1.

61 5 4
                                    

Saat kuingin mencicipi sedapnya daging asap. Tak terduga deruan suara telfon mengguncangkan pikiranku. Suara detik dalam jam dinding terasa berlarian di dalam hatiku. Tak kusangka tetesan air mata diam-diam membasahi pipiku.

***

Natalea hanya bisa diam dan mendengarkan suara perempuan dari sebrang sana. Ia mendengarkan cacian yang dilontarkan perempuan tersebut, awalnya Natalea sempat beradu mulut dengan perempuan tersebut tetapi Natalea tidak mau capek dan ambil pusing sehingga dia cuma mendengarkan perkataan dari mulut perempuan tidak tau diri itu.

"heh lo, jangan diem mulu. Elo nggak berani sama gue ya, sekarang arnold itu udah milik gue. Lo tinggal putusin dia aja lama banget" ketus perempuan tersebut. 

Natalea hanya menjawab, "iyaa", "iyaaa", dan "iyaaa" ketika perempuan tersebut melontarkan kata2 yang nggak penting menurut Natalea. 

Setelah setengah jam perempuan itu nyerocos di telepon, akhirnya momen yang Natalea tunggu dari tadi datang juga. 

Beep... Beep....

"terimakasih yaallah kau mendengarkan do'a anak teraniaya ini"  keluh Natalea setelah perempuan tadi mematikan telfonnya.

"Emang dasar sekarang ini lagi musimnya pepacor nggak tau diri, sini yang jadi korban sono yang marah-marah!" cibir Natalea sambil membuka play list lagu untuk didengarkannya.

Natalea melanjutkan memakan daging yang sempat ia anggurkan selama setangah jam yang lalu.

5 menit kemudian telfon rumah berbunyi, tapi Natalea tidak beranjak dari sofa yang semakin kuat gravitasinya. Dan seperti biasa telfon rumah pun diangkat oleh wonder woman yang bertanggung jawab dirumah itu.

Natalea mendengar suara hentakan kaki yang semakin mendekat. Ia pun terpaksa membuka matanya karena bisikan halus yang membuatnya merinding tujuh keliling.

"non, ada telfon" kata mbok iyem.

"siapa mbok?" tanyaku

"itu den Arnold, nyariin enon  katanya ada urusan penting"

"ohh, iya mbok" responku sambil menghampiri meja kecil yang berada dibawah tangga rumah. Sebenarnya malas mengangkat telepon dari mantan, ralat calon mantan lebih tepatnya.

dasar tuh si bunga bangke ngapain sih ganggu aja orang lagi tidur.

"KENAPA?"  ujar Natalea

"ini Lea kan?" tanya Arnold

"bukan, ini leak yang  ada dibali"

"yaelah sewot amat neng" jawab Arnold

"aishhh, langsung aja lah ngomong pada intinya Lama amat lu, Udah kaya bocah lagi pdkt aja pakek basa basi!" ketus Natalea yang mulai males bicara lama-lama dengan Arnold.

"hmm sebelumnya gue mau minta maaf dulu ya sama lo. Lo tadi nerima telfon dari Laras?" tanya Arnold.

"nggak tuh, tapi gue tadi nerima telfon dari pelakor"

nada Natalea mulai meninggi, akhirnya mau nggak mau Arnold langsung ngomong pada intinya sebelum gendang telinganya pecah, kan rugi bandar kalo sampe ke THT.

"iya itu namanya Laras, maafin dia ya Lea. Gue khilaf Le, terus sekarang hubungan kita gimana?"

"ya itu terserah elo, gua mah bodo amat" jawab Natalea dengan santainya

"emmm.. Gue keliatan pencundang banget pasti sekarang dimata lo?"

Hening.

"sorry ya Le, kayaknya kita nggak bisa nerusin hubungan ini lagi" lanjut Arnold.

Deg. Sudah gue duga, kalo Arnold lebih milih dia gue mah bisa apa?.

"okee semoga lo bahagia ya sama yang sekarang. Cuma mau ngingetin aja sih, kalo suatu hubungan dimulai dengan cara yang salah, maka seterusnya akan tetap seperti itu. Makasih ya Nold pernah jadi beban di pikiran gue. " jawab Natalea dengan suara sok tegarnya sambil menutup telefon.

Tanpa berpikir panjang Natalea pun lari menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya dikamar ia langsung merebahkan badan diatas springbed yang membuat  badannya terpantul-pantul kecil. Ia merasa sangat lelah hari ini, entah mengapa tiba-tiba segelintir air keluar dari kelopak matanya yang indah. Ia tidak menduga bila akan menangisi cowok yang tidak tau diri itu. 

"bego! Bego! Bego banget sih lo, cowo bresengsek kek dia itu nggak patut lo tangisi Lea" Natalea berkata sambil merubah posisi badanya menjadi 90° tepat didepan cermin.

Tetapi bagaimanapun itu Natalea juga perempuan, Natalea juga mempunyai perasaan. Ia baru menaruh seluruh perasaanya kepada Arnold tanpa ragu-ragu, tetapi apa yang telah dilakukan Arnold membuat Natalea kecewa. Hingga dia tidak percaya lagi akan cinta.

Menurut Natalea ia nggak butuh lagi apa itu cinta, setelah perlakuan Arnold yang sangat kejam tadi. Ia merasa trauma bila kejadian tadi terulang dua kali. Putus ya putus. Natalea bukan seseorang yang setelah putus merengek untuk ngajak balikan lagi. Bagi Natalea ketika dua hubungan sudah terlepaskan yaudah berarti sudah selesai. Meskipun ia masih cinta tapi ya mau bagaimana lagi.

Yang awalnya Natalea sudah dingin kepada cowok, sekarang menjadi lebih dingin lagi. Natalea bersyukur masih mempunyai teman yang bisa buat ia tertawa. Mungkin dengan menyibukkan diri sendiri, Natalea lama-lama akan bisa melupakan kenangan paitnya bersama Arnold. 

***

Okeee fine selamat membaca semogaaa kalian suka.

Tunggu part 2 nya yayy
I love you 😍 

ASPERANDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang