Tiga

2.6K 205 53
                                    

Di gerbang rumah Naya, beberapa lelaki dan wanita dari keluarga Naya menyambut kedatangan keluarga Prana.

Para lelaki penyambut memakai stelan batik berwarna hijau mint, para wanita memakai gamis berwarna yang senada. Sedangkan dari pihak Prana memakai batik berwarna merah maroon dan para wanita memakai gamis dengan warna senada mendampingi para lelaki.

Rombongan dari pihak Prana sudah sampai. Mereka berbaris rapi memasuki halaman rumah Naya. Membawa beberapa kotak seserahan.

"Gugup apa deg-degan?" Tanya Ken menyenggol bahu Prana.

"Gue nggak nyangka rasanya nggak karuan kayak gini." Jujur Prana.

"Hehehe ini belum seberapa om plana. Tunggu detik-detik pengucapan ijab qabul, itu yang paling horor."

Plana manyun menatap Ken. Bukannya nenangin temen ini malah ngomporin.

"Inget ya, jangan sampai salah ngucap pas ijab qabul."

"Iya ah, bawel banget sih lu!" Prana terlihat kesal.

"Kalau tiga kali gagal. Alamat gagal nikah lu." Tunjuk Ken.

"Aishh, nenangin gue kek biar nggak gugup ini malah nambah bikin gugup aja."

"Hehehe sengaja kok. Biar lu makin deg-degan." Bisik Ken di telinga Prana.

Prana menghembuskan nafas kasar. Pengin banget nih noyor  kepala CEO ini. Udah punya buntut tiga juga masih ngledek.

Nggak inget apa ya dulu pas dia mau ijab qabul. Prana yang paling pusing gara-gara jemput si CEO nyebelin ini. Udah tau mau nikah malah masih sibuk ngurusin kerjaan.

Keluarga Naya menyambut dengan senyuman ceria. Tapi bagi Prana senyuman mereka itu makin membuat dia gugup.

Detak jantung Prana makin berdetak kencang. Keringet dingin bercucuran di dahinya.

"Wuidihh kringetnya ngalahin gedenya biji jagung." Ledek Irie yang kini membawa kamera digitalnya buat potret calon suaminya Naya.

Prana menghembuskan nafas, kesal dan emosi. Banyakin istighfar aja deh Prana.

Prana dan yang lain memasuki taman belakang.

Dekorasi garden party bernuansa putih menghiasi taman belakang rumah Naya dengan indahnya. Bunga mawar putih, lili putih dan krisan putih tampak menghiasi pelaminan serta tempat akad nikah yang ada di tengah-tengah taman.

Beruntung Naya punya halaman belakang rumah yang luas, jadi tak perlu repot-repot menyewa gedung atau tempat untuk acara specialnya.

Yang bikin orang iri adalah dekorasi pelaminannya yang tepat di bawah pohon besar, dihiasi bunga yang menjulur ke bawah dari ranting berwarna putih. Hanya dengan kursi kayu berwarna putih menjadi pelaminan yang dibawahnya dihiasi sangkar burung berwarna putih pada meja kecil yang ditutupi kain berwarna putih juga. Begitu simple tapi membuat yang melihatnya begitu nyaman dan indah.

Yang paling lucunya ada sebuah papan dari kayu yang bertuliskan om Pelana dah laku  dan menantu idaman manajer. Siapa lagi si biang kerok bikin tulisan konyol kayak gini kalau bukan Keenan si CEO yang selalu ngancam potong gaji kalau si om nya Triplet ini nggak mau nurutin orang ngidam.

Semua ini juga bisa terlaksana karena tangan dingin sang WO mamah Ani. Yang bisa menjadikan nyata permintaan sang mempelai wanita, menyulap taman belakang menjadi garden party, yang simple tapi elegan.

Tempat duduk para tamu, tak luput juga dari hiasan bunga lili putih dan krisan kuning. Kursi-kursi kayu panjang, yang terbuat dari kayu yang di belah menjadi dua. Membuat kesan alami benar-benar tercipta. Di salah satu pojok, terdapat play ground khusus bagi anak-anak para tamu undangan kecil. Yang selalu nambahin ruwetnya kehidupan si om Pelana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

menanti Malaikat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang