:00

Jam pelajaran ke-empat, kini Raisa telah berganti pakaian olahraga, dan sekarang ia sedang merapikan seragam putihnya, milik Andrew maksudnya. Hingga Andrew tiba-tiba berjalan melewatinya menuju tempat duduknya untuk menaruh seragam putihnya di tas.

"Andrew!" panggil Raisa.

"Ya?" Andrew mendongak.

"Topi lo!" Raisa menyodorkan topi hitam milik Andrew.

"Oh..." Andrew mengambilnya lalu memakainya.

"Jaketnya belum di cuci pembantu gue"

"Gue kan udah bilang, kalo ama gue woles aja nggak perlu sungkan gitu. Udah pada keluar, entar dihukum lagi kaya kemarin!" Andrew kembali menarik tangan Raisa. Entah kenapa menarik tangan Raisa menjadi hobi barunya sekarang.

Di lapangan basket outdoor....

Kini murid-murid XI IPA 1 tengah berbaris mendengarkan penuturan pak Adhi.

"Setelah ini kalian keliling lapangan dua kali, lalu melakukan pemanasan. Setelah itu kita mulai materi basketnya, semua paham?"

"Paham pak!"

Kini semua berlari keliling lapangan, tak terkecuali Raisa. Entah kenapa wajahnya sedikit pucat. Pemandangan itu pun tak luput dari pengelihatan Andrew. Andrew pun menyejajarkan langkahnya dengan Raisa. Tanpa bicara ia memakaikan topi yang ia kenakan agar Raisa tak kepanasan. Raisa mendongak heran pada Andrew.

"Pake aja!" ucap Andrew lalu kembali melanjutkan larinya.

Tanpa sadar mereka menjadi pusat perhatian di lapangan basket. Bahkan tak jarang mereka mengabadikan kegiatan Andrew.

Setelah melakukan lari lapangan dua kali dan melakukan pemansasan beberapa menit, pak Adhi mulai menjelaskan tentang materi basket. Setelah selesai mereka mencoba mempraktekkan sebelum penilaian.

Terik matahari yang mulai naik, entah kenapa malah membuat ia sedikit pusing hingga ia tak dapat memasukkan bola. Sesekali ia membenarkan posisi topi yang ia kenakan agar sinar matahari tak menyilaukannya.

"Kalo nggak bisa, bilang aja! Nggak usah sok-sok-an masukin ke ring" terdengar suara di samping Raisa, bahkan terdengar tawa renyah di akhir kalimatnya. Raisa menoleh ke samping, menemukan Andrew dengan wajah gelinya. Raisa hanya menampilkan wajah datarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Famous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang