#28 Unbelievable Park

24 7 0
                                    

Cerita demi cerita mengalir begitu saja dari bibir Devan dan sejauh ini sudah banyak ekspresi yang ditangkap oleh nada. Tak disangka, sosok devan yang dalam kesehariannya tampak tenang tanpa gelombang ternyata menyimpan goncangan hebat dalam hatinya.

"Gue lalu berdo'a untuk kesembuhan Rissa, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, Rissa bahkan sudah kembali ke sisi-Nya sebelum mobil yang membawanya sampai di rumah sakit".

Kesedihan terukir jelas di wajah Devan. Rapuh dan menyedihkan, dua kata itulah yang mendefinisikan hidup Devan kala itu. Nada – yang meskipun hanya berperan sebagai pendengar – seolah ikut hanyut ke dalam masa lalu cowok ini.

"Dan setelah itu, kehidupan gue berubah seutuhnya, berasa orang lain yang terjebak dalam tubuh gue, tapi dialah yang menjalankan seluruh sistemnya".

Devan memalingkan wajahnya kepada sebuah keluarga kecil yang berada tak jauh dari tempatnya, tampak bahagia bersama keempat anggotanya.

"Gue kehilangan kepercayaan dari mereka. Mereka menganggap semua keputusan gue bukanlah yang terbaik meskipun itu jalan hidup gue sendiri yang pastinya gue lah yang akan mempertanggungjawabkannya. Jadilah semua mereka yang mengaturnya".

Devan mendengus "Mereka pikir Gue masih anak baru lulus SD yang bahkan menjaga adiknya saja tidak becus".

Sejauh ini, Nada masih setia mendengarkan. Pikirannya dipenuhi pertanyaan apakah yang memotivasi Devan untuk menjadi biang rusuh seperti sekarang ini, tapi sepertinya itu bukanlah pertanyaan yang tepat untuk saat ini.

Dan lagi-lagi Devan membuat Nada berpikir jika dirinya memiliki ilmu cenayang atau yang semisalnya seperti Edward Cullens yang mempu membaca pikiran orang lain.

"Sedih itu boleh, tapi berlarut-larut di dalamnya itu yang dilarang. Gue bertekat untuk jadi kuat, beladiri-lah yang jadi alternatif gue".

"Gemilangnya gue di bidang beladiri membuat gue merasa lebih kuat dan berkuasa. Yeah.. itulah kelemahan manusia, terlalu mudah merasa tinggi hati". Devan menjeda kalimatnya, kemudian berpaling kepada nada.

"Dan mungkin selama ini Lo ngira kalo saraf gue yang bekerja buat nyiptain ketertarikan sama cewek sudah putus kan". Devan tertawa getir.

"Lo salah, Gue Cuma takut, takut gagal menjaga orang yang terlanjur Gue sayangi untuk kedua kalinya".

Nada tertegun mendengar pengakuan Devan. Seorang Devan yang selalu berada di barisan depan dalam formasi tawuran dengan keberanian penuh ternyata punya satu titik ketakutan. Terlebih dengan alasan yang bisa disebut terlalu receh 'cewek'.

"coba waktu gue bener-bener jagain Carisa,semua ini pasti tidak akan terjadi "Devan tertawa getir

Nada tak tinggal diam tanganya menyentuh pundak kanan cowok pemilik manik sehitam jelaga "Udalah Kak,semua kehendak Allah pasti mengandung hikmah

"Devan sempat tertegun mendengar ucapan gadis di sisinya ini. Tapi tanpa sadar seulas senyum telah terukir di bibirnya. Ia balikkan badan menghadap Nada.

Menatap mata teduh itu, Devan berkata lirih "Izin peluk ya".

Jantung Nada berdesir kala kedua lengan kokoh itu melingkari tubuhnya yang bahkan belum ia setujui. Dapat ia rasakan guncangan pada jiwa Devan. Perlahan namun pasti, Nada membalas rengkuhan itu.

Dalam dekapnya, Nada dapat mendengar suara berbisik Devan, terdengar hampa.

"Setelah itu gue berharap nggak akan ketemu anak itu lagi" Devan tertawa getir membuat tubuhnya ikut terguncang.

"Tapi Tuhan berkehendak lain. Dia di Harapan Bangsa dan itu memastikan kalau kita bakal sering ketemu".

Nada tertegun, menurut info yang ia dapatkan, sekolahnya dengan Harapan Bangsa memang sering dirundung konflik. Jadi besar kemungkinan bagi mereka untuk bertemu saat peperangan berlangsung.

STARIVER (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang